Teori pemberian isyarat Signalling Theory Tinjauan Penelitian Terdahulu No

laporan ex post yang menjelaskan keadaan yang sebenarnya terjadi. Teori keagenaan ini sendiri berfokus kepada pengaruh dari laporan ex post terhadap ketidakpastian ex post itu sendiri Godfrey et al., 2010. Pada akhirnya, teori keagenaan memberikan kerangka pembelajaran mengenai kontrak yang terjadi antara principal dan agent sehingga bisa memprediksi konsekuensi ekonomi dari sebuah standart yang kemungkinan terjadi dalam kasus perusahaan Godfrey et al., 2010

2.2. Teori pemberian isyarat Signalling Theory

Teori signaling menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi yang terjadi terhadap berbagai pihak yang berhubungan dengan perusahaan. Dalam praktiknya, kualitas masing- masing perusahaan berbeda sehingga proses sinyal adalah sebuah tindakan yang dilakukan oleh manajer tingkat atas dan tidak akan mungkin dilakukan oleh manajer tingkat menengah dan bawah Scott, 2009 sehingga sinyal yang diberikan mempunyai kredibilitas dan dapat dipercaya oeh para investor dan pengguna lainnya. Salah satu sinyal yang diberikan adalah hal terkait dengan akuntansi yaitu pengungkapan langsung direct disclosure. Seorang manajer akan melakukan pengungkapan langsung atas ekspektasinya mengenai arus kas dimasa yang akan datang, yang mana menetukan nilai perusahaan Huges, 1986. Proses penentuan ekspektasi juga dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari terjadinya kehilangan kepercayaan investor dan penambahan biaya akibat penalty sehingga manajer akan termotivasi untuk sebisa mungkin melaporkan keadaan sebenar-benarnya. Manfaat dari adanya pengungkapan langsung ini adalah untuk mengurangi angka terjadinya adverse selection antara perusahaan dengan para stakeholder-nya. Lebih lengkapnya, teori signaling menjelaskan bahwa jika kondisi keuangan dan prospek perusahaan baik, manajer member sinyal dengan menyelenggarakan akuntansi agresif yang tercrmin dalam akrual diskresioner positif untuk menunjukkan bahwa kondisi keuangan perusahaan dan laba periode sekarang serta yang akan datang lebih baik. Jika perusahaan dalam kesulitan keuangan dan mempunyai prospek buruk, manajer memberi sinyal dengan menyelenggarakan akuntansi konservatif yang tercermin dalam akrual diskresioner negatif untuk menunjukkan bahwa kondisi keuangan perusahaan dan laba periode kini serta yang akan datang lebih buruk dari pada laba non- diskresioner periode kini. 2.3. Laporan Keuangan 2.3.1. Definisi Laporan Keuangan Dalam Standar Akuntansi Keuangan PSAK Laporan Keuangan adalah Laporan yang menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya IAI, 2002 : par 47. Menurut PSAK No. 1 paragraf 07 SAK:2007, laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan seperti laporan arus kas, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut. Menurut Sofyan S. Harahap, dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan 2006:105, laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Laporan Keuangan adalah : 1. Merupakan produk akuntansi yang penting dan dapat digunakan untuk membuat keputusan-keputusan ekonomi bagi pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. 2. Merupakan potret perusahaan, yaitu dapat menggambarkan kinerja keuangan maupun kinerja manajemen perusahaan, apakah dalam kondisi yang baik atau tidak. 3. Merupakan rangkaian aktivitas ekonomi perusahaan yang diklasifikasikan, pada periode tertentu. 4. Merupakan ringkasan dari suatu proses transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama periode yang bersangkutan.

2.3.2. Komponen Laporan Keuangan

Menurut PSAK Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen- komponen berikut ini: 1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode atau disebut neraca yaitu laporan yang menggambarkan posisi keuangan, baik aktiva, kewajiban, maupun ekuitas suatu perusahaan selama periode tertentu. 2. Laporan laba rugi komprehensif selama periode yaitu laporan yang menggambarkan jumlah penghasilan dan beban suatu perusahaan selama suatu periode. 3. Laporan perubahan ekuitas selama periode yaitu laporan yang berisi tentang perubahan ekuitas yang menunjukkan penambahan atau berkurangnya kekayaan selama periode tertentu aktiva bersih. 4. Laporan arus kas selama periode yaitu laporan mengenai arus kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan. 5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya; dan 6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. Entitas diperkenankan menggunakan judul laporan selain yang digunakan dalam Pernyataan ini

2.3.3. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut PSAK No 1 tentang penyajian laporan keuangan, tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi Aset, Laibilitas, Ekuitas, Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, Kontribusi dari distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan Arus kas. Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas. 2.3.4. Kualitas Pelaporan Keuangan 2.3.4.1. Ketetapan waktu pelaporan Informasi tidak dapat dikatakan relevan jika tidak tepat waktu. Informasi harus tersedia untuk pengambilan keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kesempatan untuk mempengaruhi keputusan. Ketepatan waktu tidak menjamin relevansi, tetapi relevansi informasi tidak dimungkinkan tanpa ketepatan waktu informasi mengenai kondisi dan posisi perusahaan harus secara cepat dan tepat waktu sampai ke pemakai laporan keuangan. Menurut Hendriksen 1992 ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan seharusnya disajikan pada suatu interval waktu, untuk menjelaskan perubahan dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pemakai informasi dalam membuat predeksi dan keputusan. Setiap perusahaan yang listing di BEJ wajib melakukan pelaporan ke bursa sebagaimana yang ditentukan oleh peraturan BEJ. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.45 Tahun 1995 tentang penyelenggaraan kegiatan di bidang pasar modal, bab XII Sanksi administrative pasal 61, dinyatakan bahwa yang melakukan pelanggaran atas ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal dikenakan sanksi administratif berupa: - peringatan tertulis - denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu - pembatasan kegiatan usaha - pembekuan kegiatan usaha - pencabutan izin usaha - pembatalan persetujuan - pembatalan pendaftaran Dalam UU No.8 tahun 1995 menyatakan bahwa perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan yang terdaftar di Bapepam selambat-lambatnya 120 hari terhitung sejak tanggal berakhirnya tahun buku. Untuk laporan keuangan tengah tahunan : 1. Selambat-lambatnya 60 hari setelah tengah tahun buku berakhir, jika tidak disertai laporan akuntan, 2. Selambat-lambatnya 90 hari tanggal setelah tengah tahun buku berakhir, jika disertai laporan akuntan dalam rangka penelaahan terbatas, 3. Selambat-lambatnya 120 hari tanggal setelah tengah tahun buku perusahaan berakhir, jika disertai laporan akuntan yang memberikan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan. Sedangkan untuk laporan keuangan triwulanan selambat-lambatnya 60 hari setelah triwulan buku perusahaan berakhir. Ketepatan waktu pelaporan merupakan elemen pokok bagi catatan laporan keuangan yang memadai, karena itu keterlambatan pelaporan dapat berakibat buruk bagi perusahaan baik langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, sebagai contoh di pasar modal Australia pada tahun 1974 pernah terjadi 38 perusahaan yang sahamnya dilarang diperdagangkan karena gagal menyampaikan laporan keuangan sesuai persyaratan ketepatan waktu bagi bursa Dyer dan McHugh, 1975. Chamber dan Penman 1984 mendefinisikan ketepatan waktu kedalam dua cara: pertama, ketepatan waktu didefinisikan sebagai keterlambatan waktu pelaporan dari tanggal laporan keuangan sampai tanggal melaporkan. Kedua, ketepatan waktu ditentukan dengan ketepatan waktu pelaporan realatif atas tanggal pelaporan yang diharapkan. Untuk melihat ketepatan waktu, biasanya suatu penelitian melihat keterlambatan pelaporan lag. Dyer dan McHugh 1975 dalam penelitiannya menggunakan tiga kriteria keterlambatan: 1. Reliminary lag, yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa; 2. Auditor’s report lag, yaitu jumlah hari antara laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani; 3. Total lag, adalah interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa. Penelitian Soo dan Schwartz 1996 mengukur keterlambatan pelaporan berdasarkan pada kepatuhan perusahaan terhadap peraturan pelaporan informasi keuangan yang ditetapkan oleh SEC. 2.4. Komite Audit 2.4.1. Pengertian komite audit Menurut manual komite audit IKAI Ikatan Komite Audit Indonesia, komite audit adalah suatu komite yang bekerja secara profesional dan independen yang dibentuk oleh dewan komisaris dan dengan demikian, tugasnya adalah membantu dan memperkuat fungsi dewan komisaris atau dewan pengawas dalam menjalankan fungsi pengawasan oversight atas proses pelaporan keuangan, manajemen risiko, pelaksanaan audit dan implementasi dari corporate governance di perusahaan. Fungsi utama komite audit adalah membantu komisaris dalam melaksanakan tugas pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan oleh Direksi. Untuk itu komite audit melakukan pemantauan atau monitoring mekanisme checks and balances dalam pengelolaan perusahaan. Dalam melakukan monitoring, komite audit tidak terlibat dalam kegiatan rutin, dan tidak dimaksutkan untuk menduplikasi pekerjaan Auditor Internal ataupun melakukan penelahan yang mendetail. Aspek-aspek yang dimonitor mencakup antara lain proses internal auditing, internal control, pelaporan keuangan, benturan kepentingan, manajemen risiko serta implementasi corporate governance.

2.4.2. Struktur dan Kualifikasi Komite Audit

Komite Audit harus terdiri dari individu-indidvidu yang mandiri dan tidak terlibat dengan tugas sehari-hari dari manajemen yang mengelola perusahaan, dan yang memiliki pengalaman untuk melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif. Salah satu dari beberapa alasan utama kemandirian ini adalah untuk memelihara integritas serta pandangan yang objektif dalam laporan serta penyusunan rekomendasi yang diajukan oleh Komite Audit, karena individu yang mandiri cenderung lebih adil dan tidak memihak serta obyektif dalam menangani suatu permasalahan. Menurut Institute of Internal Auditor dalam Internal Auditing and The Audit Committee yang dikutip oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia dalam booklet Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance Tata Kelola Perusahaan Seri Tata Kelola Perusahaan Jilid II, jumlah anggota komite audit disesuaikan besar-kecilnya dengan organisasi dan tanggung jawab. Namun biasanya tiga sampai lima anggota merupakan jumlah yang cukup ideal, komite audit biasanya perlu untuk mengadakan rapat tiga sampai empat kali setahun untuk melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya yang menyangkut soal sistem pelaporan keuangan. Terdapat beberapa kualifikasi anggota komite audit, menurut The Treadway Commision 1993, antara lain: a. Independen b. Memahami aktivitas bisnis bro td business knowledge c. Memiliki kemampuan komunikasi, natural curiosity dan healthy skepticism. d. Vigilance Menurut Hiro Tugiman 1996, anggota komite audit disamping harus ahli di bidangnya juga dituntut untuk mengetahui dan menguasai bidang akuntansi dan auditiug, analisa laporan keuangan, pembelanjaan perusahaan, sistem informasi manajemen, system dan pengendalian perusahaan, serta tanggap terhadap segala perkembangan. Menurut American Institute of Certified Public Accountant AICPA, jumlah anggota size dari komite audit berdasarkan hasil survey terhadap perusahaan yang memiliki komite audit adalah sekitar 90 memiliki komite audit dengan jumlah 3 sampai dengan 5 anggota. Pada umumnya, sebagian besar komite audit tersebut memiliki anggota yang berpengalaman dan mempunyai judgment tentang bisnis perusahaan dengan baik. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN No. Kep-133MPBUMN 1999 tanggal 8 Maret 1999, keanggotaan komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari 3 tiga orang yaitu satu orang anggota komisaris sekaligus sebagai ketua komite audit dan dua orang ahli yang bukan merupakan pegawai BUMN yang bersangkutan. Selanjutnya untuk dapat diangkat sebagai anggota komite audit perlu dipenuhi beberapa persyaratan sesuai pasal 5 SK tersebut, yaitu: 1. Memiliki integritas yang baik dan pengetahuan serta pengalaman kerja yang cukup di bidang pengawasanpemeriksaan dan bidang-bidang lainnya yang dianggap perlu sehingga dapat melaksanakan fungsinya secara optimal, 2. Tidak memiliki kepentinganketerkaitan pribadi yang dapat menimbulkan dampak negative dan konflik kepentingan terhadap BUMN yang bersangkutan, misalnya mempunyai kaitan keluarga sedarah dan semenda sampai derajat ketiga baik menurut garis lurus maupun garis ke samping dengan pegawai atau pejabat BUMN yang bersangkutan, mempunyai kaitan dengan rekanan BUMN yang bersangkutan, 3. Mampu berkomunikasi secara efektif Selain itu, keanggotaan komite audit perlu dibatasi masa tugasnya, misalnya hanya boleh menjadi anggota komite audit suatu perusahaan maksimal dua periode dua tahun saja atau hanya dapat diperpanjang maksimal 1 satu kali. Frekuensi rapat komite audit harus dicantumkan dalam laporan tahunan sesuai dengan Peraturan Bapepam LK segingga kewajiban komite audit untuk melakukan pertemuan dalam setahun merupakan hak yang tidak bisa diganggu gugat Dari berbagai peraturan mengenai komite audit diatas, yang dikeluarkan olehberbagai institusi, penulis dapat mengambil benang merahnya yaitu bahwa komite audit hendaknyamemiliki struktur organisasi yang tidak terlalu kompleks yang berangggotakan orang-orangyang memiliki integritas dan independensi. Selain itu, kualitas kemampuan dan kompetensi juga tak kalah pentingnya untuk dimiliki oleh para anggota komite audit. 2.5. Tata Kelola Perusahaan Corporate Governance 2.5.1. Pengertian Corporate Governance Corporate Governance adalah system dan struktur untuk mengeloa perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai pemegang saham shareholders’ value serta mengakomodasi berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahan stakeholders seperti kreditor, supplier, asosiasi usaha, konsumen, pekerja, pemerintah dan maysrakat luas. Menurut OECD Organiation for Economic Co-operation and Development, corporate governance sebagai sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board dan pemegang saham, dan pihak lain yang mempunai kepentingan dengan perusahaan. Corporate governance juga mensyaratkan adanya struktur, perangkat untuk mencapai tujuan, dan pengawasan atas kinerja. Corporate governance yang baik dapat memberikan perangsangatau insentif yang baik bagi board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham dan harus memfasilitasi pemonitoran yang efektif, sehingga mendorong perusahaan untuk menggunakan sumber daya dengan lebih efesien.

2.5.2. Kegunaan Corporate Governance

Corporate governance yang baik diakui membantu “menguatkan” perusahaan dari kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan, dalam banyak hal corporate governance yang baik telah terbukti juga meningkatkan kinerja korporat sampai 30 diatas tingkat kembalian rate of return yang normal. Penerapan corporate governance yang baik memberian manfaat sebagai berikut. 1. Perbaikan dalam komunikasi 2. Minimisasi potensi benturan 3. Fokus pada strategi-strategi utama 4. Peningkatan dalam produktivitas dab efisiensi 5. Kesinambungan manfaat sustainability of benefits 6. Promosi citra korporat corporate image 7. Peningkatan kepuasan pelanggan 8. Perolehan kepercayaan investor Menurut The Forum for Corporate Bovernance in Indonesia, kegunaan dari corporate governance yang baik adalah: a. lebih mudah memperoleh modal; b. biaya modal Cost of Capital; c. memperbaiki kinerja usaha; d. mempengaruhi harga saham; e. memperbaiki kinerja ekonomi.

2.6. Tinjauan Penelitian Terdahulu No

Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penilitian 1. Fatimah Mat Yasin and Sherliza Puat Nelson 2012 Variabel Independen : Pemeriksaan keahlian komite, frekuensi pertemuan komite audit, struktur fungsi audit internal dan ukuran fungsi audit internal Variable Dependen : Kualitas Audit Perusahaan dengan jumlah yang lebih tinggi dari anggota komite audit dengan kualifikasi pascasarjana dan frekuensi pertemuan komite audit berhubungan dengan biaya audit eksternal yang lebih tinggi dan menunjukkan kualitas audit yang lebih tinggi, dan ada hubungan positif antara kompleksitas perusahaan dan ukuran fungsi audit internal dengan biaya audit. 2. Uniamikogbo Emmanuel 2014 Variabel Independen : Komite audit beberapa direktur, pengetahuan keuangan komite audit, independensi komite audit . Variable Dependen : Kualitas Pelaporan Keuangan Ada hubungan yang signifikan antara komite audit beberapa direktur dan kualitas pelaporan keuangan perusahaan, ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan keuangan komite audit dan kualitas pelaporan keuangan perusahaan, dan ada hubungan yang signifikan antara independensi komite audit dan kualitas pelaporan keuangan perusahaan. 3. Atiek Sri Purwati 2006 Variabel Independen : Keanggotaan komite audit ANGGOTA, Independensi anggota komite audit INDEP, Komisaris independen KI, Ketua komite audit KKA, keahlian keuangan dalam struktur komite audit KOMPT Variabel Dependen : Ketetapan waktu pelaporan keuangan. Semakin tinggi nilai ANGGOTA, INDEP, KKA dan KOMPT Komite Audit, maka probabilitas perusahaan untuk pelaporan keuangan yang tepat waktu di atas rata-rata juga semakin tinggi. 4. Anindyah Prastiti 2013 Variabel Independen : Ukuran Dewan Komisaris, Independensi Dewan Komisaris, Keahlian Keuangan Variabel ukuran dewan komisaris, independensi dewan komisaris, dan independensi komite audit berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Dewan Komisaris, Frekuensi Pertemuan Dewan Komisaris, Ukuran Komite Audit, Independensi Komite Audit, Keahlian Keuangan Komite Audit, Frekuensi Pertemuan Komite Audit Variabel Dependen : Manajemen laba Sedangkan karakteristik- karakteristik lain keahlian keuangan dewan komisaris, frekuensi pertemuan dewan komisaris, ukuran komite audit, keahlian keuangan komite audit, dan frekuensi pertemuan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Variabel ukuran perusahaan dan leverage sebagai variabel kontrol terbukti memiliki pengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba . 5. Komang Ratna Widyaswari dan Ketut Alit Suardana2 Variabel Independen : independensi komite audit, jumlah keanggotaan komite audit, frekuensi rapat komite,dan pengalaman komite audit Variabel Dependen : Timeliness Pelaporan Keuangan Karakteristik Komite Audit yang mencakup independensi Komite Audit, ukuran keanggotaan Komite Audit, frekuensi rapat Komite Audit dan pengalaman kerja Komite Audit di Kantor Akuntan Publik tidak berpengaruh terhadap timeliness pelaporan keuangan. Fatimah Mat Yasin 2012 meneliti untuk menguji hubungan antara karakteristik komite audit dan karakteristik fungsi audit internal dengan kualitas audit. Sampel perusahaan diperoleh dari bursa Malaysia, daftar untuk tahun yang berakhir 2009 dan 2010 dan data adalah tangan yang dikumpulkan dari laporan tahunan. Secara khusus, penelitian ini berkonsentrasi pada keahlian komite audit, frekuensi audit pertemuan komite, fungsi audit internal dan ukuran audit internal. Temuan menunjukkan bahwa perusahaan dengan jumlah yang lebih tinggi dari anggota komite audit dengan kualifikasi pascasarjana dan frekuensi pertemuan komite audit berhubungan dengan biaya audit eksternal yang lebih tinggi dan menunjukkan kualitas audit yang lebih tinggi. Hubungan positif ini, bagaimanapun ditemukan menjadi lemah dan tidak signifikan ketika variabel ukuran perusahaan termasuk dalam regresi analisis. Hal ini menunjukkan bahwa efek dari komite audit dengan kualifikasi pascasarjana dan frekuensi pertemuan komite audit audit mutu dapat dikompromikan untuk perusahaan besar. Temuan juga menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kompleksitas perusahaan dan ukuran fungsi audit internal dengan biaya audit, sehingga menunjukkan bahwa perusahaan besar yang memiliki lebih anak perusahaan dan memiliki audit internal aktif akan menuntut lebih tinggi kualitas audit. Uniamikogbo Emmanuel 2014 penelitian ini untuk menguji secara empiris keterkaitan antara komite audit beberapa direktur dan kualitas pelaporan keuangan di Nigeria. Temuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut; ada hubungan yang signifikan antara komite audit beberapa direktur dan kualitas pelaporan keuangan perusahaan karena beberapa direktur dapat menyebabkan keterbatasan waktu dan komitmen bagi anggota komite audit dari melakukan secara efektif; ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan keuangan komite audit dan kualitas pelaporan keuangan perusahaan, sebagai melek finansial sebagai anggota komite audit meningkatkan efektif mengawasi kontrol keuangan korporasi dan kualitas pelaporan; dan ada hubungan yang signifikan antara independensi komite audit dan kualitas pelaporan keuangan perusahaan. Atiek Sri Purwati 2006, penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris, apakah keanggotaan Komite Audit, independensi anggota Komite Audit, Proporsi Komisaris Independen, Ketua Komite Audit serta kompentensi anggota Komite Audit mempunyai pengaruh terhadap ketepatan waktu dalam pelaporan keuangan perusahaan yang listing di BEJ. Dari persamaan logistic regression yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa log odds ketepatan waktu pelaporan secara positif dipengaruhi oleh variabel ANGGOTA, INDEP, KKA dan KOMPT. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi nilai ANGGOTA, INDEP, KKA dan KOMPT Komite Audit, maka probabilitas perusahaan untuk pelaporan keuangan yang tepat waktu di atas rata-rata juga semakin tinggi. Anindyah Prastiti 2013 melakukan penelitian ini untuk meneliti peran dewan komisaris dan komite audit terhadap manajemen laba dengan menggunakan indikator ukuran dewan komisaris, independensi dewan komisaris, keahlian keuangan dewan komisaris, frekuensi pertemuan dewan komisaris, ukuran komite audit, independensi komite audit, keahlian keuangan komite audit dan frekuensi pertemuan komite audit. Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol ukuran perusahaan dan leverage untuk mengetahui sejauh mana variabel kontrol tersebut ikut mempengaruhi mekanisme corporate governance terhadap tingkat manajemen laba. Dari pengujian hipotesis yang dilakukan, terbukti bahwa variabel ukuran dewan komisaris, independensi dewan komisaris dan independensi komite audit berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan karakteristik-karakteristik lain keahlian keuangan dewan komisaris, frekuensi pertemuan dewan komisaris, ukuran komite audit, keahlian keuangan komite audit dan frekuensi pertemuan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Variabel ukuran perusahaan dan leverage sebagai variabel kontrol terbukti memiliki pengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Komang Ratna Widyaswari dan Ketut Alit Suardana 2014 melakukan penelitian untuk menguji hubungan antara karakteristik Komite Audit dengan timeliness pelaporan. Karakteristik komite audit diukur dengan beberapa variabel, yaitu independensi komite audit, jumlah keanggotaan komite audit, frekuensi rapat komite dan pengalaman komite audit bekerja di Kantor Akuntan Publik. Berdasarkan pembahasan atas pengujian hipotersis yang sudah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Karakteristik Komite Audit yang mencakup independensi Komite Audit, ukuran keanggotaan Komite Audit, frekuensi rapat Komite Audit dan pengalaman kerja Komite Audit di Kantor Akuntan Publik tidak berpengaruh terhadap timeliness pelaporan keuangan. Hasil ini dapat menunjukkan bahwa Komite Audit di Indonesia kurang efektif dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya dalam mengawasi proses pelaporan keuangan dan mewujudkan tata kelola perusahaan. 2.7. Kerangka konseptual Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan yang mencerminkan hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya dari penelitian yang sedang diteliti. Peraturan BEJ menyatakan bahwa kedudukan Komite Audit berada dibawah Dewan Komisaris dan salah seorang Komisaris Independen sekaligus menjadi ketua Komite Audit. Komite Audit terdiri sekurang-kurangnya satu orang Komisaris Independen dan sekurang-kurangnya 2 dua orang anggota lainnya berasal dari luar emiten. Tujuan diadakannya Komite Audit dan Komisaris Independen adalah dalam rangka pengelolaan perusahaan yang baik good corporate governance. Salah satu parameter terlaksanaya good corporate governance yaitu meningkatkan ketepatan pelaporan keuangan perusahaan. Ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan dapat dilihat dari ada atau tidaknya sanksi dari Bapepam sebagai pembina dan pengawas Pasar Modal. Kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1 Kerangka Konseptual jumlah keanggotaan Komite Audit dan frekuensi pertemuan Komite Audit terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan dengan Kualitas Audit sebagai variable Moderating.

2.8. Pengembangan Hipotesis

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kepemilikan Intitusional, Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Dengan Kualitas Audit sebagai Variabel Moderating (Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 40 99

PENGARUH KOMITE AUDIT TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KUALITAS LABA SEBAGAI PENGARUH KOMITE AUDIT TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KUALITAS LABA SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI.

1 7 16

PENDAHULUAN Pengaruh Karakteristik Keuangan Perusahaan, Karakteristik Komite Audit Dan Kualitas Audit Terhadap Frekuensi Rapat Komite Audit Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 0 9

NATANIA DEVINA ROSITA GAYATRI42702010

0 0 66

ANALISIS DAMPAK KUALITAS KOMITE AUDIT TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN KUALITAS AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Kepemilikan Intitusional, Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Dengan Kualitas Audit sebagai Variabel Moderating (Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 1 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Kepemilikan Intitusional, Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Dengan Kualitas Audit sebagai Variabel Moderating (Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Keagenan (Agency Theory) - Pengaruh Komite Audit Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan Dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia (Bei)

0 1 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Komite Audit Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan Dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia (Bei)

0 1 9

Pengaruh Komite Audit Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan Dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia (Bei)

0 0 11