tidak setinggi pada tanaman-tanaman kayu yang umumnya merupakan bahan penyusun gambut di Indonesia.
4.2 Gugus Fungsional Bahan Organik
Metode Fourier Transform Infra Red
FTIR Spectrophotometer digunakan untuk mengidentifikasi kandungan gugus fungsional pada bahan
organik asal. Hasil interpretasi FTIR pada Gambar 2 menunjukkan keragaman jenis gugus fungsional yang berbeda pada masing-masing bahan, sedangkan data
spesifik jenis gugus fungsional beserta bilangan gelombang pada masing-masing bahan disajikan pada Lampiran 1.
Gambar 2. Keragaman Gugus Fungsional Pada Bahan Organik Keterangan : 1
: Serasah Pinus
4 : Limbah Cair Kolam Satu 2 : Gambut Basah
5 : Limbah Cair Kolam Dua 3
: Gambut
Kering Interperetasi FTIR terhadap gugus fungsional serasah pinus seperti yang
terlihat pada Gambar 2 menunjukkan variasi gugus fungsional yang paling
sederhana dibandingkan dengan keempat bahan lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan grafik yang relatif lebih landai dan memiliki sedikit lekukan, sedangkan
variasi gugus fungsional yang paling kompleks ditemukan pada limbah cair kelapa sawit kolam dua dengan grafik yang memiliki banyak lekukan. Kurva
interpretasi FTIR terhadap gugus fungsional masing-masing bahan organik terdapat pada Lampiran 2 hingga 6.
Gugus fungsional yang ditemukan pada kelima jenis bahan di antaranya adalah gugus C-X, S=O, C-N, N-H, O-H, C-O, C=C dan C-H, sedangkan gugus
fungsional yang identik pada bahan tertentu saja adalah gugus C=N imines dan oximes
pada serasah pinus dan kedua jenis limbah cair kelapa sawit, gugus N-H strecth pada semua sampel kecuali limbah cair kelapa sawit kolam fakultatif
dua, gugus O-H alcohol-phenol free pada serasah pinus, gambut kering dan limbah kelapa sawit kolam satu, gugus O-H alcohol, phenol, H-bonded pada
semua bahan kecuali limbah cair kelapa sawit kolam dua, gugus C=O amide yang terdapat pada serasah pinus dan kedua jenis limbah cair kelapa sawit dan
gugus C-H aromatics pada semua bahan kecuali gambut basah. Gugus fungsional yang hanya terdapat pada satu jenis bahan saja diantaranya adalah
gugus X=C=Y pada serasah pinus, gugus C=O aldehyde dan ester dan gugus C- H alkenes, stretch pada limbah cair kelapa sawit kolam satu.
Gugus fungsional hidroksil OH
-
dan gugus karboksil COO
-
merupakan gugus fungsional penting yang terdapat pada semua jenis bahan organik. Kedua
gugus ini merupakan penciri sifat hidrofilik yang menentukan kapasitas penyerapan air pada tanah gambut Dikas, 2010. Menurut Kussow 1971 dalam
Barchia, 2006 kedua gugus tersebut juga menentukan besarnya nilai kapasitas tukar kation KTK pada masing-masing bahan organik karena keberadaan
muatan negatif bergantung pH pada keduanya, sehingga hal ini menjelaskan tingginya nilai KTK pada masing-masing bahan organik. Selain itu menurut
Ismangil dan Hanudin 2005 gugus hidroksil OH
-
dan gugus karboksil COO
-
merupakan gugus yang berperan penting dalam pelapukan mineral melalui proses acidolysis
dan complexolysis. Menurut Zech et al. 1997 kadar lignin menentukan pembentukan kedua gugus fungsional tersebut. Pada bahan yang
memiliki kadar lignin tinggi seperti serasah pinus akan lebih banyak terbentuk
gugus fenol dan eter, sedangkan pada bahan yang mengandung selulosa akan terbentuk gugus karbonil dan senyawa-senyawa asetat sederhana Wijaya et al.,
2008.
4.3 Karakteristik Senyawa Organik Larut Air