PENGUATAN IDEOLOGISASI DALAM TUBUH DPW PARTAI KEADILAN SEJAHTERA YOGYAKARTA MELALUI ROLE PLAY POLITIK

D. Kondisi Dampingan yang Diharapkan

Kondisi yang diharapkan dari subjek dampingan, yaitu dari kader PKS. Di dalam PKS sendiri memiliki enam kemampuan yang harus dimiliki oleh kader PKS. Pertama , kader PKS harus memiliki kemampuan manajemen organisasi. Menurut Handoko (2000), manajemen adalah bekerja dengan dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan, dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, pengarahan, kepemimpinan dan pengawasan.

Kedua, kader PKS harus memiliki kemampuan menyediakan stok pemikiran atau ide. Menurut Khodijah (2006), berpikir adalah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item. Sedangakan menurut Drever dalam Khodijah (2006), berpikir Kedua, kader PKS harus memiliki kemampuan menyediakan stok pemikiran atau ide. Menurut Khodijah (2006), berpikir adalah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item. Sedangakan menurut Drever dalam Khodijah (2006), berpikir

Ketiga, kader PKS harus memiliki kemampuan berlomba-lomba dalam kebaikan. Kebaikan sendiri adalah sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran, nilai yang diharapkan memberikan kepuasan, mendatangkan rahmat, dan memberikan perasaan senang atau bahagia.

Keempat, kader PKS harus meningkatkan kemampuan mejaga hubungan dengan Allah. Sifat hubungan antara manusia dengan Allah SWT dalam ajaran Islam bersifat timbal-balik, yaitu bahwa manusia melakukan hubungan dengan tuhan dan tuhan juga melakukan hubungan dengan manusia. Tujuan hubungan manusia dengan Allah adalah dalam rangka pengabdian atau ibadah.

Kelima, kader PKS mampu menjadi teladan kebaikan bagi masyarakat. Teladan yang berarti sesuatu yang patut ditiru atau baik dicontoh (Alwi, 2001). Maka kader PKS bisa menjadi sosok panutan yang baik bagi masyarakat dengan mengajarkan kebaikan dan kebenaran.

Terakhir, kader PKS harus memiliki kemampuan untuk menjaga kewaspadaan. Kewaspadaan sendiri adalah kemampuan untuk menggambarkan oranglain sebagaimana mereka melihat diri mereka sendiri.

E. Strategi yang Digunakan

Kegiatan yang akan dilakukan bertujuan untuk menanamkan ideologi PKS kepada kader dengan cara yang lebih interaktif dan tidak membosankan. Strategi yang dipilih untuk menanamkan ideologi PKS kepada kader adalah strategi role play. Role play adalah metode penggambaran keterampilan dan pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan cara memerankan situasi yang sesuai dengan yang terjadi pada kehidupan yang sebenarnya (Bennett dalam Romlah, 2001). Metode ini dipilih karena dapat berkesan kuat dan bertahan lama, proses pelaksanaannya menarik, dapat membangkitkan gairah dan semangat optimisme serta rasa kebersanaan dan kesetiakawanan, serta dapat membuat perserta lebih menghayati proses dengan mudah dan dapat memetik nilai yang terdapat dalam setiap prosesnya.

Seaton, Dell'Angelo, Spencer, & Youngblood dalam Crow & Nelson menyarankan penggunaan Role Play untuk membantu dalam pengembangan kesadaran diri, pengaturan diri dan pemantauan diri (Crow & Nelson, 2015). Salah satu fakultas ilmu politik telah menemukan bahwa Role Play memiliki kekuatan untuk menciptakan proses politik yang kompleks dan dinamis di dalam kelas, Seaton, Dell'Angelo, Spencer, & Youngblood dalam Crow & Nelson menyarankan penggunaan Role Play untuk membantu dalam pengembangan kesadaran diri, pengaturan diri dan pemantauan diri (Crow & Nelson, 2015). Salah satu fakultas ilmu politik telah menemukan bahwa Role Play memiliki kekuatan untuk menciptakan proses politik yang kompleks dan dinamis di dalam kelas,

F. Pihak-Pihak yang Terlibat dan Bentuk Keterlibatannya

Pihak yang terlibat dalam kegiatan penguatan ideologisasi dalam PKS ini antara lain ; (1) kader PKS, (2) bagian pengkaderan PKS, dan (3) Dosen dari mata kuliah Psikologi Literasi dan Partisipasi Politik di UIN Sunan Kalijaga. Semua kader terlibat aktif dalam sesi pelatihan sebagai peserta yang akan menerima materi yang akan diberikan melalui role play. Mereka juga akan berperan aktif dalam pelaksanaan role play . Bagian pengkaderan PKS diminta untuk terlibat dalam memberikan pertimbangan materi dan metode pelatihan yang akan dilakukan. Dosen dari mata kuliah Psikologi Literasi dan Partisipasi Politik UIN Sunan Kalijaga terlibat sebagai perumus modul pelatihan dan trainer dalam progam ini.

Daftar Pustaka

Aliyas . (2005). Paradigma Politik Partai Keadilan Sejahtera dalam Membangun Moral Bangsa. Adab dan Humaniora IAIN STS Jambi, 1-22.

Alwi, S. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia, Strategi Keunggulan Kompetitif. Yogyakarta: BPFE

Asmaroini, A.P. (2017). Menjada Eksistensi Pancasila dan Penerapannya Bagi Masyarakat di Era Globalisasi. JPK : Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan : 1 (2) hlm 50-64

Basyir, A. (2004). Ideologi Politik Dilematis Partai Keadilan Sejatera (PKS) antara Gerakan Tarbiyah dan Pragmatisme. Sidang Munaqosyah (pp. 1-112). Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Crow, M. L., & Nelson, L. P. (2015). The Effects of Using Academic Role-Playing in a Teacher Education Service-Learning Course. International Journal of Role-Playing, 1-7.

Handoko, T. Hani. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE Khodijah, Nyayu. (2006). Psikologi Belajar. Palembang: IAIN Raden Fatah Press. Munandar, A. (2011). Antara Jemaah dan Partai Politik: Dinamika Habitus Kader Partai

Keadilan Sejahtera (PKS) dalam Arena Politik Indonesia Pasca Pemilu 2004. Disertasi (pp. 1-457). Depok: Universitas Indonesia.

Prasetya, I.Y. (2011). Pergesera Peran Ideologi dalam Partai Politik. Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan : 1 (1) hlm 30-40

Romlah, T. (2001). Teori dan Praktek Bimbingan dan Konseling Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang

Shapiro, S., & Leopold, L. (n.d.). A Critical Role of Role-Playing Pedagogy. Perspective, 120-130.

MEMBANGUN KESEJAHTERAAN EKONOMI MELALUI PELATIHAN ENTERPRENUER PADA PENGEMBANG USAHA MENENGAH KECIL DI DUKUH NGENTAK SAPEN YOGYAKARTA DALAM PRESPEKTIF PSIKOLOGI KEWIRAUSAHAAN

Oleh Arief Azizy

A. Isu dan Fokus

Kesejahteraan hidup merupakan dambaan setiap manusia, masyarakat yang sejahtera tidak akan terwujud jika para masyarakatnya hidup dalam keadaan miskin. Oleh karena itu, kemiskinan harus dihapuskan karena merupakan suatu bentuk ketidaksejahteraan yang menggambarkan suatu kondisi yang serba kurang dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi. Kesejahteraan ekonomi merupakan sebagai tingkat terpenuhinya input secara financial. Input yang dimaksud baik berupa pendapatan, nilai aset keluarga maupun pengeluaran. Menurut Bahrudin, Kesejahteraan tidak hanya diukur dari besarnya pendapatan yang diterima, melainkan juga oleh sistem hubungan kerja. Kesejahteraan masyarakat digamabarkan sebagai kondisi yang memperlihatkan tentang keadaan kehidupan masyarakat yang dapat dilihat dari standar kehidupan masyarakat.

Makna hidup sebagian besar manusia didasarkan pada tujuan ekonomi belaka. Sehingga dapat di mengerti apabila kegagalan ekonomi dianggap sebagai kegagalan hidup secara keseluruhan. Dan sebaliknya, kesuksesan ekonomi dianggap sebagai kesuksesan hidup secara keseluruhan pula. Atau setidaknya, keberhasilan ekonomi dianggap lebih tinggi atau lebih bernilai dibanding keberhasilan-keberhasilan di bidang yang lain seperti: pendidikan, keharmonisan keluarga, etika, religiusitas, dan lain-lain (Setiawan, 2014).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2017. Tingkat kemiskinan di Indonesia turun menjadi 10,6% dari sebelumnya 10,7% pada tahun 2016 dan 11,1% pada tahun 2015. Sementara itu dengan tingkat pengangguran dari tahun 2006 grafiknya selalu menunjukkan perununan. Per Februari 2006, tercatat sebesar 10,5% hingga pada tahun 2017 menyentuh angka 5,4%. (ESQ News, 2017). Dapat dicermati gamabaran data diatas menggambarkan tingkat kemiskinan dan pengangguran di Indonsia memiliki penurunan, dengan ini menunjukkan tingkat Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2017. Tingkat kemiskinan di Indonesia turun menjadi 10,6% dari sebelumnya 10,7% pada tahun 2016 dan 11,1% pada tahun 2015. Sementara itu dengan tingkat pengangguran dari tahun 2006 grafiknya selalu menunjukkan perununan. Per Februari 2006, tercatat sebesar 10,5% hingga pada tahun 2017 menyentuh angka 5,4%. (ESQ News, 2017). Dapat dicermati gamabaran data diatas menggambarkan tingkat kemiskinan dan pengangguran di Indonsia memiliki penurunan, dengan ini menunjukkan tingkat

Globalisasi ekonomi yang di pengaruhi oleh ekonomi neoklasik dan kekuatan kapitalis transnasional telah membawa dampak pada banyak orang. Mereka merasakan bahwa ekonomi mainstream tidak lagi memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini terlihat pada angka pengangguran, kemiskinan diatas (Frank, 2008). Banyaknya permasalahan kemiskinan dan kesenjangan ekonomi yang terjadi pada masyarakat marginal di perkotaan maupun di pedesaan, banyak memberikan pengaruh bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Menurut Mubyarto, Gambaran ekonomi masyarakat indonesia dewasa ini berada dalam persimpangan jalan. Potensinya untuk berkembang semakin terbuka, karena seluruh bnga sangat menyadari mutak perlunya pemerataan sebagai pra kondisi perwujudan edilan sosial. Artinya, kondisi ekonomi masyarakat kecil selama ini tergusur atau tertekan. Perlu benar-benar digarap jika selama ini pembangunan yang dilakukan cenderung berformalisasi karena segala sesuatunya telah ditetapkan dan diatur dari atas, maka dalam pembangunan yang memihak masyarakat menuntut semua perencnaan keputusan dan pelaksanaan dilakukan masyarakat sendiri (Mubyarto, 2000).

Pemberdayaan ekonomi masyarakat dewasa ini perlu digerakkan, masyarak di wilayah perkotaan maupun pedesaan mulai sadar akan perlunya membuat suatu formula usaha mandiri dalam lingkungan masyarakat tersebut. Hal ini terlihat pada masyarakat dukuh ngentak sapen yang beberapa memiliki usaha menengah kecil. Beberapa usaha yang dimiliki oleh penduduk dukuh ngentak sapen belum sepenuhnya melakukan inovasi dalam hal produk dan model pemasarannya. Seorang wirausaha seharusnya memiliki beberapa modal yang perlu dikembangkan kepada diri setiap pengembang usaha, yaitu modal karakter inovatif dan kreatif. Dalam beberapa penelitian karakter inovatif dan kreatif sangat membantu untuk mengembangkan usaha yang dimiliki seorang wirausaha.

Hal ini berkaitan dengan modal utama seorang pengusaha atau pengembang usaha menengah kecil di ngentak sapen, Ada enam sifat unggul menurut Riyanti (dalam Wasisto, 2017) yang dapat dijadikan modal psikologis seorang pengembang usaha dalam menjalankan dan mengelola usahanya, yaitu: (a) Percaya diri, terdiri dari: sifat yakin, mandiri, individualitas, optimisme, kepemimpinan, dan dinamis; (b) Originalitas, Hal ini berkaitan dengan modal utama seorang pengusaha atau pengembang usaha menengah kecil di ngentak sapen, Ada enam sifat unggul menurut Riyanti (dalam Wasisto, 2017) yang dapat dijadikan modal psikologis seorang pengembang usaha dalam menjalankan dan mengelola usahanya, yaitu: (a) Percaya diri, terdiri dari: sifat yakin, mandiri, individualitas, optimisme, kepemimpinan, dan dinamis; (b) Originalitas,

Menumbuhkan karakter inovatif dan kreatif kedalam diri seorang wirausaha merupakan hal yang sangat urgen, pada umumnya ide inovatif dan kreatif ini bentuk implementasinya kepada pemasaran, pembuatan produk baru dan lain sebagainya. Dalam melakukan pemasaran dengan berbagai banyak model, di era serba teknologi pemasaran dengan modal media sosial merupakan pemasaran bentuk pemasaran tidak langsung, para pengembang usaha mencoba untuk memasarkan produknya dengan media (Suryani, 2014). Dalam hal ini berdasarkan pengamatan di dukuh ngentak sapen, para pengembang usaha atau wirausaha kebanyakan adalah ibu-ibu, mereka memiliki usaha menengah kecil di sekitaran wilayah ngentak sleman. Ibu-ibu ini mengembangkan usahanya dengan kemampuan yang dimiliki selama ini.

B. Alasan Memilih Subyek Dampingan

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika DIY, pada tahun 2017 Kota Yogyakarta tercatat sebanyak 321.056 penduduk yang dikategorikan memiliki masalah

kemiskinan meningkat 110.44% dibandingkan tahun 2016. Sebagian besar, yakni 70,14% merupakan fakir miskin, 14,94% anak terlantar, 12,88% keluarga dengan rumah ynag tidak layak huni, 6,54% wanita rentan masalah sosial, dan sisanya 8,38% adalah gelandangan/pengemis anak nakal, anak jalanan. Kondisi ini mengisyaratkan perlunya perhatian lebih terhadap mereka yang tidak memiliki kekuatan untuk membangun usaha, guna untuk menghidupi keseharian. Di Kecamatan Caturtunggal pada tahun 2017 tercatat 45.280 penduduk, berdasarkan jenis kelamin laki-laki tercatat 22.610 jiwa dan berdasarkan jenis kelamin perempuan 22.670 jiwa.

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial dinyatakan bahwa, kesejahteraan sosial mempunyai keterkaitan yang erat dengan Hukum Ekonomi dalam pencapaian tujuannya. Tujuannya yaitu dapat mewujudkan kehidupan yang layak dan bermartabat bagi masyarakat serta memenuhi hak atas kebutuhan dasar masyarakat untuk menciptakan kesejahteraan sosial. Sedangkan dalam hukum ekonomi kegiatan yang dilakukan yaitu bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Kesejahteraan sosial secara menyeluruh dalam pasal ini menyangkut juga tentang kesejahteraan ekonomi masyarakat. Terpenuhinya kesejahteraan sosial, kebutuhan terpenuhi, nakan menciptakan kesejahteraan ekonomi (Suharto, 2010). Kesejahteraan sosial merupakan usaha sosial yang terorganisis dan mempunyai maksud tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya (Hamid, 2012).

Kondisi ekonomi masyarakat di dukuh ngentak sapen, masih perlu untuk dikembangkan dan diberdayakan. Terkhusus yang sudah mempunyai usaha mandiri seperti warung makan, warung sembako, usaha jual pulsa, tempat laundry, toko perlengkapan kehidupan mahasiswa. Banyak macamnya usaha yang dimiliki oleh masyarakat setempat, letak secara geografis sangat cocok untuk mengembangkan usaha dengan pemenuhan kebutuhan. Semua jenis usaha yang ada di dukuh ngentak sapen di kelola kebanyakan oleh ibu-ibu. Di dukuh ngentak sapen tidak memiliki komunitas yang mengayomi para perkumpulan pedagang atau pengusaha menengah kecil ini. Sehingga perlunya para ibu-ibu yang memiliki usaha menengah kecil ini diberikan edukasi berupa pelatihan dan pembentukan karakter wirausaha yang inovatif.

Masyarakat di wilayah dukuh ngentak sapen yang memiliki usaha menengah kecil tersebut rata-rata memiliki penghasilan 500 rb sampai dengan 1,5 juta perbulan. Mereka mengembangkan usaha kecilnya demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga, sehingga untuk meningkatkan pendapatan perbulan dan dapat mencukupi kebutuhan mereka tentu saja perlunya diadakan edukasi terhadap para pengembang dan pemiliki usaha kecil menengah di dukuh ngentak sapen. Program pelatihan dan pemberdayaan ini ditujukan kepada ibu-ibu yang berumur 30 – 65 (tahun) dan memiliki usaha kecil. Dalam tahap perkembangan dewasa adalah waktu menempatkan diri di masyarakat dan ikut bertanggung jawab terhadap apapun yang dihasilkan dari masyarakat. Kepedulian (care) adalah perluasan komitmen untuk merawat orang lain, merawat produk dan ide yang membutuhkan perhatian (Santrock, 1995).

C. Kondisi Subyek Dampingan Saat Ini

Warga dari Dukuh Ngentak Sapen ini mayoritas adalah warga masyarakat asli yang tinggal di wilayah sekitar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Mereka mayoritas bekerja di sekitaran kampus UIN Sunan Kalijaga, sebagai penjual makanan, laudry kiloan, menjual peralatan sekolah dan kampus, penjual sembako. Pendidikan terakhir dari warga masyarakat dukuh ngentak sapen ini mayoritas adalah SMA, dan Warga dari Dukuh Ngentak Sapen ini mayoritas adalah warga masyarakat asli yang tinggal di wilayah sekitar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Mereka mayoritas bekerja di sekitaran kampus UIN Sunan Kalijaga, sebagai penjual makanan, laudry kiloan, menjual peralatan sekolah dan kampus, penjual sembako. Pendidikan terakhir dari warga masyarakat dukuh ngentak sapen ini mayoritas adalah SMA, dan

Tabel.1 Pembagian Berdasarkan Jenis Kelamin

No

Jenis Kelamin

Jumlah Penduduk

53 orang Total 126 orang

Tabel.2 Pembagian Penduduk Berdasarkan Jenjang Pendidikan No

Jenjang Pendidikan

Jumlah Penduduk

1. Tidak Sekolah

20 Orang

2. SD/Sederajat

56 Orang

3. SMP/Sederajat

14 Orang

4. SMA/Sederajat

11 Orang

5. S1/KULIAH

5 Orang

6. Belum Tamat Sekolah

20 Orang Total 126 Orang

Berdasarkan tabel diatas tingkatan pendidikan masyarakat dukuh ngentak sapen banyak yang lulusan SD/Sederajat sebanyak 56 Orang. Warga yang tidak mengenyam bangku pendidikan dan yang belum tamat sekolah sederajat mereka berjumlah sebanyak 20 Orang. Meskipun begitu, beberapa masyarakat penduduk dukuh ngentak sapen ada juga yang pernah mengenyam bangku pendidikan SMP/Sederajat dengan jumlah sebanyak 14 Orang, dan lulusan SMA/Sederajat mereka sebanyak 11 Orang. Minimnya masyarakat asli dukuh ngentak sapen yang melanjutkan studi di bangku kuliah ada beberapa yakni sejumlah 5 Orang.

Tabel.3 Pembagian Penduduk Berdasarkan Jenis Usaha Menengah-Kecil

No

Jenis Usaha

Jumlah Orang

1. Warung makan / Angkringan

11 Orang

2. Toko Sembako

2 Orang

3. Konter Heandphone

1 Orang

4. Laundry Kiloan

6 Orang

5. Jual Perlengkapan Mahasiswa

2 Orang Total 22 Orang

Berdasarkan data tabel pembagian penduduk berdasarkan jenis usaha menengah kecil yang dikembangkan di wilayah ngentak sapen ini bisa dicermati bahwa kondisi geografis yang sedikit menguntungkan bagi para ibu-ibu untuk membuka usaha warung makan / angkringan dengan jumlah 11 orang ibu-ibu. Dan usaha yang sedikit lumayan banyak dikembangkan masyarakat ngentak sapen yaitu usaha laundry kiloan yang lumayan banyak dikembangkan oleh ibu-ibu ngentak sapen sebanyak 6 orang. Jika dicermati, toko sembako dan penjual perlengkapan mahasiswa memiliki jumlah 4 orang yang memiliki usaha menengah kecil tersebut. Usaha lainnya yang dikembangkan oleh ibu-ibu ngentak sapen yaitu ada satu usaha yang hanya 1 orang yang memiliki dan mengembangkan usaha tersebut yaitu usaha konter handphone.

D. Kondisi Dampingan Yang Diharapkan

Setelah dilakukan pendampingan berupa pelatihan enterprenuer pada ibu-ibu yang memiliki usaha menengah kecil di Dukuh Ngentak Sapen. Di harapkan mereka mampu membangun etos wirausaha yang kreatif dan inovatif dalam segi pemasaran maupun produksi barang, seperti yang di katakan Riyanti (dalam Wasisto, 2017) setidaknya seorang wirausaha memiliki bangunan karakter psikologis yang kuat, seperti karakter percaya diri, optimis, dan inovatif dalam melakukan eksekusi pada suatu produk atau pembuatannya. Sehingga adanya perkembangan ang dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun diri orang lain. Manfaat program pendampingan dengan model pelatihan enterprenuer ini diharapkan mampu memberikan perubahan perilaku serta pola pikira untuk lebih inovatif dan kreatif dalam mengembangkan dan memasarkan usaha menengah kecil di tengah arus deras globalisasi ini. Diharapkan ibu-ibu yang mengikuti pelatihan enterprenuer ini dapat mengembangkan potensi dan memiliki daya untuk senantiasa melakukan inovasi dan kreatifitas.

Produk lain dari program pengembangan dan p engabdian ini adalah berupa “Modul Desain Literasi Partai Politik” yang disuguhkan dalam berbagai macam kajian dengan Prespektif Psikologi Politik tentunya yang akan dicetak untuk memenuhi kajian materi di mata kuliah Psikologi Literasi dan Pastisipasi Politik. Sehingga dapat bermanfaat bagi

E. Strategi Yang Digunakan

Peningkatan ekonomi kerakyatan harus diimbangi dengan peningkatan sumber daya manusia. Oleh karena itu pemerintah mengupayakan dengan mengadakan pelatihan bagi kelompok masyarakat untuk meningkatkan sumber daya manusia. Flippo (Kamil, 2012) mengemukakan bahwa “training is the act increasing the knowledge and skill of anemployee for doing a particular job” Pelatihan adalah tindakan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seorang pegawai untuk melaksanakan tugas tertentu. Hal senada ditambahkan oleh Beach (Kamil, 2012) yaitu “The objective of training is to achieve a change in the behavior of those training ”. Tujuan pelatihan adalah untuk memperoleh perubahan dalam tingkah laku mereka yang terlatih. Sehingga adanya manfaat positif ketika selesai sesi latihan tersebut dilakukan. Diharapkan dengan metode teknik Self Talk dalam pelatihan enterprenuer ini mampu membentuk dan menumbuhkan karakter inovatif dan kreatif dalam diri seorang pengembang usaha menengah kecil di dukuh ngentak sapen.

F. Pihak-Pihak Yang Terlibat dan Bentuk Keterlibatannya

Pihak yang terlibat dalam kegiatan pelatihan enterprenuer pada masyarakat pemilik usaha menengah kecil di dukuh ngentak sapen antara lain : (a) seluruh penduduk masyarakat dukuh ngentak sapen (b) ibu-ibu yang memiliki usaha menengah kecil di dukuh ngentak sapen, (c) Dosen dari matakuliah Psikologi Literasi dan Partisipasi Politik di UIN Sunan Kalijaga. Semua keluarga yang terkhususkan ibu-ibu yang memiliki usaha yang dikembangkan terlibat aktif dalam sesi pelatihan enterprenuer sebagai peserta yang akan menerima materi dari seorang trainer. Seluruh penduduk masyarakat dukuh ngentak sapen diharapkan ikut serta menyukseskan pelatihan enterprenuer yang diselenggarakan. Ibu-ibu yang memiliki usaha menengah kecil di dukuh ngentak sapen sebagai peserta diharapkan mampu menyampaikan keluhan, berbagi di dalam acara tersebut. Sehingga dengan ini menimbulkan timbal balik yang positif setelah pelatihan enterprenuer ini. Dosen dari matakuliah Psikologi Literasi dan Partisipasi Politik ikut serta membimbing dalam mendesain modul pelatihan tersebut.

Daftar Pustaka

Frank Tesoriero, & Jim, Ife. (2008). Community Development, Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi (edisi ke-3). Pustaka Pelajar ; Yogyakarta.

Hamid, Edy Suandi. (2012). Dinamika Ekonomi Indonesia. Yogyakarta: UII Press.

Kamil, Mustofa. (2012). Model Pendidikan dan Pelatihan: Konsep dan Aplikasi.

Bandung: Alfabeta.

Mubyarto. (2000) Reformasi Sistem Ekonomi. UII Press : Yogyakarta. Qardhawi,Yusuf. (1995) Kiat Islam Mengentaaskan Kemiskinan. Gema Insani Press :

Jakarta. Santrock, J.W. (1995). Life-span Development : Perkembangan Masa Hid up. jilid dua

(edisi lima). Penerbit Erlangga ; Jakarta. Setiawan, Hendro. (2014). Manusia Utuh : Sebuah Kajian atas Pemikiran Abraham

Maslow. Kanisius ; Yogyakarta. Suharto, Edi. (2010). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Kajian

Strategis Pembangunan Kesejahteraan (Sosial & Pekerjaan Sosial). Bandung: Refika Aditama.

Suryani, Ita. (2014).Pemanfaatan Media Sosial sebagai Media Pemasaran Produk dan Potensi dalam Upaya Mendukung ASEAN Community 2015 (Studi Social Media Marketing Pada Twitter Kemenparekrat RI dan Facebook Disparbud Provinsi Jawa Bara t). Jurnal Komunikasi, ISSN 1907-898X. Vol. 8. No. 2

Wasisto, Edhi. (2017). Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pembinaan Karakteristik Bagi Siswa Sekolah Kejujuran di Kota Surakarta. Jurnal Ekonomi dan Perbankan. Vol 2. No. 1 ISSN 2579-5597.

http://www.esq-news.com/2017/11/25/kesejahteraan-dan-pertumbuhan-ekonomi- indonesia-meningkat/ Di Akses pada hari kamis tanggal 28 Desember 2017 pada pukul 13.42 WIB.

https://yogyakarta.bps.go.id/statictable/2015/03/31/6/jumlah-penduduk-miskin-dan-

garis-kemiskinan-menurut-kabupaten-kota-di-d-i-yogyakarta-2014--2015.html Di Akses pada hari kamis tanggal 28 Desember 2017 pada pukul 13.42 WIB.

MEMBANGUN KESEJAHTERAAN EKONOMI MELALUI PELATIHAN PEMASARAN ONLINE PADA PEDAGANG DI PASAR TALO TIMOHO YOGYAKARTA DALAM PRESPEKTIF PSIKOLOGI KEWIRAUSAHAAN

Oleh Sri Yuliatin Azizah

A. Isu dan Fokus

Kesejahteraan hidup merupakan dambaan setiap manusia, masyarakat yang sejahtera tidak akan terwujud jika para masyarakatnya hidup dalam keadaan miskin. Oleh karena itu, kemiskinan harus dihapuskan karena merupakan suatu bentuk ketidaksejahteraan yang menggambarkan suatu kondisi yang serba kurang dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi. Kesejahteraan ekonomi merupakan sebagai tingkat terpenuhinya input secara financial. Input yang dimaksud baik berupa pendapatan, nilai aset keluarga maupun pengeluaran. Menurut Bahrudin, Kesejahteraan tidak hanya diukur dari besarnya pendapatan yang diterima, melainkan juga oleh sistem hubungan kerja. Kesejahteraan masyarakat digambarkan sebagai kondisi yang memperlihatkan tentang keadaan kehidupan masyarakat yang dapat dilihat dari standar kehidupan masyarakat.

Makna hidup sebagian besar manusia didasarkan pada tujuan ekonomi belaka. Sehingga dapat di mengerti apabila kegagalan ekonomi dianggap sebagai kegagalan hidup secara keseluruhan. Dan sebaliknya, kesuksesan ekonomi dianggap sebagai kesuksesan hidup secara keseluruhan pula. Atau setidaknya, keberhasilan ekonomi dianggap lebih tinggi atau lebih bernilai dibanding keberhasilan-keberhasilan di bidang yang lain seperti: pendidikan, keharmonisan keluarga, etika, religiusitas, dan lain-lain (Setiawan, 2014).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2017. Tingkat kemiskinan di Indonesia turun menjadi 10,6% dari sebelumnya 10,7% pada tahun 2016 dan 11,1% pada tahun 2015. Sementara itu dengan tingkat pengangguran dari tahun 2006 grafiknya selalu menunjukkan perununan. Per Februari 2006, tercatat sebesar 10,5% hingga pada tahun 2017 menyentuh angka 5,4%. (ESQ News, 2017). Dapat dicermati gamabaran data diatas menggambarkan tingkat kemiskinan dan pengangguran di Indonsia memiliki penurunan, dengan ini menunjukkan tingkat Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2017. Tingkat kemiskinan di Indonesia turun menjadi 10,6% dari sebelumnya 10,7% pada tahun 2016 dan 11,1% pada tahun 2015. Sementara itu dengan tingkat pengangguran dari tahun 2006 grafiknya selalu menunjukkan perununan. Per Februari 2006, tercatat sebesar 10,5% hingga pada tahun 2017 menyentuh angka 5,4%. (ESQ News, 2017). Dapat dicermati gamabaran data diatas menggambarkan tingkat kemiskinan dan pengangguran di Indonsia memiliki penurunan, dengan ini menunjukkan tingkat

Globalisasi ekonomi yang di pengaruhi oleh ekonomi neoklasik dan kekuatan kapitalis transnasional telah membawa dampak pada banyak orang. Mereka merasakan bahwa ekonomi mainstream tidak lagi memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini terlihat pada angka pengangguran, kemiskinan diatas (Frank, 2008). Banyaknya permasalahan kemiskinan dan kesenjangan ekonomi yang terjadi pada masyarakat marginal di perkotaan maupun di pedesaan, banyak memberikan pengaruh bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Menurut Mubyarto, Gambaran ekonomi masyarakat indonesia dewasa ini berada dalam persimpangan jalan. Potensinya untuk berkembang semakin terbuka, karena seluruh bnga sangat menyadari mutak perlunya pemerataan sebagai pra kondisi perwujudan edilan sosial. Artinya, kondisi ekonomi masyarakat kecil selama ini tergusur atau tertekan. Perlu benar-benar digarap jika selama ini pembangunan yang dilakukan cenderung berformalisasi karena segala sesuatunya telah ditetapkan dan diatur dari atas, maka dalam pembangunan yang memihak masyarakat menuntut semua perencnaan keputusan dan pelaksanaan dilakukan masyarakat sendiri (Mubyarto, 2000).

Pemberdayaan ekonomi masyarakat dewasa ini perlu digerakkan, masyarak di wilayah perkotaan maupun pedesaan mulai sadar akan perlunya membuat suatu formula usaha mandiri dalam lingkungan masyarakat tersebut. Hal ini terlihat pada masyarakat dukuh ngentak sapen yang beberapa memiliki usaha menengah kecil. Beberapa usaha yang dimiliki oleh penduduk dukuh ngentak sapen belum sepenuhnya melakukan inovasi dalam hal produk dan model pemasarannya. Seorang wirausaha seharusnya memiliki beberapa modal yang perlu dikembangkan kepada diri setiap pengembang usaha, yaitu modal karakter inovatif dan kreatif. Dalam beberapa penelitian karakter inovatif dan kreatif sangat membantu untuk mengembangkan usaha yang dimiliki seorang wirausaha.

Hal ini berkaitan dengan modal utama seorang pengusaha atau pengembang usaha menengah kecil di ngentak sapen, Ada enam sifat unggul menurut Riyanti (dalam Wasisto, 2017) yang dapat dijadikan modal psikologis seorang pengembang usaha dalam menjalankan dan mengelola usahanya, yaitu: (a) Percaya diri, terdiri dari: sifat yakin, mandiri, individualitas, optimisme, kepemimpinan, dan dinamis; (b) Originalitas, Hal ini berkaitan dengan modal utama seorang pengusaha atau pengembang usaha menengah kecil di ngentak sapen, Ada enam sifat unggul menurut Riyanti (dalam Wasisto, 2017) yang dapat dijadikan modal psikologis seorang pengembang usaha dalam menjalankan dan mengelola usahanya, yaitu: (a) Percaya diri, terdiri dari: sifat yakin, mandiri, individualitas, optimisme, kepemimpinan, dan dinamis; (b) Originalitas,

Menumbuhkan karakter inovatif dan kreatif kedalam diri seorang wirausaha merupakan hal yang sangat urgen, pada umumnya ide inovatif dan kreatif ini bentuk implementasinya kepada pemasaran, pembuatan produk baru dan lain sebagainya. Dalam melakukan pemasaran dengan berbagai banyak model, di era serba teknologi pemasaran dengan modal media sosial merupakan pemasaran bentuk pemasaran tidak langsung, para pengembang usaha mencoba untuk memasarkan produknya dengan media (Suryani, 2014). Dalam hal ini berdasarkan pengamatan di pasar Talo, para pedagang atau wirausaha kebanyakan usia dewasa dan didominasi oleh perempuan, mereka memiliki usaha berjualan di sekitaran wilayah pasar Talo. Mereka mengembangkan usaha berjualan dengan kemampuan yang mereka miliki.

B. Alasan Memilih Subyek Dampingan

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika DIY, pada tahun 2017 Kota Yogyakarta tercatat sebanyak 321.056 penduduk yang dikategorikan memiliki masalah

kemiskinan meningkat 110.44% dibandingkan tahun 2016. Sebagian besar, yakni 70,14% merupakan fakir miskin, 14,94% anak terlantar, 12,88% keluarga dengan rumah ynag tidak layak huni, 6,54% wanita rentan masalah sosial, dan sisanya 8,38% adalah gelandangan/pengemis anak nakal, anak jalanan. Kondisi ini mengisyaratkan perlunya perhatian lebih terhadap mereka yang tidak memiliki kekuatan untuk membangun usaha, guna untuk menghidupi keseharian. Di Kecamatan Caturtunggal pada tahun 2017 tercatat 45.280 penduduk, berdasarkan jenis kelamin laki-laki tercatat 22.610 jiwa dan berdasarkan jenis kelamin perempuan 22.670 jiwa.

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial dinyatakan bahwa, kesejahteraan sosial mempunyai keterkaitan yang erat dengan Hukum Ekonomi dalam pencapaian tujuannya. Tujuannya yaitu dapat mewujudkan kehidupan yang layak dan bermartabat bagi masyarakat serta memenuhi hak atas kebutuhan dasar masyarakat untuk menciptakan kesejahteraan sosial. Sedangkan dalam hukum ekonomi kegiatan yang dilakukan yaitu bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Kesejahteraan sosial secara menyeluruh dalam pasal ini menyangkut juga tentang kesejahteraan ekonomi masyarakat. Terpenuhinya kesejahteraan sosial, kebutuhan terpenuhi, nakan menciptakan kesejahteraan ekonomi (Suharto, 2010). Kesejahteraan sosial merupakan usaha sosial yang terorganisis dan mempunyai maksud tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya (Hamid, 2012).

Kondisi ekonomi di pasar Talo masih perlu untuk dikembangkan dan diberdayakan. Khususnya yang sudah mempunyai usaha berjualan mandiri di Pasar seperti warung makan, warung sembako, warung atau toko perlengkapan untuk kebutuhan sehari-hari. Tidak terlalu banyak macam usaha yang dimiliki oleh masyarakat setempat, namun ada beberapa pedagang yang menjual kerajinan tangan yang dibuat sendiri untuk hiasan dan mainan anak-anak. Semua jenis usaha yang ada di pasar Talo ini kebanyakan dikelola oleh para pedagang perempuan. Di pasar Talo tidak memiliki komunitas yang mengayomi para perkumpulan pedagang atau pengusaha kecil ini. Sehingga perlunya para pedagang kecil ini diberikan edukasi berupa sosialisasi pelatihan pemasaran online.

Pedagang di wilayah pasar Talo ini yang memiliki usaha menengah kecil tersebut rata-rata memiliki penghasilan 300 rb sampai dengan 1,5 juta perbulan. Mereka mengembangkan usaha kecilnya demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga, sehingga untuk meningkatkan pendapatan perbulan dan dapat mencukupi kebutuhan seari-hari mereka. Hal ini perlunya diadakan edukasi terhadap para pengembang dan pemilik usaha kecil di pasar Talo. Program sosialisai pelatihan pemasaran online ini ditujukan kepada para pedagang pasar Talo yang ingin memasarkan dagangannya secara online. Dalam tahap perkembangan dewasa adalah waktu menempatkan diri di masyarakat dan ikut bertanggung jawab terhadap apapun yang dihasilkan dari masyarakat. Kepedulian (care) adalah perluasan komitmen untuk merawat orang lain, merawat produk dan ide yang membutuhkan perhatian (Santrock, 1995).

C. Kondisi Subyek Dampingan Saat Ini

Warga yang berjualan di pasar Talo ini kebanyakan dari Timoho dan sekitarnya mayoritas adalah warga masyarakat asli yang tinggal di wilayah Timoho sekitar. Mereka mayoritas bekerja sebagai penjual baju, sayur dan buah serta ada yang berjualan makanan tradisional, menjual peralatan sekolah, dan penjual sembako. Pendidikan terakhir para pedagang di pasar Talo ini mayoritas adalah SMA dan SMP, Warga yang berjualan di pasar Talo ini kebanyakan dari Timoho dan sekitarnya mayoritas adalah warga masyarakat asli yang tinggal di wilayah Timoho sekitar. Mereka mayoritas bekerja sebagai penjual baju, sayur dan buah serta ada yang berjualan makanan tradisional, menjual peralatan sekolah, dan penjual sembako. Pendidikan terakhir para pedagang di pasar Talo ini mayoritas adalah SMA dan SMP,

Tabel.1 Pembagian Berdasarkan Jenis Kelamin

No

Jenis Kelamin

Jumlah Pedagang

Tabel.2 Pembagian Pedagang Berdasarkan Jenjang Pendidikan

No

Jenjang Pendidikan

Jumlah Penduduk

1. Tidak Sekolah

2. SD/Sederajat

3. SMP/Sederajat

4. SMA/Sederajat

6. Belum Tamat Sekolah

6 Total 35

Tabel.3 Pembagian Pedagang Berdasarkan Jenis Usaha di Pasar Talo

No

Jenis Usaha

Jumlah Orang

1. Warung makan / Angkringan

5 Orang

2. Toko Sembako dan perlengkapan sekolah

5 Orang

3. Jualan makanan tradisional

7 Orang

4. Jualan sayur dan buah

7 Orang

5. Jual kerajinan tangan (mainan dan hiasan)

5 Orang

6. Jual lauk pauk (ayam, ikan dll)

6 Orang Total 35 Orang

D. Kondisi Dampingan Yang Diharapkan

Setelah dilakukan pendampingan berupa sosialisasi pelatihan pemasaran online pada pedagang yang memiliki usaha menengah kecil di pasar Talo ini, di harapkan mereka mampu membangun wirausaha yang kreatif dan inovatif dalam segi pemasaran maupun produksi barang, seperti yang di katakan Riyanti (dalam Wasisto, 2017) Setelah dilakukan pendampingan berupa sosialisasi pelatihan pemasaran online pada pedagang yang memiliki usaha menengah kecil di pasar Talo ini, di harapkan mereka mampu membangun wirausaha yang kreatif dan inovatif dalam segi pemasaran maupun produksi barang, seperti yang di katakan Riyanti (dalam Wasisto, 2017)

Produk lain dari program pengembangan dan pengabdian ini adalah berupa “Modul Desain Literasi Partai Pol itik” yang disuguhkan dalam berbagai macam kajian dengan Prespektif Psikologi Politik tentunya yang akan dicetak untuk memenuhi kajian materi di mata kuliah Psikologi Literasi dan Pastisipasi Politik. Sehingga dapat bermanfaat bagi

E. Strategi Yang Digunakan

Peningkatan ekonomi kerakyatan harus diimbangi dengan peningkatan sumber daya manusia. Oleh karena itu pemerintah mengupayakan dengan mengadakan pelatihan bagi kelompok masyarakat untuk meningkatkan sumber daya manusia. Flippo (Kamil, 2012) mengemukakan bahwa “training is the act increasing the knowledge and skill of anemployee for doing a particular job” Pelatihan adalah tindakan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seorang pegawai untuk melaksanakan tugas tertentu. Hal senada ditambahkan oleh Beach (Kamil, 2012) yaitu “The objective of training is to achieve a change in the behavior of those training”. Tujuan pelatihan adalah untuk memperoleh perubahan dalam tingkah laku mereka yang terlatih. Sehingga adanya manfaat positif ketika selesai sesi latihan tersebut dilakukan.

F. Pihak-Pihak Yang Terlibat dan Bentuk Keterlibatannya

Pihak yang terlibat dalam kegiatan sosialisasi pelatihan pemasaran online pada pedagang di pasar Talo ini antara lain : (a) seluruh pedagang yang berjualan di pasar Talo, (b) pedagang yang ingin memasarkan produknya secara online,(c) Dosen dari matakuliah Psikologi Literasi dan Partisipasi Politik di UIN Sunan Kalijaga. Semua Pihak yang terlibat dalam kegiatan sosialisasi pelatihan pemasaran online pada pedagang di pasar Talo ini antara lain : (a) seluruh pedagang yang berjualan di pasar Talo, (b) pedagang yang ingin memasarkan produknya secara online,(c) Dosen dari matakuliah Psikologi Literasi dan Partisipasi Politik di UIN Sunan Kalijaga. Semua

Daftar Pustaka

Frank Tesoriero, & Jim, Ife. (2008). Community Development, Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi (edisi ke-3). Pustaka Pelajar ; Yogyakarta.

Hamid, Edy Suandi. (2012). Dinamika Ekonomi Indonesia. Yogyakarta: UII Press. Kamil, Mustofa. (2012). Model Pendidikan dan Pelatihan: Konsep dan Aplikasi.

Bandung: Alfabeta.

Mubyarto. (2000) Reformasi Sistem Ekonomi. UII Press : Yogyakarta. Qardhawi,Yusuf. (1995) Kiat Islam Mengentaaskan Kemiskinan. Gema Insani Press :

Jakarta. Santrock, J.W. (1995). Life-span Development : Perkembangan Masa Hid up. jilid dua

(edisi lima). Penerbit Erlangga ; Jakarta. Setiawan, Hendro. (2014). Manusia Utuh : Sebuah Kajian atas Pemikiran Abraham

Maslow. Kanisius ; Yogyakarta. Suharto, Edi. (2010). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Kajian

Strategis Pembangunan Kesejahteraan (Sosial & Pekerjaan Sosial). Bandung: Refika Aditama.

Wasisto, Edhi. (2017). Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pembinaan Karakteristik Bagi Siswa Sekolah Kejujuran di Kota Surakarta. Jurnal Ekonomi dan Perbankan. Vol 2. No. 1 ISSN 2579-5597.

Suryani, Ita. (2014).Pemanfaatan Media Sosial sebagai Media Pemasaran Produk dan Potensi dalam Upaya Mendukung ASEAN Community 2015 (Studi Social Media Marketing Pada Twitter Kemenparekrat RI dan Facebook Disparbud Provinsi Jawa Bara t). Jurnal Komunikasi, ISSN 1907-898X. Vol. 8. No. 2

http://www.esq-news.com/2017/11/25/kesejahteraan-dan-pertumbuhan-ekonomi- indonesia-meningkat/ Di Akses pada hari kamis tanggal 28 Desember 2017 pada pukul 13.42 WIB.

https://yogyakarta.bps.go.id/statictable/2015/03/31/6/jumlah-penduduk-miskin-dan-

garis-kemiskinan-menurut-kabupaten-kota-di-d-i-yogyakarta-2014--2015.html Di Akses pada hari kamis tanggal 28 Desember 2017 pada pukul 13.42 WIB.

PELATIHAN JURNALISTIK PADA MAHASISWA DI SWARA KAMPUS ONLINE PERSPEKTIF LITERASI POLITIK MEDIA

Oleh : Ahmad Faozi, Mela Ermawati dan M. Fakhru Riza

A. Isu dan Fokus

Belakangan ini, setelah dihelatnya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di DKI Jakarta pada tahun 2017 yang lalu, menjadi penanda gejala dari merebaknya informasi palsu atau berita bohong. Pada akhir tahun 2017 yang lalu juga ditangkapnya beberapa orang yang diindikasikan sebagai pembuat informasi palsu SARACEN atau yang pupuler dengan sebutan “hoax”. Jika dicermati lebih lanjut, domain beredarnya informasi palsu tersebut adalah online. Media online merupakan alat yang digunakan oleh penyebar informasi palsu.

Menurut informasi yang dilansir oleh Kementrian Informasi (Kominfo) menyebutkan bahwa menurut data dari E-Marketer menyebutkan bahwa pengguna Internet di Indonesia mencapai 83 juta pengguna. Sedangkan diprediksikan pada tahun 2017 yang lalu, jumlah pengguna Internet di Indonesia akan mencapai 112 juta. Diprediksikan pengguna internet di Indonesia akan menempati pada peringkat ke-5 pada 2017 yang lalu oleh E-Marketer.

Media online menjadi alat yang strategis untuk menyebarkan informasi-informasi palsu yang mereka produksikan. Media online juga mempunyai jangkauan yang lebih luas, selain itu juga media online dapat dengan mudah disebarkan kepada para konsumennya. Media online juga relatif lebih mudah untuk diproduksinya jika dibandingkan dengan media cetak. Media cetak membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk memprosuksinya.

Menurut data dari Dewan Pers, jumlah media massa di Indonesia mencapai 47 ribu. Sedangkan yang berbasis online adalah 44.300. Dan yang memprihatinkan adalah dari jumlah yang puluhan ribu tersebut, yang memenuhi standarisasi sebagai media dengan Standar Jurnalistik yang benar hanya berjumlah 200 saja. Dari data tersebut berarti bahwa ada 40.100 media online yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik (liputan 6.com). Jika dilihat dari situ, kalau ada puluhan ribu media online yang tidak sesuai kaidah jurnalistik dan berpotensi memproduksi informasi palsu, maka ada kemungkinan jutaan informasi palsu yang beredar dalam masyarakat.

Melihat dari problem tersebut indikasi terpaparnya masyarakat terhadap informasi palsu sangatlah besar. Menurut survey yang dilakukan oleh PISA (Programme for International Student Assesment) , Indonesia menjadi penduduk dengan tingkat pendidikan yang sangat rendah. Berkaitan dengan ini, filter masyarakat terhadap berita palsu sangatlah rendah.

Dari latar belakang persoalan yang demikian, penting untuk diadakannya pelatihan jurnalistik, dimana akan didiskusikan pengetahuan tentang jurnalistik. Dalam pelatihan tersebut akan disampaikan beberapa materi diantaranya Etika Jurnalistik, Analisis Framing dan Membedah Hoax. Materi Etika jurnalistik penting untuk dipelajari melihat data dari Dewan Pers bahwa banyaknya jumlah media online yang tidak sesuai dengan kaidah jurnalistik. Dari situ kemudian perlu adanya pemberian materi Etika Jurnalistik.

Terkait dengan materi Analisis Framing, perlu diberikan untuk menjadi pisau bedah analisis bagi peserta untuk membaca informasi dari media online secara lebih kritis lagi. Peserta akan diajari teknik-teknik membedah konstruksi setiap media online (Eriyanto, 2002). Kemudian, terkait dengan materi Bedah Hoax bertujuan untuk memahami lebih lanjut apa sebenarnya hoax itu.

B. Alasan Memilih Subyek Dampingan

Menurut data dari Kementrian Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi (Ristekdikti), di Yogyakarta terdapat 169 kampus. Terdapat 137 kampus yang masih aktif. Dari jumlah tersebut, terdapat 12 kampus negeri dan sisanya 125 kampus berstatus swasta. Dari data kemenristekdikri juga, pada tahun 2015 terdapat 300.000 mahasiswa di Yogyakarta. Begitu besarnya jumlah mahasiswa di Yogyakarta, menjadi suatu objek yang strategis menjaring mahasiswa untuk mengikuti pelatihan jurnalistik.

Selain itu, dari jumlah 300 ribu mahasiswa tersebut, hanya berjumlah kecil saja yang mengambil jurusan tentang media ataupun jurnalistik. Ada ratusan ribu mahasiswa lain yang mengambil jurusan selain media maupun jurnalistik. Artinya, tentunya pemahaman akan literasi medianya sangatlah rendah. Mahasiswa dilihat sebagai objek yang strategis adalah mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat yang mempunyai pengaruh luas bagi lingkungan sekitarnya. Jika kemudian mahasiswa mempunyai filter yang bagus terhadap arus informasi, juga kemudian akan mempunyai dampak bagi lingkungan sekitarnya.

C. Kondisi Subyek Dampingan Saat Ini

Sebagaimana disebutkan diatas bahwa objek dari pelatihan sendiri adalah mahasiswa di Yogyakarta. Secara kuantitatif, menurut data dari Kemenristekdikti tahun 2015 menyebutkan bahwa terdapat 300.000 mahasiswa di Yogyakarta. Dari jumlah sebanyak itu, hanya sedikit mahasiswa saja yang mengambil jurusan media/jurnalistik, ataupun hanya sedikit mahasiswa yang ikut dalam kegiatan jurnalistik di unit kegiatan mahasiswa (UKM). Selanjutnya beberapa penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang masih baru dalam dunia jurnalistik atau belum memiliki banyak pengalaman mengalami kendala ketika menjalankan tugas jurnalistiknya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa Yogyakarta yaitu mahasiswa UIN, UNY dan UGM mengatakan bahwa kebanyakan dari mereka sangat tertarik dengan dunia jurnalistik dan mereka sangat ingin menjadi pengisi rubrik yang ada di ogyakarta hususnya dan semua media umumnya. Namun yang menjadi alasan bagi mereka adalah kemampuan dalam berjurnalisti. Mereka merasa tidak mampu menuliskan karya jurnalisnya sesuai dengan kriteria media yang ada. Sebagian dari mereka merasa khawatir bahkan takut terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan menyangkut etika jurnalistik. Padahal sebagian dari mereka belum paham betul mengenai kode etik jurnalistik.

Beberapa contoh lain yaitu peristiwa yang dialami mahasiswa yang melakukan kuliah kerja lapangan sebagai jurnalis baru. Ini merupakan hasil laporan Kuliah Kerja Lapangan yang berjudul Tugas dan Tanggung Jawab wartawan pada Surat Kabar Harian Banten Raya (SKH) Banten Raya Post (BARAYA) (Putri, 2010), laporan Kuliah Kerja Lapangan yang berjudul Kerja Wartawan Dalam Rubrik Jogjapolitan di Surat Kabar Harian Jogja (Prabudi, 2010), dan laporan Kuliah Kerja Lapangan yang berjudul Tugas dan Tanggungjawab Wartawan Dalam Proses Penulisan Berita di SKH Kompas Biro Yogyakarta (Purnamasari, 2010). Problem yang mereka hadapi tidak jauh berbeda satu sama lain. Dalam ketiga laporan ini, dituturkan bahwa mahasiswa magang sebagai jurnalis terjun langsusng ke lapangan sendiri tanpa ditemani wartawan senior. Berdasarkan ketiga laporan Kuliah Kerja Lapangan tersebut, salah satu permasalahan yang dihadapi yaitu sulitnya untuk menemui narasumber. Permasalahan yang dihadapi misalnya kesibukan narasumber baik kepentingan dinas maupun kepentingan pribadinya, narasumber yang tidak disiplin seperti menggunakan jam kerja untuk kepentingan pribadi, datang terlambat dalam bekerja sehingga sulit untuk ditemui, narasumber yang enggan diwawancara karena sedang bad mood, narasumber yang pasif dan terdapat pula Beberapa contoh lain yaitu peristiwa yang dialami mahasiswa yang melakukan kuliah kerja lapangan sebagai jurnalis baru. Ini merupakan hasil laporan Kuliah Kerja Lapangan yang berjudul Tugas dan Tanggung Jawab wartawan pada Surat Kabar Harian Banten Raya (SKH) Banten Raya Post (BARAYA) (Putri, 2010), laporan Kuliah Kerja Lapangan yang berjudul Kerja Wartawan Dalam Rubrik Jogjapolitan di Surat Kabar Harian Jogja (Prabudi, 2010), dan laporan Kuliah Kerja Lapangan yang berjudul Tugas dan Tanggungjawab Wartawan Dalam Proses Penulisan Berita di SKH Kompas Biro Yogyakarta (Purnamasari, 2010). Problem yang mereka hadapi tidak jauh berbeda satu sama lain. Dalam ketiga laporan ini, dituturkan bahwa mahasiswa magang sebagai jurnalis terjun langsusng ke lapangan sendiri tanpa ditemani wartawan senior. Berdasarkan ketiga laporan Kuliah Kerja Lapangan tersebut, salah satu permasalahan yang dihadapi yaitu sulitnya untuk menemui narasumber. Permasalahan yang dihadapi misalnya kesibukan narasumber baik kepentingan dinas maupun kepentingan pribadinya, narasumber yang tidak disiplin seperti menggunakan jam kerja untuk kepentingan pribadi, datang terlambat dalam bekerja sehingga sulit untuk ditemui, narasumber yang enggan diwawancara karena sedang bad mood, narasumber yang pasif dan terdapat pula

Dilihat dari data tersebut, bisa dipastikan bahwa pemahaman mahasiswa Yogyakarta secara umum terhadap literasi media sangatlah rendah. Mahasiswa kurang memahami terkait dengan dasar-dasar jurnalistik. Pemahaman mengenai standarisasi kelayakan berita dalam perspektif jurnalistik atau pemahaman mahasiswa terkait dengan materi Analisis Framing yang berguna untuk membedah konstruksi-konstruksi bingkai berita yang diproduksi oleh sebuah media. Ataupun materi tentang “hoax” untuk memahami apa sesungguhnya berita palsu itu dan bagaimana urgensinya saat ini.

D. Kondisi Dampingan Yang Diharapkan

Setelah dilakukan pelatihan Jurnalistik untuk mahasiswa yang sedang berkuliah di Yogyakarta di Swara Kampus Online diharapkan dapat mampu meningkatkan pemahaman jurnalistiknya. Sekaligus mampu menerima informasi secara lebih kritis lagi. Selain itu, diharapkan juga bagi mahasiswa yang sudah mengikuti pelatihan jurnalistik supaya bisa memulai untuk memproduksi berita-berita yang sesuai dengan kaidah juranalistik.

Produksi berita berbasis prinsip dan kode etik jurnalistik sangatlah penting, disatu sisi sebagai sumber berita yang dapat dipercaya dan akurat, di sisi lain berfungsi untuk melawan narasi yang diproduksi oleh para produsen dari berita palsu. Selain itu, juga diharapkan peserta yang telah diberikan materi dalam pelatihan tersebut dapat menyebarkan kemampuannya kepada lingkungan sekitarnya. Hal ini penting, karena melihat persebaran berita palsu saat ini juga marak melalui media sosial. Biasanya berita palsu tersebut tersebar ke media sosial melalui metode like and share tanpa membaca dahulu isi kandungan berita tersebut.

Setelah mengikuti pelatihan yang dilakukan diharapkan mahasiswa mampu melatih kepemimpinan diri, memecahkan masalah, jujur, objektif, seimbang, terbuka dan dapat melihat persoalan dari berbagai sudut pandang. Jika dikaitkan dengan posisi mahasiwa Setelah mengikuti pelatihan yang dilakukan diharapkan mahasiswa mampu melatih kepemimpinan diri, memecahkan masalah, jujur, objektif, seimbang, terbuka dan dapat melihat persoalan dari berbagai sudut pandang. Jika dikaitkan dengan posisi mahasiwa

E. Strategi Yang Digunakan

Menurut Gomes (2003), Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang adakaitannya dengan pekerjaannya. Pelatihan sebagai bagian dari pendidikan yang mengandung proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan, waktu yang relative singkat dan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori. Pelatihan jurnalistik yang akan dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam membuat berita yang sesuai dengan isu yang terjadi di kalangan masyarakat. Mahasiswa akan mengikuti pelatihan dan sekaligus mempraktekkan lansung materi yang di dapat dengan membuat berita yang sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan.

F. Pihak-pihak Yang Terlibat

Pihak yang terlibat dalam kegiatan pelatihan jurnalistik pada mahasiswa di Yogyakarta antara lain; (1) Mahasiswa di Yogyakarta yang terdaftar dalam pelatihan jurnalistik (2) Tim redaksi Swara kampus. Semua mahasiswa yang megikuti pelatihan jurnalistik akan menerima materi dari trainer. Setelah itu mahasiswa akan mempraktekkan langsung bagaimana cara menulis berita tanpa adanya unsur hoax. perwakilan dari Tim Redaksi Swara kampus akan menjadi Trainer dari pelatihan tersebut.

Daftar Pustaka

Eriyanto, 2002, Analisis Framing:konstruksi, ideologi dan politik media , Penerbit LKiS, Yogyakarta. Gomes, Faustino Cardoso, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Rujukan online

Kominfo, 2017, diakses melalui https://kominfo.go.id/content/detail/4286/pengguna- internet-indonesia-nomor-enam-dunia/0/sorotan_media

Berita Jogja.Co, 2016, diakses melalui http://www.jogja.co/inilah-jumlah-seluruh- mahasiswa-diy-dan-belanja-bulanannya/ Situs Kuliah Jogja, diakses melalui http://kuliahjogja.com/daftar-kampus-yogyakarta/ Harian Jogja, diakses melalui http://www.harianjogja.com/baca/2017/08/11/kampus-jogja-

dari-kurang-mahasiswa-hingga-dosen-jadi-masalah-15-pts-841998 Kumparan, diakses melalui https://kumparan.com/@kumparannews/fsgi-sebut-tingkat-

pendidikan-di-indonesia-masih-jeblok Detik.com, diakses melalui https://news.detik.com/berita/3122996/dewan-pers-ada-2000-

media-online-hanya-211-yang-sesuai-kaidah-jurnalistik Liputan 6, diakses melalui http://news.liputan6.com/read/3023298/dewan-pers-dan-47-

ribu-media-di-indonesia Kompas, diakses melalui http://nasional.kompas.com/read/2016/12/21/19022441/dari.43.000.media.online.hany a.234.yang.sesuai.syarat.uu.pers