Suatu perairan dapat dikatakan suatu daerah penangkapan ikan apabila ada indikator-indikator yang dapat dideteksi pada perairan tersebut. Semakin banyak
indikator yang dapat dideteksi maka semakin tepat daerah penangkapan ikan yang kita harapkan. Semakin berkembangnya teknologi penangkapan ikan, maka
pengamatan ataupun pengukuran terhadap indikator-indikator tersebut diharapkan didapat suatu nilai yang lebih pasti misalnya suhu air laut, kesuburan perairan
jumlah kandungan klorofil-a. Suhu permukaan laut SPL merupakan indikasi umum yang mudah
diteliti dengan teknik penginderaan jauh yang dapat digunakan untuk mengetahui pola distribusi SPL dan interaksinya dengan faktor lain, sehingga fenomena
upwelling ataupun front yang merupakan daerah potensi penangkapan ikan dapat
diketahui. Konsentrasi klorofil-a ataupun fitoplankton akan sangat menentukan besarnya produktifitas primer perairan yang selanjutnya akan berkaitan dengan
produktifitas hasil tangkapan. Perairan yang subur mengindikasikan banyaknya fitoplankton pada
perairan tersebut dan melalui rantai makanan yang lebih tinggi dapat diketahui keberadaan ikan kecil yang menjadi makanan ikan-ikan besar. Kesuburan perairan
dapat diketahui dengan mengukur produktifitas primer dengan sensor optik karena sifat pigmen klorofil-a yang dapat memberikan warna pada laut.
Parameter kesuburan perairan dan sebaran suhu permukaan laut SPL sebagaimana diuraikan di atas merupakan bahan utama untuk menganalisis
perairan Mentawai sebagai suatu daerah penangkapan ikan. Upaya ini dapat berperan untuk meningkatkan efisiensi operasi penangkapan ikan oleh nelayan,
apalagi mengingat harga BBM yang cukup tinggi dewasa ini.
1.2 Perumusan Masalah
Salah satu kendala besar yang dihadapi nelayan di perairan Mentawai adalah masih minimnya pengetahuan nelayan mengenai daerah penangkapan ikan
yang potensial dan terbatasnya peralatan untuk menunjukkan posisi ikan pada perairan. Pencarian daerah penangkapan ikan dilakukan nelayan hanya
berdasarkan faktor pengalaman dan kebiasaan, dengan tingkat ketidakpastian hasil tangkapan yang cukup tinggi. Sebagai konsekuensi logisnya maka waktu, tenaga
dan biaya operasi penangkapan cukup tinggi.
Parameter oseanografi berpengaruh terhadap keberadaan ikan-ikan di laut, termasuk cakalang, karena setiap ikan menyukai kondisi lingkungan tertentu.
Kondisi parameter tersebut dengan sendirinya juga berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan cakalang.
Dalam rangka efisiensi operasi penangkapan ikan melalui penyediaan informasi daerah penangkapan ikan, maka variasi suhu permukaan laut dan
kandungan klorofil-a yang mempengaruhi keberadaan upwelling, thermal front dan komposisi hasil tangkapan perlu dievaluasi untuk selanjutnya digunakan
sebagai indikator daerah penangkapan yang potensial.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah : 1 Menentukan sebaran SPL dan klorofil-a di perairan Mentawai.
2 Memprediksi keberadaan upwelling dan thermal front. 3 Mengevaluasi komposisi ukuran size individu cakalang yang tertangkap.
4 Memprediksi daerah penangkapan ikan cakalang yang potensial di perairan Mentawai melalui pendekatan SPL optimum, kandungan klorofil-a,
keberadaan upwelling dan thermal front serta hasil tangkapan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai : 1 Sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan seperti nelayan dalam
meningkatkan efisiensi daerah penangkapan ikan. 2 Informasi kondisi oseanografi hasil deteksi satelit yang meliputi suhu
permukaan laut dan konsentrasi klorofil-a serta kaitannya dengan hasil tangkapan ikan cakalang di perairan Mentawai, Sumatera Barat.
3 Sebagai masukan dalam penelitian lanjutan, khususnya untuk menduga faktor- faktor lain yang berpengaruh terhadap keberadaan ikan.
4 Informasi tentang sebaran daerah penangkapan ikan dapat digunakan sebagai masukan dalam penyusunan kebijakan pemanfaatan perikanan cakalang.
1.5 Hipotesis Penelitian