I. 2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah pengaruh
penggunaan internet terhadap peningkatan kompetensi belajar di kalangan siswa SMA Negeri 3 Medan?”
I. 3. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan mengambang, maka peneliti merasa perlu untuk membuat pembatasan masalah
yang lebih spesifik dan jelas. Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian bersifat korelasional, yaitu menganalisis pengaruh penggunaan
internet terhadap peningkatan kompetensi belajar di kalangan siswa SMA Negeri 3 Medan.
2. Penggunaan internet yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
penggunaan internet untuk menunjang peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas.
3. Objek penelitian yang diteliti adalah Siswa SMA Negeri 3 Medan.
4. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2011 sampai dengan selesai.
I. 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian yang akan menguraikan apa yang dicapai, disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dan pihak
lain yang berhubungan dengan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah,
terdiri dari:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat siswa SMA Negeri 3
Medan tentang internet. 2.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis informasi yang diakses siswa melalui internet.
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan internet
terhadap peningkatan kompetensi belajar siswa SMA Negeri 3 Medan.
I.4.2 Manfaat Penelitian.
Penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan beberapa manfaat, baik dari segi akademis, teoritis dan praktis, di antaranya yaitu :
1. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan di lingkungan Ilmu Komunikasi FISIP USU.
2. Secara Teoritis, penelitian ini ditujukan untuk memperkaya khasanah
penelitian terutama tentang komunikasi massa. 3.
Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.
I. 5. Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti permasalahannya. Untuk itu perlu disusun
kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana akan disoroti Nawawi, 2001: 39-40.
Teori merupakan himpunan konstruk konsep, definisi dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di
antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut Rakhmat, 2004: 6. Teori berfungsi untuk mejelaskan, meramalkan, dan memberikan
pandangan terhadap sebuah permasalahan. Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan antara lain:
I.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa I.5.1.1. Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu Communis yang artinya sama, communico, communication atau communicare yang berarti membuat sama to
make common. Istilah pertama communis adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal usul kata komunikasi. Menurut Carl I. Hovland dalam
karyanya yang berjudul “Social Communication”, mendefinisikan komunikasi adalah upaya sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas pentransmisian
informasi serta pembentukan opini dan sikap Mulyana, 2005: 4 Sebuah definisi singkat, dikemukakan oleh Harold D Lasswell bahwa cara
yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Who says what to whom in which channel with what effect?”, yang
bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia ialah “siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya?”.
Paradigma Laswell menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan tersebut, yakni:
a Komunikator
b Pesan
c Media
d Komunikan
e Efek
Jadi, berdasarkan paradigma Laswell, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media atau
saluran dan menimbulkan efek.
I.5.1.2 Komunikasi Massa
Para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan komunikasi massa mass communication adalah komunikasi melalui media
massa, jelasnya merupakan siklus dari komunikasi media masssa Mass Communication. Mereka membatasi pengertian komunikasi massa pada
komunikasi dengan menggunakan media massa seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, atau film.
Komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang massa beserta pesan yang dihasilkan, pembacapendengarpenonton yang akan dicoba diraih dan efeknya
terhadap mereka. Komunikasi massa dapat juga didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang
melembaga kepada khalayak yang sifatnya masal melalui alat-alat yang tergolong mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar dan film.
Komunikasi massa bersumber dari komunikasi yang menyampaikan pesannya dengan menggunakan media massa yang ditujukan untuk masyarakat
luas. Jadi salah satu ciri dari komunikasi massa adalah pesan yang disampaikan merupakan pesan yang mengandung kepentingan publik.
Komunikasi Massa, memiliki ciri – ciri : a
Komunikator dalam komunikasi massa melembaga b
Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen c
Pesannya bersifat umum d
Komunikasinya berlangsung satu arah e
Komunikasi massa menimbulkan keserempakkan f
Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis g
Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper Nurudin, 2003: 63.
1.5.2 Teknologi Komunikasi
Teknologi komunikasi adalah suatu penerapan ilmu pengetahuan untuk memecahkan maslalah-masalah yang berkaitan dengan komunikasi. Rogers, 1986
dalam Lubis 2005: 42, mendefinisikan teknologi komunikasi sebagai ”alat perangkat keras, struktur organisasi dan nilai-nilai sosial yang digunakan untuk
mengumpulkan, memproses dan mempertukaran informasi dengan orang lain”. Perkembangan teknologi komunikasi dewasa ini berlangsung demikian pesatnya
sehingga para ahli menyebut gejala ini sebagai suatu revolusi. Sekalipun kemajuan tersebut masih dalam perjalanannya, sejak sekarang sudah dapat
diperkirakan terjadinya berbagai perubahan di bidang komunikasi maupun bidang-bidang kehidupan lain yang berhubungan, sebagai implikasi dari
perkembangan keadaan yang dimaksud. Perubahan-perubahan yang kelak terjadi, terutama disebabkan berbagai kemampuan dan potensi teknologi komunikasi
tersebut, yang memungkinkan manusia untuk saling berhubungan dan memenuhi kebutuhan komunikasi mereka secara hampir tanpa batas.
1.5.3. Internet
Menurut Kamarga 2002: 93, internet merupakan jaringan yang terdiri dari ribuan bahkan jutaan komputer, termasuk di dalamnya jaringan lokal yang
terhubung melalui saluran satelit, telepon, kabel dan jangkauannya mencakup
seluruh dunia. Dan hal ini menjadikan jaringan internet memenuhi kapasitas untuk dijadikan sebagai salah satu sumber dan media pembelajaran dalam dunia
pendidikan. Menurut Sidharta 1996: 59, internet adalah lebih dari sekedar jaringan
komputer atau pelayan informasi. Internet adalah gambaran dinamis bahwa manusia yang mampu berkomunikasi secara bebas akan memilih untuk bersikap
sosial dan tidak mementingkan diri sendiri. Tharom 2002: 61, mengatakan bahwa pada awalnya, internet memiliki
empat aplikasi utama, yaitu e-mail, news, remote login, dan file transfer. Salah satu aplikasi baru yang muncul yaitu world wide web WWW, yang merupakan
arsitektur kerja dalam mengakses dokumen-dokumen yang tersebar pada ribuan mesin di internet. Web mulai dimunculkan pada tahun 1989 oleh CERN, Pusat
Penelitian Nuklir Eropa. WWW diusulkan oleh tim Berners-Lee pada bulan Maret 1989 dan 18 bukan kemudian berhasil dibuat prototype pertama berbasis teks.
Pengembangan terus dilakukan sampai didapatkan interface grafis pada bulan 1993.
Turkle dalam Severin dan Tankard 2005: 446, menyebutkan istilah komprehensif untuk world wide web, internet, milis elektronik, kelompok-
kelompok dan forum diskusi, ruang obrol chatting, permainan interaktif multi- player dan bahkan e-mail adalah dunia maya. Sebagai bagian dari media massa,
internet tidak terlepas dari aspek-apek yang harus diperhatikan dalam penggunaan media massa. Adapun beberapa aspek yang diperhatikan dalam penggunaan
media massa termasuk internet adalah: 1.
Jenis informasi yang diakses 2.
Kejelasan isi
3. Intensitas
4. Efektivitas
5. Fleksibilitas
I.5.4. Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan bahan pembelajaran, sehingga dapat merangsang perhatian,
minat, pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar dan merupakan suatu alat yang dapat membantu siswa supaya terjadi
proses belajar. Dengan menggunakan media pembelajaran diharapkan siswa akan dapat memperoleh berbagai pengalaman nyata, sehingga materi pelajaran yang
disampaikan dapat diserap dengan mudah dan lebih baik. Kedudukan media dalam pembelajaran sangat penting bahkan sejajar
dengan metode pembelajaran, karena metode yang digunakan dalam proses pembelajaran biasanya akan menuntut media apa yang dapat diintegrasikan dan
diadaptasikan dengan kondisi yang dihadapi Diknas, 2008: 27. Jika kembali kepada paradigma pembelajaran sebagai suatu proses transaksional dalam
menyampaikan pengetahuan.
Menurut Diknas, 2008: 30 Dalam proses pembelajaran terdapat tingkat proses aktivitas yang melibatkan keberadaan media pembelajaran, yaitu:
a. Tingkat pengolahan Informasi b. Tingkat penyampaian informasi
c. Tingkat penerimaan informasi d. Tingkat pengolahan informasi
e. Tingkat respon dari peserta didik f. Tingkat diagnosis dari pengajar
g. Tingkat penilaian h. Tingkat penyampaian hasil
Terjadinya pengalaman belajar yang bermakna tidak terlepas dari peran media. Adapun peranan media menurut Diknas 2008: 31 sebagai berikut:
a. Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru menyampaikan pelajaran. Dalam hal ini media digunakan guru sebagai variasi penjelasan
verbal mengenai bahan pengajaran. b. Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih
lanjut oleh para siswa dalam proses belajarnya. Paling tidak guru dapat menempatkan media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar
siswa.
c. Sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa baik secara individual maupun kelompok.
Dengan d
emikian akan banyak membantu tugas guru dalam kegiatan mengajarnya.
I.5.5. Kompetensi Belajar
Kata kompetensi biasanya diartikan sebagai ”kecakapan yang memadai untuk melakukan suatu tugas” atau sebagai ”memiliki keterampilan dan
kecakapan yang disyaratkan”. Johnson menyatakan bahwa pengajaran berdasarkan kompetensi merupakan suatu sistem dimana siswa baru dianggap
telah menyelesaikan pelajaran apabila ia telah melaksanakan tugas yang dipelajarinya untuk dilakukannya. Johnson memandang kompetensi sebagai
perbuatan performance yang rasional, karena orang yang melakukannya harus mempunyai tujuan atau arah dan ia tahu apa dan mengapa ia berbuat demikian
Suparno, 2001: 27. Kompetensi itu adalah suatu pengetahuan keterampilan dan kemampuan
atau kapabilitas yang dimiliki seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai prilaku kognitif, afektif dan psikomotoriknya Sanjaya, 2005:
83. Dari pendapat tersebut maka jelas bahwa kompetensi harus didukung oleh pengetahuan, sikap dan apresiasi. Artinya, tanpa pengetahuan dan sikap tidak
mungkin muncul suatu kompetensi tertentu.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Gordon 1988 menjelaskan beberapa
aspek yang harus terkandung dalam kompetensi sebagai berikut: 1.
Pengetahuan knowledge, yaitu pengetahuan seseorang untuk melakukan sesuatu, misalnya akan dapat melakukan proses berfikir
ilmiah untuk memecahkan suatu persoalan manakala ia memiliki pengetahuan yang memadai tentang langkah-langkah berfikir ilmiah.
2. Pemahaman understanding, yaitu kedalaman kognitif dan afektif
yang dimiliki oleh individu. 3.
Keterampilan Skill, adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melaksanakan tugas yang dibebankan.
4. Nilai value, adalah suatu standar perilaku yang diyakini dan secara
psikologis telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga akan mewarnai dalam segala tindakannya.
5. Sikap attitude, yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan
yang datang dari luar, misalnya perasaan senang atau tidak senang dengan munculnya peraturan baru.
6. Minat interest, yaitu kecendrungan seseorang untuk melakukan suatu
tindakan atau perbuatan Sanjaya, 2005: 6.
Kompetensi yang satu berbeda dengan kompetensi yang lain dalam hal jumlah pembagiannya. Ada kompetensi yang tergantung pada pengetahuan dan
ada yang bergantung terhadap proses. Semakin kompleks, kreatif atau profesional suatu kompetensi, semakin besar kemungkinannya diterapkan dengan cara
berbeda different fashion pada setiap kali dilakukan bahkan oleh orang yang sama. Hal ini berbeda dengan kompetensi teknis yang diterapkan dengan
menggunakan cara yang sama, pada kompetensi profesional dituntut kreativitas serta kecakapan dalam menyesuaikan pada keadaan yang berbeda-beda.
Belajar juga dikaitkan dengan konsep kompetensi yang berarti kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu. Untuk berbagai pekerjaan dan
profesi, diperlukan kemampuan kompetensi yang generik dan melintas batas disiplin ilmu, namun ada juga kompetensi khusus sesuai dengan sifat khusus
bidang studi.
Tidak mudah dalam menetapkan standar kompetensi, terlebih untuk kegiatan yang hasilnya tidak dapat langsung dilihat dan bersifat kompleks.
Kompetensi merupakan suatu gabungan dari berbagai energi dan potensi yang ada pada seseorang. Belajar juga seringkali dihubungkan dengan tuas perkembangan
yakni, kecakapan yang diharapkan oleh lingkungan sosial untuk dapat dikuasai ditunjukkan oleh individu pada tahap perkembangan tertentu.
Dalam meningkatkan kompetensi belajar, terdapat beberapa masalah- masalah-masalah yang ditemukan dilapangan yang dikategorisasikan ke dalam
dua faktor yaitu berasal dari dalam diri pelajar itu sendiri dan faktor-faktor yang berasal dari luar subjek yang belajar.
A. Faktor yang berasal dari dalam Internal
Yang meliputi: a
Mereka sukar mencerna karena materi dianggap sulit b
Kehilangan gairah belajar disebabkan memperoleh nilai yang rendah
c Kesulitan mendisiplinkan diri dalam belajar
d Tidak bisa berkonsentrasi
e Tidak tekun dalam belajar
f Konsep diri yang rendah
g Gangguan emosi
B. Faktor-faktor Eksternal
a Kemampuan sosial ekonomi
b Kemampuan guru menguasai materi dan strategi pembelajaran
c Kurang memperoleh dukungan dari orang sekitar
d Lingkungan fisik
e Kesulitan belajar dari lembaga pendidikan
I.5.6. Sikap
Menurut Sherif dalam Dayaksini, 2003: 95, sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku.
Menurut Allport dalam Dayakinsi, 2003: 96, pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen komponen
tersebut ada tiga, yaitu: a. Komponen kognitif
Komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat
disamakan dengan pandangan terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial. Komponen kognitif menyatakan kepercayaan
terhadap sesuatu datang dari apa yang telah dilihat atau dari yang telah diketahui. Berdasarkan hal ini kemudian terbentuk ide atau gagasan mengenai sifat atau
karakteristik umum suatu objek. Sekali kepercayaan terbentuk akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tertentu.
b. Komponen afektif Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan
menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan
terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin mengubah sikap seseorang. Secara
umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun, pengertian perasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila
dikaitkan dengan sikap. c. Komponen konatif
Komponen konatif berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Komponen konatif
menunjukkan bagaimana cara berperilaku sesuai dengan objek sikap yang dihadapi. Asumsinya adalah bahwa kepercayaan dan perasaan banyak
mempengaruhi perilaku. Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras dengan kepercayaan dan perasaan dalam membentuk sikap individual.
I. 6. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang kritis dan bersifat memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai.
Kerangka konsep akan menuntun penelitian dalam menentukan hipotesis Nawawi, 1995: 40.
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas X
Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya gejala, faktor atau unsur lainnya
Nawawi, 1995: 56. Variabel bebas penelitian ini adalah internet.
2. Variabel Terikat Y Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang
dipengaruhi oleh variabel bebas Nawawi, 1995: 57. Variabel terikat ini adalah peningkatan kompetensi belajar siswa.
3. Karakteristik Responden Karakteristik responden menjelaskan tentang usia, jenis kelamin, kelas
responden serta uang saku perbulan.
I. 7. Model Teoritis
Model Teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan-permasalahan terkait antara satu dengan lainnya. Variabel-variabel
yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep, dibentuk menjadi satu model teoritis sebagai berikut:
Model Teoritis
I. 8. Variabel Operasional