Pengolahan Data Analisis model jackson pada sedimen berpasir menggunakan metode hidroakustik di gugusan pulau Pari, kepulauan Seribu

faktor-faktor lain selain dasar perairan berpasir itu sendiri saat proses sounding dilakukan. Proses sounding yang dilakukan untuk mengumpulkan data akustik dilakukan pada setiap titik pengambilan sampel dalam keadaan statis, artinya kapal berada pada kecepatan nol. Pengambilan data akustik dilakukan selama beberapa menit, atau setelah mendapatkan 2000 ping atau lebih pada tiap titik. Data yang diperoleh disimpan dalam format raw data di hard disc dan kemudian dicatat posisi pengambilannya. Transduser EY60 yang digunakan pada penelitian ini merupakan jenis bim terbagi split beam, bekerja pada frekuensi 120 kHz , lebar bim 7°, pulse length 0.128 ms, frekuensi sampling 5 ping per detik, serta penggunaan minimum threshold sebesar -130 dB. Orientasi transduser adalah downward looking grazing angle ≈ λ0 derajat dengan transduser berada pada kedalaman satu meter dari permukaan air laut. Dasar perairan yang terukur oleh transduser berada kedalaman sekitar dua meter. Setelah proses sounding akustik selesai, kemudian dilakukan pengambilan sampel sedimen sebagai ground truth data. Data ini diperoleh dengan cara menyelam dan mengambil langsung menggunakan pipa paralon berdiameter 2.5 inchi dengan panjang sekitar 40 cm. Pipa paralon ini berfungsi sebagai pengganti coring, agar sampel yang diambil pada tiap lokasi memiliki volume yang sama, dengan ketebalan lapisan sedimen yang diambil sekitar 15 cm dari permukaan dasar laut. Pengambilan sampel sedimen dilakukan pada area yang berada pada cakupan beam akustik.

3.4 Pengolahan Data

Proses kalkulasi model dan data dilakukan menggunakan perangkat lunak Matlab v.7.0.1. Perangkat lunak ini juga digunakan untuk mengekstraksi nilai mentah dari data akustik yang masih dalam format raw data. Untuk melakukan ekstraksi data akustik mengunakan Matlab, diperlukan listing program dari Rick Towler, NOAA-Alaska Echolab 2008, kemudian dimodifikasi sehingga mampu menampilkan output yang diinginkan. Selain Matlab, perangkat lunak Echoview v.4 juga digunakan sebagai pembanding dan membantu mendapatkan echogram yang lebih detail. Listing program yang digunakan untuk pengolahan data pada Matlab dapat dilihat pada Lampiran 2. Pemrosesan data dilakukan dengan memasukkan faktor koreksi terhadap data yang diperoleh dari calibration setting, seperti kecepatan suara dan koefisien absorpsi menggunakan Persamaan 3 dan 4. Setelah dikalkulasi maka didapatkan nilai kecepatan suara 1543.32 ms dan koefisien absorpsi 0.042873 dBm, pada suhu 30° C dan salinitas 33 ppt. Langkah selanjutnya adalah mengintegrasi data akustik yang sudah diekstrak. Integrasi dilakukan dengan mengambil sampel data sebanyak 500 ping pada tiap lokasi pengambilan data. Lapisan yang diambil mulai dari time bottom detect t bd hingga ketebalan lapisan 0.2 m, dimana pada lapisan ini nilai volume backscattering Sv yang dihasilkan dianggap sebagai Sv dasar laut. Pengolahan dilakukan pada nilai peak intensity atau nilai maksimum Sv raw data pada tiap ping. Nilai ini dianggap sebagai nilai Sv yang dihasilkan oleh permukaan sedimen. Selain volume backscattering strength SV, penelitian ini juga menggunakan variabel surface backscattering strength SS sebagai parameter akustik dasar perairan yang digunakan. Nilai SS diperoleh menggunakan Persamaan 18 yang menghubungkan bottom volume backscattering coefficient S vb dan surface backscattering coefficient S s Manik et al. 2006. 2  c S S s vb    ............................................................................ 18 Pada peak bottom echo, nilai integrasi Ψ฀ ≈ Φ sehingga persamaan 18 menjadi: vb s S c S 2   ............................................................................. 19 dimana,  = instantaneous equivalent beam angle for surface scattering Ψ = equivalent beam angle of the volume scattering c = kecepatan suara = pulse length

3.5 Persamaan Bottom Backscattering Strength