PROPOSAL PENGAPDIAN MASYARAKAT DAN LITER

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2018

KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur kita dengan mengucapkan A lhamdulillahi rabbil „alamin, kami panjatkan kehadirat Allah SWT, telah memberikan rohmat serta anugerah kepada kami, antara lain yang berupa kesehatan dan kesempatan, sehingga bisa menyusun laporan ini. Sholawat dan salam selalu kita ucapkan dan curahkan untuk junjungan nabi agung kita, Nabi Muhammad SAW yang sudah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita semua, sebuah petunjuk paling benar yakni syariah agama islam yang sempurna dan satu satunya karunia paling besar kepada seluruh alam semesta.

Para Penulis berterima kasih sebab mampu menyelesaikan laporan ini yang termasuk dari dari tugas Psikologi Literasi dan Partisipasi Politik dengan menjadikannya sebagai “Proposal Literasi Partai Politik” itu kami menyampaikan terima kasih yang banyak terhadap seluruh pihak yang sudah membantu selama berlangsungnya penyelesaian laporan ini sampai terselesaikan walaupun dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada dalam laporan ini, karena penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan ketika menyusun tidak bisa disusun tanpa dukungan dan bantuan pihak-pihak terkait. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih banyak.

Yogyakarta, 05 Januari 2018

Penyusun

GERAKAN REMAJA (GEMA) ANTI MONEY POLITIC ” SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHAN POLITIK UANG PADA PEMILIH PEMULA DI GUNUNG KIDUL

Oleh : Dian Novita Sari, Lutfi Rosyad Al-fikri, Afnan „Alwan N.R

A. Isu dan Fokus

Pemilihan umum (Pemilu) di Indonesia menjadi satu hal yang penting karena pemilu menjadi sarana di mana setiap warga negara dapat dengan bebas memilih para wakil nya yang akan menjalankan roda pemerintahan selama 5 tahun kedepan baik di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/ kota, baik mereka yang akan duduk di lembaga eksekutif (Presiden/Wakil Presiden, Gubernur/ Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, danWalikota/Wakil Walikota) maupun mereka yang akan duduk di lembaga legislatif (DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota). (Alferd, 2017)

Indonesia adalah Negara hukum maka kedaulatan rakyat Indonesia di laksanakan dengan melalui sebuah lembaga / badan perwakilan yang dipilih melalui proses yang demokratis yakni pelaksanaan pemilihan umum dan diatur dalam suatu undang-undang. Undang –Undang Dasar tahun 1945 yang mana sebagai Konstitusi Negara Republik Indonesia yang telah mengalami 4 (empat) kali perubahan, menentukan bahwa pemilihan umum di selenggarakan untuk menyeleksi dan memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tingkat provinsi dan kabupaten/kota (Alferd, 2017).

Dalam rangka pnguatan sisi hukum nya,pemilihan umum juga telah tercantum pada ketentuan Pasal 22 E Ayat (1) UUD 1945 yang mana menyatakan bahwa :“Pemilihan umum dilakukan secara langsung, umum, bebas dan rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahunsekali”. Kemudian diatur lebih lanjut dalam Pasal 22 E Ayat (5) UU D 1945 bahwa :“Pemilihan umum di selenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri . Selanjut nya mendasarkan Undang – Undang No. 15 tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu, tentang pengertian Komisi Pemilihan Umum Daerah adalah Komisi Pemilihan Umum Provinsi, Kabupaten/Kota yakni lembaga yang diberi wewenang khusus oleh undang –undang sebagai penyelenggara pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di setiap provinsi, Dalam rangka pnguatan sisi hukum nya,pemilihan umum juga telah tercantum pada ketentuan Pasal 22 E Ayat (1) UUD 1945 yang mana menyatakan bahwa :“Pemilihan umum dilakukan secara langsung, umum, bebas dan rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahunsekali”. Kemudian diatur lebih lanjut dalam Pasal 22 E Ayat (5) UU D 1945 bahwa :“Pemilihan umum di selenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri . Selanjut nya mendasarkan Undang – Undang No. 15 tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu, tentang pengertian Komisi Pemilihan Umum Daerah adalah Komisi Pemilihan Umum Provinsi, Kabupaten/Kota yakni lembaga yang diberi wewenang khusus oleh undang –undang sebagai penyelenggara pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di setiap provinsi,

Pertama adalah format atau model tersebut dapat menjamin adanya sistem politik yang demokratis, seperti dikatakan para ilmuwan politik di mana setiap orangatau kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk ikut serta dalam prosespolitik, mengambil bagian dalam merumuskan kebijakan publik, dan berperan sertadalam memilih pejabat-pejabat publik (baik legislatif, eksekutif, maupun yudikatif) (Purwoko, 2013).

Kedua adalah model atau format politik yang demokratis tersebut memiliki stabilitas jangka panjang. Stabilitas yang dibutuhkan di sini berdurasi lama untukmenjaga agar pencapaian-pencapaian di segala aspek dapat di pertahankan sertatidak setiap saat mengalami pasang surut jika terjadi perubahan-perubahan politik ,Purwoko

Ketiga , sistem yang demokratis dan stabil dalam jangka panjang itu idealnya membuat kehidupan ekonomi mengalami kemajuan atau perkembangan positif.Suatu hal yang rasanya justru kontradiktif. Pengalaman di berbagai Negara menunjukkan bahwa demokrasi tidak selalu compatib ledengan kemajuanekonomi(Purwoko, 2013).

Namun pada kenyataanya, sering sistem yang dijunjung sedemikian rupa untuk mewujudkan kedaulatan rakyat yang murni demokratis harus dihadapkan pada perilaku-perilaku politisi yang kurang bertanggung jawab. Dalam mendulang suara, calon DPR/DPRD sebagai wakil rakyat harus menempuh berbagai ragam cara yang tak jarang amoral dalam mempengaruhi per politik seperti korupsi, suap, money politic atau politik uang (Lukmajati, 2016).

Dalam dinamika politik di Indonesia pada tataran nasional dan daerah pasca pemberlakukan pemilihan langsung, fenomena politik uang dan hibah menyeruak hingga kemasyarakat bawah. Hibah dan money politic biasanya marak terjadi menjelang pelaksanaan. Pemilihan Umum anggota legislatif, PemilihanPresiden, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada),dan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) (Jamaa & Sudirman, 2016).

Praktek money politic di Indonesia mulai marak sejak era pemerintahan OrdeBaru yang diperankan Golongan Karya. Untuk memenangkan hasil pemungutan suaradalam Pemilu, Golkar sering menerapkan strategi money politic yang sumber Praktek money politic di Indonesia mulai marak sejak era pemerintahan OrdeBaru yang diperankan Golongan Karya. Untuk memenangkan hasil pemungutan suaradalam Pemilu, Golkar sering menerapkan strategi money politic yang sumber

Selanjutnya, kepincangan penegakan kedaulatan yang telah disebutkan sebelumnyapun diperparah dengan kondisi performa para masyarakat sebagaipemegang hak pilih dalam penentuan pemimpin bagi mereka. Terkait performansi pemilih, Affan Gafar memetakan tipologi pembentukan perferensi pemilih dalam pemilu salah satunya adalah munculnya fenomena pemilih ABS (Asal Bapak Senang), yakni pemilih yang tidak memiliki rasionalitas dan hanya menjadi pemilih follower yang mengikuti suara-suara mayoritas. Irational choice ini adalah para pemilih yang memiliki pengetahuan dasar atau bahkan yang tidak memiliki pengetahuan tentang teknis pemilihan, terjebak pada bentuk intimidasi, dan yang memilki daya tahan rendah terhadap serangan atau bujukan transaksional yang tidak sehat seperti politik uang (Sutisna, n.d.).

Sutisna mengatakan bahwa pemilih yang tidak memiliki rasionalitas secara umum tersebar pada segmen pemilih pemula. Yakni warga masyarakat yang terdaftar dan akan menggunakan hak pilih untuk pertama kalinya sebagai pemilih pada suatu pemilu. Secara demografis segmen pemilih pemula ini mayoritas terdiri dari para pelajar, mahasiswa dan/atau pemuda yang berusia antara 17-22 tahun pada saat suatu pemilu atau pilkada diselenggarakan.

Maka dari itu, demi terselenggaranya kedaulatan rakyat yang jauh dari kecacatan yang telah disebutkan sebelumnya perlu adanya suatu prakondisi dimana tidak hanya mempengaruhi partisipasi masyarakat secara kuantitas, akan tetapi mencakup pula perbaikan performa secara kualitas. Berdasar pada hal demikian, dalam tulisan ini kami memberikan solusi tercantum dalam suatu gerakan dengan nama “Gema (Gerakan Remaja) Anti Politik Uang”. Gerakan ini merupakan sebuah tindakan perbaikan performasi pemilih pemula dimana dihadapkan pada fenomena politik uang. Gerakan ini merupakan gerakan yang dilakukan secara masif dengan penggunaan media komunikasi baru (new media) sebagai wadah penolakan politik uang serta berbagai tekni yang menyentuh aspek psikologis yakni sosiodrama dan bibliotherapy . Tujuan dari “Gema Anti Politik Uang” adalah bentuk intervensi kepada remaja yang menyandang status pemilih pemula yang bersifat kuratif maupun Maka dari itu, demi terselenggaranya kedaulatan rakyat yang jauh dari kecacatan yang telah disebutkan sebelumnya perlu adanya suatu prakondisi dimana tidak hanya mempengaruhi partisipasi masyarakat secara kuantitas, akan tetapi mencakup pula perbaikan performa secara kualitas. Berdasar pada hal demikian, dalam tulisan ini kami memberikan solusi tercantum dalam suatu gerakan dengan nama “Gema (Gerakan Remaja) Anti Politik Uang”. Gerakan ini merupakan sebuah tindakan perbaikan performasi pemilih pemula dimana dihadapkan pada fenomena politik uang. Gerakan ini merupakan gerakan yang dilakukan secara masif dengan penggunaan media komunikasi baru (new media) sebagai wadah penolakan politik uang serta berbagai tekni yang menyentuh aspek psikologis yakni sosiodrama dan bibliotherapy . Tujuan dari “Gema Anti Politik Uang” adalah bentuk intervensi kepada remaja yang menyandang status pemilih pemula yang bersifat kuratif maupun

B. Alasan Memilih Subjek Dampingan

Menurut Gubernur DIY Sri Sultan Hamang kebuwono ke 11 seperti yang terlansir di Republika,mengatakan ''Di Gunungkidul ada sekitar 11 perangkat desa yang melakukan pelanggaran tetapi sekarang sudah diproses klarifikasi,''kata Sultan.Kondisi ini tentu meng isyaratkan adanya perhatian lebih dari bawasalu, kesbangpol, kpu dan semua pihak yang terlibat dalam pemilu karena bagaiamana pun gunung kidul sebagai satu daerah bagian DIY memiliki jumlah penduduk yang relativ banyak dan juga mereka adalah pemilih aktif yang juga tentu nyamempengaruhi suara dalam pemilihan umum,jika praktik money politic masih berlangsung maka tidak akan terselenggaranya pemilu yang jujur dan adil tentu hal ini keluar jalur dari tujuan nya diadakan pemilu.

Kabupaten Gunungkidul sebagai salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan wilayah yang terletak di bagian selatan. Jika ditinjau dari segi luas wilayahnya, Kabupaten Gunungkidul mempunyai luas wilayah sebesar 1.485,36 km2dan merupakan wilayah yang paling luas diantara 5 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dimana Kota Yogyakarta mempunyai luas wilayah sebesar 32,50 km2, kemudian Kabupaten Sleman memiliki luas wilayah sebesar574,82 km2, Kabupaten Bantul mempunyai luas wilayah sebesar 506,85 km2 serta Kabupaten Kulonprogo mempunyai luas wilayah sebesar 586,27 km2.Kabupaten Gunungkidul memiliki jumlah penduduk yaitu sebesar 684.740 jiwa berbeda jauh dengan Kabupaten Sleman dengan luas wilayah yang kecil, namun memiliki jumlah penduduk yang relatif besar yaitu sebesar 1.114.843 jiwa

Bawaslu DIY sendiri menurut yang diberitakan Koran Radar Jogja telah memetakan potensi pelanggaran pemilu di daeerah Yogyakarta menjadi 3 wilayah,yaitu Kabupaten Sleman,Bantul dan Gunung Kidul.Factor dari adanya money politic sendiri menurut Ketua Bawaslu (Badan Pengawas Pemilu) DIY Muhammad Najib pada wartawan usai beraudiensi dengan Gubernur DIY di Kepatihan Yogyakarta, Rabu (2/4) ada beberapa diantara adalah sedikitnya relawan yang berjaga di setiap TPS, perbandingan dengan jumlah pemilih yang begitu tidak sebanding mengakibatkan tidak berjalan penuh keamanan di setiap TPS. Dengan demikian,kami Bawaslu DIY sendiri menurut yang diberitakan Koran Radar Jogja telah memetakan potensi pelanggaran pemilu di daeerah Yogyakarta menjadi 3 wilayah,yaitu Kabupaten Sleman,Bantul dan Gunung Kidul.Factor dari adanya money politic sendiri menurut Ketua Bawaslu (Badan Pengawas Pemilu) DIY Muhammad Najib pada wartawan usai beraudiensi dengan Gubernur DIY di Kepatihan Yogyakarta, Rabu (2/4) ada beberapa diantara adalah sedikitnya relawan yang berjaga di setiap TPS, perbandingan dengan jumlah pemilih yang begitu tidak sebanding mengakibatkan tidak berjalan penuh keamanan di setiap TPS. Dengan demikian,kami

C. Kondisi Subjek Dampingan Saat Ini

Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2008 prosentase penduduk miskin di Kabupaten Gunungkidul sebesar 23,37%. Data dari Askes berdasarkan kuota penduduk miskin untuk Kabupaten Gunungkidul menyebutkan bahwa jumlah penduduk miskin pada tahun 2004 sebanyak 173.250 jiwa. Sedangkan berdasar data dari BPS tentang rumah tangga miskin di Gunungkidul pada tahun 2007 tercatat 95.722 rumah tangga miskin (RTM) atau 340.635 jiwa miskin. Data dari BPS tersebut telah dikuatkan dengan Keputusan Bupati dan sampai tahun 2011 masih digunakan sebagai pedoman kuota peserta Jamkesmas.

Dibandingkan dengan Kabupaten lain di DIY, Kabupaten Gunungkidul mempunyai prosentase penduduk miskin yang terbesar. Kemiskinan yang dimaksud disini adalah ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar, baik kebutuhan pangan maupun non pangan.

Berkaitan dengan ekonomi dalam keluarga, hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) di Gunungkidul menunjukkan bahwa perilaku penggunaan anggaran rumah tangga yang dialokasikan untuk kebutuhan konsumsi pangan sebesar 55.05% dan konsumsi bukan pangan sebesar 44.95%. Sedangkan dalam buku Gunungkidul dalam Angka yang terbaru yaitu tahun 2010, pengeluaran pangan 52.8% dan non pangan 47.2%. Hukum Engel menyatakan bahwa dengan meningkatnya tingkat pendapatan penduduk, maka porsi makanan akan semakin berkurang. Hasil tersebut menunjukkan masyarakat masih belum sejahtera, karena makin sejahtera masyarakat, konsumsi non pangan akan lebih tinggi dari konsumsi pangan.

Dari data di atas bisa disimpulkan bahwa masyarakat Gunungkidul bisa dikatakan lemah dalam hal ekonomi, dan menurut Hasunacha (2016), kemiskinan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya money politic. Kondisi miskin seperti memaksa dan menekan sebagian masyarakat untuk segera mendapat uang. Money Politic pun menjadi ajang para masyarakat untuk berebut uang. Mereka yang menerima uang terkadang tidak memikirkan konsekuensi yang akan diterima yaitu, tindakan suap dan jual beli suara yang jelas melanggar hukum. Yang ter penting adalah mereka mendapat uang dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.Selain itu,berdasarkan data yang kami peroleh dari laporan pemilihan bupati dan wakil bupati Gunung Kidul di sebutkan dalam data Daftar Penduduk Potensial Pemilih

Pemilihan (DP4) untuk Pilkada 2015 untuk kategori pemilih pemula dari 18 kecamatan di Gunung Kidul adalah sebesar 4753.

D. Kondisi DampinganYang Diharapkan

Setelah terlaksanakannya “Gema Anti Money Politic” pada masyarakat Gunungkidul diharapkan terjadi perubahan ketika berlangsungnya pemilu dan

pilkada. Pemilih pemula diharapkan secara sadar menolak pemberian hibah oleh pasangan calon legislatif ataupun eksekutif karena mereka sudah paham bahwa sebenarnya money politic akan merugikan diri mereka sendiri walaupun pada praktik riilnya mereka mendapatkan keuntungan sebelumnya.

Diharapkan pemilih pemula akan lebih bisa memilih calon pemimpin yang ideal. Dengan adanya pemahaman baru tersebut masyarakat bisa merubah nasibnya yang sekarang dengan opsi memilih pemimpin yang tepat dengan harapan pemimpin tersebut bisa menjalankan tugasnya dengan jujur dan amanah.

E. Strategi Yang Digunakan

Solusi penanganan politik uang pada pemilih pemula di Kabupaten Gunung Kidul ini berupa suatu gerakan dengan nama “Gema Anti Politik Uang” yang dilakukan secara masif dan mencakup berbagai metode yaitu penggunaan media komunikasi baru (new media) sebagai wadah sosialiasi penolakan politik uang serta teknik-teknik yang menyentuh sisi psikologis individu yaitu sosiodrama dan bibliotherapy .

Pengertian dari sosialisasi adalah suatu proses dimana orang-orang mempelajari sistem nilai, norma dan pola perilaku yang diharapkan oleh kelompok suatu bentuk transformasi dari orang tersebut sebagai orang luar menjadi organisasi yang efektif (Widiastuti, Astuti, & Susilo, 2013). Sedangkan media komunikasi adalah semua sarana yang dipergunakan untuk memproduksi, mereproduksi, mendistribusi atau menyebarkan dan menyampaikan informasi. New media yang digunakan adalah instagram dimana dengan alasan masyarakat secara menyeluruh telah memiliki akun pada sosial media instagram (Rahmawati, 2016).

Sosiodrama adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara mendramatisasikan suatu tindakan atau tingkah laku dalam hubungan sosial. Sedangkan bibliotherapy adalah suatu metode penggunaan bacaan dengan tujuan sebagai terapi dimana termasuk juga mendengarkan cerita, syair, menonton film dan melihat gambaran sehingga proses berjalan menarik dan menyenangkan (Eliasa, n.d.).

F. Pihak-pihak Yang Terlibat dan Bentuk Keterlibatannya

Pihak yang terlibat dalam “Gema Anti Politik Uang” pada remaja Kabupaten Gunung Kidul antara lain : 1) Semua remaja yang telah menyandang status sebagai pemilih pemula, 2) Perwakilan masyarakat di Kabupaten Gunung Kidul, 3) Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL), 4) Graphic Designer untuk program sosialisasi dengan penggunaan new media, 5) Fasilitator-fasilitator dalam proses penggunaan metode sosiodrama dan bibliotherapy, 6) Pemateri politik uang dari KESBANGPOL dalam penggunaan metode bibliotherapy 7) Motivator dari Internusa Cabang Yogyakarta.

Semua remaja terlibat aktif dalam Gerakan Remaja (GEMA) Anti Politik Uang dalam setiap sesinya. Perwakilan masyarakat di Kabupaten Gunung Kidul sebagai stockholder keberlanjutan gerakan ini dalam jangka panjang. Badan Kesbangpol sebagai penyelenggara serta pemateri tentang politik uang. Graphic designer sebagai penanggung jawab pada program sosialisasi dengan menggunakan new media sebagai pembuat materi serta pengendali konten yang disebarkan. Fasilitator sebagai penanggung jawab jalannya metode sosiodrama sekaligus sebagai fasilitator FGD dalam metode teknik bibliotherapy. Motivator sebagai penanggung jawab materi motivasi dimana masuk dalam deretan rangkaian metode bibliotherapy.

Daftar Pustaka

Alfred B. David Dodu. 2017. Penerapan regulasi politik kampanye hitam: studi kasus pada pilkada kabupaten banggai tahun 2015.Jurnal Wacana Politik - Vol. 2, No. 1, Maret 2017: 52 - 60 ,

Eliasa, E. I. (n.d.). Bibliotherapy as a method of meaningful treatment, 1 –14. https://doi.org/10.1007/978-0-387-09745-9_2 Hasanudin, U. (2015, Desember 8). Politik Uang Gunungkidul "Bermain" di Pragmatisme & Kemiskinan .

HarianJogja.com: http://www.harianjogja.com/baca/2015/12/08/pilkada-2015-politik-uang- gunungkidul-bermain-di-pragmatisme-kemiskinan-668457

Retrieved

from

Hasunacha, N. (2016, April 20). Sebab Akibat Politik Uang Pada Pemilu. Retrieved from Hukumpedia.com:

http://www.hukumpedia.com/hasunachan/sebab-akibat-politik- uang-pada-pemilu

Jamaa, L., & Sudirman, L. (2016). Hibah Dan Money Politic Dalam Pemilu Dan Pilkada (Pandangan Tokoh Agama di Kota Ambon Terhadap Hibah Dan Money Politic) Perspektif Sosiologi Dan Politik Hukum. Jurnal Fikratuna Volume 8 Nomor 2, 35-53.

LukmajatiD. 2016. Praktek politik uang dalam pemilu legislatif 2014 (Studi Kasus di Kabupaten Blora). POLITIKA, Vol. 7, No.1, April 2016 , nf. (n.d.). Gambaran Kabupaten Gunungkidul. Retrieved from Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul: http://dinkes.gunungkidulkab.go.id/about/ Purwoko. (2013). Sistem Politik Dan Pemerintahan Indoenesia Setelah Reformasi. Portal Garuda . Rahmawati, D. (2016). Pemilihan dan Pemanfaatan Instagram Sebagai Media Komunikasi Pemasaran Online. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sutisna, A. (n.d.). Peningkatan Literasi Politik Pemilih Pemula Melalui Pendekatan Pembelajaran

Retrieved from http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/psnp/article/view/257-270 Widiastuti, D., Astuti, E. S., & Susilo, H. (2013). Pengaruh sosialisasi, motivasi, dan pemahaman wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak (Studi pada pengusaha kena pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara), 1 –9. Retrieved from http://perpajakan.studentjournal.ub.ac.id/index.php/perpajakan/article/view/48

https://gunungkidulkab.bps.go.id/ http://www.republika.co.id/berita/pemilu/berita-pemilu/14/04/02/n3ecvd-lima-kasus-money- politic-terungkap-di-yogyakarta https://www.radarjogja.co.id/gunungkidul-wilayah-rentan-politik-uang/

PENDIDIKAN POLITIK PADA ANGKATAN MUDA PARTAI GOLKAR (AMPG) D.I. YOGYAKARTA

Oleh : Pertiwi C. Dewi , Alfiana Rizqiani T, Muhammad Ansari

A. Isu dan Fokus

Partai politik merupakan sarana atau wadah bagi masyarakat untuk berkumpul, menyalurkan aspirasi, danpendapat politik yang memungkinkanuntuk membangun negara. Saat inisistem politik Indonesia telahmenempatkan partai politik sebagaisalah satu pilar penyangga demokrasi.Kehadiran partai politik dalam negarademokrasi tidak dapat dilepaskan dariperan dan fungsinya, tidak hanyakepada konstituen yang dikelola tetapijuga kepada bangsa dan negara. Baikburuknya sebuah partai politik akanberdampak pada baik buruknya sebuahbangsa. Hal ini karena jabatan-jabatandalam sebuah negara nantinya akandiisi oleh orang-orang dari partai politikyang ada melalui pemilu.

Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang partai politik yang menyebutkan salah satu fungsi partai politik adalah sebagai sarana pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi sebagai warga negara yang baik. Partai politik diharapkan dapat memberikan pendidikan politik bagi masyarakat, yang nantinya akan menambah wawasan dan pengetahuan serta pola pikir masyarakat dalam hal politik. Selain itu pendidikan politik bagi para anggota dan kader juga tidak kalah penting, hal ini menjadi sorotan utama karena yang nantinya akan memberikan pendidikan politik bagi masyarakat adalah anggota dan kader partai tersebut. (Dihlis dan Agus, 2015)

Pentingnya pendidikan politik sebagai upaya membangun kesadaran berpolitik dan memberikan pengetahuan yang memadai sehingga mereka dapat berpikir secara rasional dalam pengambilan keputusan dan penggunaan hak politik secara sadar dan rasional. Dalam setiap pemilu, jumlah pemilih pemula sekitar 20 - 30% dari keseluruhan jumlah pemilih dalam pemilu. Pada Pemilu 2004, jumlah pemilih pemula sekitar 27 juta dari 147 juta pemilih. Pada Pemilu 2009 sekitar 36 juta pemilih dari 171 juta pemilih. Data BPS (2010) mempublikasikan jumlah penduduk usia 15-19 tahun sebanyak 20.871.086 orang, usia 20-24 tahun sebanyak 19.878.417 orang. Jumlah pemilih pemula yang sangat besar mempunyai nilai strategis dalam menentukan kemenangan partai politik atau kandidat tertentu yang berkompetisi dalam pemilihan umum.

Ruslan (Dihlis dan Agus, 2015)mendefinisikan pendidikan politik sebagai upaya- upaya yang dicurahkan oleh lembaga-lembaga pendidikan, baik formal maupun nonformal, yang berusaha membentuk dan menumbuhkan kepribadian politik yang sejalan dengan kultur politik orang-orang yang bergerak di lembaga-lembaga tersebut pada setiap warga negara, membentuk dan menumbuhkan kesadaran politik dengan segala tingkatannya, yang warga negara menjadi sadar dan mampu memperoleh sendiri kesadarannya, membentuk dan menumbuhkan kemampuan partisipasi politik yang ia mampu dan senang berpartisipasi politik secara aktif, dalam ikut memecahkan persoalan- persoalan umum masyarakatnya dengan segala bentuk partisipasi yang memungkinkan, dan yang mengantarkan kepada perubahan menuju yang lebih baik.

Adapun tujuan pendidikan politik (Kartini Kartono, 1996) yaitu:

1. Membuat rakyat (individu, kelompok, klien, anak didik, warga masyarakat, rakyat, dan seterusnya):

a. Mampu memahami situasi sosial politik penuh konflik.

b. Berani bersikap tegas memberikan kritik membangun terhadap kondisi masyarakat yang tidak mantap.

c. Aktivitasnya diarahkan pada proses demokratisasi individu atau perorangan dan demokratisasi semua lembaga kemasyarakatan serta lembaga negara.

d. Sanggup memperjuangkan kepentingan dan ideologi tertentu, khususnya yang berkolerasi dengan keamanan dan kesejahteraan hidup bersama.

2. Memperhatikan & mengupayakan:

a. Peranan isani dari setiap individu sebagai negara(melaksanakan realisasi diri/aktualisasi diri dari dimensi sosialnya)

b. Mengembangkan semua bakat dan kemampuannya (aspek kognitif, wawasan, kritis, sikap positif, keterampilan politik)

c. Agar orang bisa aktif berpartisipasi dalam proses politik, demi pembangunan diri, masyarakat dan bangsa negara.

Pendidikan politik yang diberikan adalah berupa materi tentang leadership, ideologi partai dan media sosial. Di dalam materi yang diberikan berupa kajian khusus tentang psikologi, mengingat dalam materi ini disusun oleh mahasiswa psikologi sehingga penting untuk ditambahkannya kajian tentang psikologi itu tersendiri.

Kerangka konseptual pendidikan politik dalam psikologi akan digunakan untuk meningkatkan kualitas pengetahuan tentang politik pada pemuda di partai Golkar daerah Yogyakarta (Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG)). Pendidikan politik dalam kajian Kerangka konseptual pendidikan politik dalam psikologi akan digunakan untuk meningkatkan kualitas pengetahuan tentang politik pada pemuda di partai Golkar daerah Yogyakarta (Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG)). Pendidikan politik dalam kajian

B. Alasan Memilih Subjek Dampingan

Dalam kehidupan politik mempunyai tujuan yang penting yaitu melalui kegiatan pendidikan politik bertujuan agar masyarakat mengenal fungsi dari sebuah partai dan tujuannya. Dengan adanya pendidikan politik melalui kegiatan peran partai bertujuan agar masyarakat mengerti mengenai system politik. Dikaitkan partai politik dengan pendidikan politik bisa diartikan sebagai usaha sadar dan tersitematis dalam mentransformasikan segala sesuatu yang berkenaan dengan perjuangan partai politik tersebut kepada massanya agar mereka sadar akan perandan fungsi, serta hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Salah satunya dalam kegiatan peserta pemilu menyakinkan para pemilih untuk menawarkan apa saja visi misi dan progam yang akan dijalankan dalam politik. Pada prakteknya dalam kampanye terbuka hanya bermodalkan memberikan hiburan yang menyebabkan kurang terdidik warga Negara dalam hal politik untuk menumbuhkan atau meningkatkan partisipasi politik dari warga Negara itu pelaksanan pendidikan politik harus dilakukan dengan baik dan benar.

Pengertian partai politik ini tercantum dalam Pasal 1 angka 1 UU No. 2 tahun 2008, tentang Partai Politik, yang menyebutkan bahwa Partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Informasi dari beberapa partai politik yang terwakili di DPR RI. Partai tersebut adalah: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Golongan Karya (GOLKAR), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ketiga partai politik ini dipilih berdasarkan sebaran konstituennya yang dominan di beberapa daerah di Indonesia. PDIP merupakan partai peraih suara terbesar pada pemilu 2014 yang lalu dengan 23.681.471 suara (18,95%), dan konstituen terbesarnya berasal dari wilayah Jawa dan Bali. Partai Golkar meraih suara terbanyak kedua sebesar 18.432.312 suara (14.75%) dengan sebaran yang lebih luas di berbagai wilayah di Indonesia termasuk wilayah timur (Sulawesi, Kalimantan). Partai ini juga diuntungkan dengan keberadaannya yang jauh lebih lama dan Informasi dari beberapa partai politik yang terwakili di DPR RI. Partai tersebut adalah: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Golongan Karya (GOLKAR), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ketiga partai politik ini dipilih berdasarkan sebaran konstituennya yang dominan di beberapa daerah di Indonesia. PDIP merupakan partai peraih suara terbesar pada pemilu 2014 yang lalu dengan 23.681.471 suara (18,95%), dan konstituen terbesarnya berasal dari wilayah Jawa dan Bali. Partai Golkar meraih suara terbanyak kedua sebesar 18.432.312 suara (14.75%) dengan sebaran yang lebih luas di berbagai wilayah di Indonesia termasuk wilayah timur (Sulawesi, Kalimantan). Partai ini juga diuntungkan dengan keberadaannya yang jauh lebih lama dan

Kajian ini juga melihat dinamika partai politik di tingkat daerah dengan memasukkan parpol di wilayah provinsi (Dewan Pengurus Daerah), yakni Daerah Istimewa Yogyakarta (DI Yogyakarta). DI Yogyakarta dipilih berdasarkan karakternya yang tercatat dalam Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) yang merupakan adalah daerah kedua setelah Jakarta yang memiliki skor IDI tertinggi (skor 83.19). Selama tiga tahun terakhir, DI Yogyakarta menunjukkan konsistensinya dalam tiga aspek demokrasi yang masuk di dalam dikator IDI, yakni kebebasan sipil, hak-hak politik, dan lembaga demokrasi.

Dari beberapa partai di atas, adapun partai yang kami jadikan subjek adalah Partai Golongan Karya (GOLKAR).Partai GOLKAR yang didirikan pada tanggal 20 oktober 1964 sebuah partai politik yang pada masa pemerintahan soekarno yang menandai pengaruh partai komunis indonesia dalam kehidupan partai politik terus berkembang merubah wujud menjadi golongan karya (GOLKAR) yang menjadi salah satu sebuah organisasi perserta pemilu. Partai golongan karya (GOLKAR) mempunyai visi berjuang terwujudnya Indonesia baru yang maju, modern, bersatu, damai, adil dan makmur dan dengan masyarakat yang beriman dan taqwa. Misi partai golongan karya (GOLKAR) sebagai berikut(Anggaran Dasar Partai Golkar) :

1. Mempertegas komitmen untuk menyerap, memadukan, mengartikulasikan dan memperjuangkan aspirasi serta kepentingan rakyat sehingga menjadi kebijakan politik yang bersifat publik.

2. Melakukan rekruitmen kader-kader yang berkualisi melalui sistem prestasi untuk dapat dipilih oleh rakyat untuk menduduki poisisi-posisi politik atau jabatan publik.

3. Meningkatkan proses pendidikan dan komunikasi politik yang dialogis dan partisipatif, yaitu membuka diri terhadap berbagai pikiran, aspirasi dan keritik dari masyarakat. ( www.golkarDIY.com ) Berdasarkan preeleminasi, kondisi ideal di atas masih belum di rasakan oleh seluruh

pemuda yang ada di partai GOLKAR D.I.Yogyakarta yang masih belum begitu memahami pendidkan politik ataupun perpolitikan yang ada di Indonesia terutama di Yogyakarta. Pada Pilpres 2014 lalu 81,7% pemilih menggunakan hak pilihnya. Capaian

Kota Yogyakarta (77,15%), Kabupaten Bantul (81,3%), Kulonprogo (79,3%) dan Gunung Kidul yang hanya 77,04% (HarianJogja.com, 2014). Namun tingginya capaian partisipasi pemilih masih menyisakan skeptisismepada banyak kalangan yang menilai bahwa realisasi demokrasi di Indonesia masih sebatas pada demokrasi prosedural, belum mencapai demokrasi substansial.

Di D.I.Yogyakarta, kasus pelanggaran pemilu juga banyak dilaporkan, walaupun bukti-buktinya sulit ditemukan, khususnya pelanggaran dalam bentuk politik uang. Misalnya seperti yang diutarakan oleh Ketua Panwaslu Sleman Sutoto Jatmiko bahwa pihaknya banyak m enerima aduan atas maraknya “serangan fajar” di Sleman namun belum menemukan bukti (Republika Online, 2014). Praktek pelanggaran pemilu tersebut sulit dihilangkan mengingat adanya demand dan supply. Disamping itu, pembuktian yang sulit akan mempengaruhi tidak tuntasnya dalam penyelesaian hukum.

Partisipasi politik yang bekualitas, mensyaratkan adanya pemilih yang cerdas dan kritis. Hal tersebut akan terpenuhi jika pemilih melek akan politik. Dari hasil pertemuan kami dengan pihak DPD GOLKAR D.I.Yogyakarta yaitu bapak Jhon, beliau merekomendasikan kami untuk bertemu dengan Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) untuk menjadi subjek dampingan kami dalam pengambilan data.

C. Kondisi Subjek Dampingan Saat Ini

Angkatan Muda Partai Golongan Karya (AMPG) merupakan tangan atau sayap dari partai golongan karya. Hal tersebut tercantum dalam anggaran dasar partai golongan karya sebagai bagian dari partai golongan karya Bab X pasal 25 dan anggaran rumah tangga Bab VII pasal 21 tentang organisasi sayap, bahwa dibentuknya angkatan muda partai golongan karya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari partai golongan karya.

Berdasarkan pre eliminary yang dilakukan dengan ketua angkatan muda partai golongan karya wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta diperoleh informasi bahwa angkatan muda partai golongan karya wilayah DIY terdiri dari lebih kurang 55 orang pengurus, namun di luar itu angkatan muda partai golongan karya juga memiliki banyak anggota.

Berdasarkan penuturan ketua AMPG DIY anggota ataupun pengurus dari angkatan muda partai golongan karya rata-rata berusia 20 sampai 30 tahun. Mereka rata-rata masih berstatus sebagai mahasiswa. Pengurus dan anggota angkatan muda partai golongan karya tersebut terlibat langsung secara praktis dalam kegiatan-kegiatan partai golongan karya. Oleh karena mereka terlibat banyak dalam politik praksis, pengurus dan anggota angkatan muda partai golongan karya tidak begitu banyak terlibat dalam politik yang bersifat teoritis.

Kegiatan-kegiatan yang ada di angkatan muda partai golongan karya merupakan turunan dari kegiatan-kegiatan partai. Bahkan tak jarang kegiatan mereka memang merupakan kegiatan-kegiatan partai. Hal tersebut sesuai dengan peran dan fungsi angkatan muda partai golongan karya yang merupakan kepanjangan tangan dari partai yang memiliki cita-cita dan tujuan yang sama dengan partai. Hal tersebut juga menjadi salah satu alasan mengapa pengurus ataupun anggota dari angkatan muda partai golongan karya terlibat langsung dalam politik praksis khususnya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

D. Kondisi Subjek Dampingan Yang Diharapkan

Setelah dilakukan Experiental Learning terhadap angkatan muda partai golongan karya diharapkan semua elemen dari angkatan muda partai golongan karya baik itu pengurus maupun anggota mendapatkan pengetahuan lebih dalam hal politik teoritis.

Pengetahuan tersebut juga diharapkan menjadi bekal bagi pengurus ataupun anggota angkatan muda partai golongan karya untuk bertindak dalam politik praksis. Elemen angkatan muda partai golongan karya juga diharapkan memiliki kesadaran melek media dan memiliki kemampuan mengelola media lebih efektif untuk tujuan partai.

Selain itu, pengurus dan anggota angkatan muda partai golkar juga diharapkan memiliki dasar-dasar kepemimpinan spiritual yang baik dan sesuai dengan citra dan jati diri partai. Sehingga tujuan dan cita-cita partai mampu terwujud.

E. Strategi yang Digunakan

Kolb (1984) mendefinisikan experiential learning sebagai sebuah model holistic dari proses pembelajaran di mana manusia belajar, tumbuh dan berkembang. Penyebutan istilah experiential learning dilakukan untuk menekankan bahwa experience (pengalaman) berperan penting dalam proses pembelajaran dan membedakannya dari teori pembelajaran lainnya seperti teori pembelajaran kognitif ataupun behaviorisme. Experiential learning memiliki makna yang berbeda-beda, namun mengacu kepada satu pemikiran. Menurut Association for Experiential Education (AEE), experiential learning merupakan falsafah dan metodologi dimana pendidik terlibat langsung dalam memotivasi peserta didik dan refleksi difokuskan untuk meningkatkan pengetahuan, mengembangkan keterampilan. Experiential learning mendorong pemuda dalam aktivitasnya untuk berpikir lebih banyak, mengeksplor, bertanya, membuat keputusan, dan menerapkan apa yang telah mereka pelajari.

Experiential learning dapat didefinisikan sebagai tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman yang secara terus menerus mengalami perubahan guna Experiential learning dapat didefinisikan sebagai tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman yang secara terus menerus mengalami perubahan guna

1. mengubah struktur kognitif,

2. mengubah sikap,

3. memperluas keterampilan-keterampilan yang telah ada. Experiential learning menekankan pada keinginan kuat dari dalam diri pemuda untuk berhasil dalam belajarnya. Motivasi ini didasarkan pula pada tujuan yang ingin dicapai dan model belajar yang dipilih. Experiential learning itu sendiri berisi 3 aspek yaitu:

1. Pengetahuan (konsep, fakta, informasi),

2. Aktivitas (penerapan dalam kegiatan),

3. Refleksi (analisis dampak kegiatan terhadap perkembangan individu). Sedangkan dalam merancang pelatihan experiental learning, ada 4 tahapan yang harus dilalui yaitu:

1. Experiencing, tantangan pribadi atau kelompok.

2. Reviewing, menggali individu untuk mengkomunikasikan pembelajaran dari pengalaman yang didapat.

3. Concluding, menggambarkan kesimpulan dan kaitan antara masa lalu dan sekarang,

4. Planning, menerapkan hasil pembelajaran yang dialaminya. Hamalik menyatakan bahwa pembelajaran berdasarkan pengalaman memberi seperangkat atau serangkaian situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru (Hamalik,2001) Cara ini mengarahkan para pemuda untuk mendapatkan pengalaman lebih banyak melalui keterlibatan secara aktif dan personal, dibandingan bila mereka hanya membaca suatu materi atau konsep.

Berdasarkan pendapat di atas terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam model experiental learnin, antara lain :

1. pemuda merumuskan secara seksama suatu rencana pengalaman belajar yang bersifat terbuka (open minded) yang memiliki hasil-hasil tertentu.

2. Pemuda dapat bekerja secara individual atau bekerja dalam kelompok-kelompok kecil/keseluruhan kelompok di dalam belajar berdasarkan pengalaman.

3. Para pemuda ditempatkan pada situasi-situasi nyata, maksudnya pemuda mampu memecahkan masalah dan bukan dalam situsi pengganti.

4. Pemuda aktif berpartisipasi di dalam pengalaman yang tersedia, membua keputusan sendiri, menerima kosekuensi berdasarkan keputusan tersebut.

5. Keseluruhan anggota menceritakan kembali tentang apa yang dialam sehubungan dengan mata pelajaran tersebut untuk memperluas pengalaman belajar dan pemahaman pemuda dalam melaksanakan pertemuan yang nantinya akan membahas bermacam- macam pengalaman tersebut.

Bentuk kegiatan experiental learning yang akan dilaksanakan adalah pemberian materi berupa leadership, pemahaman ideology, dan penggunaan media sosial untuk seluruh anggota AMPG Golkar. Dalam setiap pemberian materi, peserta akan diberikan materi tentang kepemimpinan kemudian peserta akan diminta menceritakan asus yang pernah mereka temui di organisasi mereka. Setelah setiap eserta menemukan contoh kasus, mereka akan diminta untuk mencoba mencari solusi dari permasalahan yang mereka sebutkan, seluruh kegiatan tersebut akan dibimbing oleh seorang trainer.

F. Pihak yang Terlibat dan Bentuk Keterlibatan

Pihak yang terlibat dalam kegiatan pelatihan experiental learning tersebut antara lain :

1. Seuruh aggota AMPG Yogyakarta sebagai peserta yang akan menerima materi dari trainer dan sebagai agen untuk mengembangkan hasil latihan sesuai kebutuhan dalam AMPG,

2. Perwakilan DPD Golkar DI Yogyakarta sebagai agen dan pihak yang akan memberikan informasi terkait kebiasaan dan berbagai hal terkait AMPG,

3. Dosen Mata Kuliah Psikologi Literasi dan Partisipasi Politik sebagai pembina dan pengawas dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan experiental learning.

Daftar Pustaka

Dihlis dan Agus. 2015. Peran Partai Politik Dalam Menerapkan Pendidikan Politik

TerhadapPengurus Dan Kader Partai (Studi Pada Dewan Pengurus Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa Provinsi Jawa Timur). Jurnal Kajian Moral dan Kewarganegaraan Volume 01 Nomor 03 Tahun 2015, Hal 318-329 .

Kartono, Kartini. 1996. Pendidikan PolitikSebagai Bagian Pendidikan OrangDewasa.

Bandung: CV. Mandar Maju.

AMPG. (n.d.). Siapa Kami : AMPG Berkarya. Retrieved Desember 26, 2017, from AMPG Berkarya: http://www.ampgberkarya.com

Indonesia, A. E. (n.d.). Apa itu Experiental Learning ? : AELI. Retrieved Desember 27,

2017, from AELI: https://www.aeli.or.id Prasetyo, A. D. (2013, Mei 23). Retrieved Desember 27, 2017, from

https://aprileopgsd.wordpress.com

PENGUATAN IDEOLOGISASI DALAM TUBUH DPW PARTAI KEADILAN SEJAHTERA YOGYAKARTA MELALUI ROLE PLAY POLITIK

Oleh : Miftahun Najah, Ayu Wening Permoni, Nur Huda Lubis

A. Isu dan Fokus

Ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita, dan logos yang berarti ilmu. Maka, ideologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang pengertian dasar, cita-cita yang harus dicapai, yang digunakan sebagai dasar pandangan atau paham (Kaelan dalam Asmaroini, 2017). Menurut Steger (dalam Prasetya, 2011), ideologi adalah suatu sistem sebaran ide dan kepercayaan yang membentuk sistem nilai dan norma, serta peraturan ideal yang diterima sebagai fakta dan kebenaran oleh suatu kelompok. Ideologi merupakan sebuah tatanan masyarakat yang di dalamnya menyangkut sistem ekonomi, politik, sosial dan budaya yang dicita- citakan oleh individu, kelompok, golongan atau masyarakat luas yang kemudian menjadi landasan untuk bertindak (Prasetya, 2011).

Salah satu ideologi yang dianut oleh PKS adalah ideologi Tarbiyah. Memang Partai Keadilan Sejahtera berdiri dari suatu gerakan sosial yang bernama Tarbiyah. Tarbiyah dalam konsep PKS berarti proses pembudayaan pembinaan yang sifatnya menyeluruh, dalam artian seluruh sisi kemanusiaan, baik dari segi intelektualitas maupun kemampuan serta kualitasnya. Tarbiyah sendiri mempunyai dua kategori. Pertama, tarbiyah bashariyah yaitu proses pendidikan yang melibatkan manusia secara langsung, ada tempat, alat, sarana dan arti yang formal. Kedua, tarbiyah rabbaniyah yaitu perekayasaan Allah swt. Sebagai contoh, dalam melakukan setiap aksi, bisa saja banyak yang kita temukan sifat nilai-nilai tarbiyah yang sesungguhnya merupakan karunia dari Allah swt (Aliyas , 2005). Keduanya menjadi dasar gerak langkah partai.

Sayangnya, hal ini memicu adanya kesalahpahaman kader dalam menginterpretasi ideologi terbiyah itu sendiri sebagai sebuah ide yang eksklusif dan secret . Seharusnya, ideologi tersebut dianut sebagai kerangka berpikir untuk menganalisis dan membaca situasi sosial politik. Lebih tepatnya suatu strategi berdasarkan syari’at demi tercapainya Daulah Islamiyah (Basyir, 2004). Tidak salah kiranya jika Fahri Hamzah sebagai bekas kader menyebut PKS kepemimpinan ini terlalu “kaku”, sebagaimana dilansir oleh detikcom.

Ideologi ini dianggap dilematis karena bertabrakan dengan penggunaan gerak langkah praktis di lapangan. Bagaimanapun, gerak langkah yang berbenturan dengan ideologi partai akan membuat perubahan yang signifikan pada kelompok partai hingga ke tingkat individu. Saat ini, partai PKS dianggap lebih berorientasi kepada kekuasaan daripada perjuangan daripada moralitas dan substansi nilai-nilai (Basyir, 2004).

Perubahan perilaku politik, yang juga dipandang sebagai penyimpangan dari asas dan falsafah yang dibangun sejak lama. Salah satu indikatornya, di berbagai daerah PKS mudah saja berkoalisi dengan pihak manapun untuk maju dan memenangkan pemilukada. Hal inilah yang ditengarai membuat sementara kalangan menilai PKS sekarang sudah pragmatis (Munandar, 2011). Akibatnya, PKS kerap disebut sebagai partai yang telah memasuki ranah pragmatis dan mengalami deideologisasi serta lupa akan nilai-nilai yang diperjuangkan. Maka dari itu disini kami menyusun proposal dalam rangka penyegaran kembali pemahaman kader terhadap ideologi PKS dengan sarana intervensi yang akan diurai pada penjelasan selanjutnya.

B. Alasan Memilih Subjek Dampingan

Subjek dampingan yang dipilih adalah Kader karena menemui kenyataan bahwa di dalam tubuh kepartaiannya sendiri PKS masih memiliki beberapa konflik internal dan perbedaan ciri khas. Setidaknya, terdapat dua orientasi kader partai yang bersimpang pendapat yaitu religious movement oriented dan political party oriented (Munandar, 2011). Keduanya merupakan hasil dari proses sejarah yang dialami oleh Partai Keadilan Sejahtera yang sebelumnya merupakan kelompok dakwah Tarbiyah.

Perbedaan sikap dan pendapat mengenai isu tertentu sering dicetuskan oleh dua kelompok tersebut, kelompok dakwah dan kelompok politik. Yang disebut pertama memiliki kecenderungan melihat PKS sebagai partai untuk wadah dakwah saja sedangkan yang terakhir disebut menganggap partai sebagai sarana untuk mencapai tampuk kekuasaan. Perbedaan pendapat tersebut dapat dilihat pada persoalan pandangan gaya hidup dimana kelompok dakwah menginginkan partai dan anggota yang sederhana sedangkan kelompok partai beranggapan bahwa kemewahan itu bersifat subjektif. Sedangkan, pada persoalan sikap politik pemilihan Capres 2009 kelompok dakwah memberikan dukungan pada Amien Rais karena dianggap religius sedangkan kelompok politik memilih Wiranto karena memiliki probabilitas lebih besar untuk maju ke putaran kedua bersama SBY (Munandar, 2011).

Perbedaan seperti di atas merupakan salah satu pemicu adanya konflik internal. Meskipun, melalui wawancara kepada narasumber yang terpercaya menunjukkan fakta sebaliknya bahwa tidak ada pembedaan antara kelompok dakwah dan kelompok orientasi politik. Dari sisi kaderisasi tidak ada kegiatan khusus dalam mendapatkan anggota baru. Calon kader yang ingin mendaftar menjadi kader PKS diperkenankan untuk datang ke kantor. Karena itu, penjaringan massa oleh partai keadilan sejahtera khususnya DPW Yogyakarta belum optimal dan perlu ditingkatkan lagi. Maka, kami berinisiatif untuk memberikan suatu penguatan ideologi yang tertanam dalam tubuh partai keadilan sejahtera setidaknya kualitas ideologi dapat ditingkatkan dalam hal ini.

C. Kondisi subjek dampingan saat ini

Subjek dampingan adalah kader yang berkiprah di partai keadilan sejahtera. Adapun jumlahnya masih belum ditentukan karena biaya pendataan yang mahal. Sedangkan, prosentase laki-laki dan perempuan adalah kira-kira 45 % dan 55 %. Mata pencaraharian kadernya kebanyakan adalah pedagang kaki lima dan pengusaha. Pendidikan yang dimiliki oleh kader paling rendah adalah tingkat SMP dengan rentang usia dari 19 hingga 55 tahun.

Sedangkan, perbedaan pendapat antara kelompok dakwah dan kelompok orientasi politik di DPW Partai Keadilan Sejahtera sendiri tidak terlalu mencolok bahkan terhitung tidak ada. Sebab, menurut narasumber kami tidak ada perbedaan antara dakwah dan politik. Sehingga, proposal ini diajukan untuk memperkuat ideologi yang telah ada di dalam tubuh PKS sendiri dalam rangka merapatkan kembali barisan Politik Dakwah.