Kajian Teori dan Penelitian yang Relevan

d. Karakter Utama Pendidikan Karakter di Sekolah

Konsep karakter sebagaimana yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya masih bersifat paradigmatis, karena itu karakter yang dimaksud

commit to user

menjadi karakter-karakter yang lebih praktis. Sekolah dalam konteks ini dapat menjadikan UU No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangun Jangka Panjang (RPJP) Nasional sebagai acuan. RPJP Nasional adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional yang merupakan jabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

Bagus Mustakim (2011) menjelaskan ”berdasarkan visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RJPJ) Nasional 2025, minimal ada delapan karakter yang harus dikembangkan dalam praktik pendidikan dan pembelajaran ”. Delapan karakter tersebut diantaranya:

1) Etos Spiritual Etos spiritual adalah etos yang dibangun dari nilai-nilai keagamaan. Sekolah bertugas untuk mengartikulasikan nilai-nilai utama itu dalam bentuk etika spiritual yang menjadi jalan hidup (way of life) bagi peserta didik. Sekolah harus mengkomunikasikan etika ini kepada peserta didik secara kreatif sehingga nilai-nilai itu bisa diimplementasikan secara aplikatif dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai inilah yang digunakan untuk membentuk karakter spiritual dalam diri peserta didik.

2) Etos Mutu Etos mutu adalah karakter yang berkaitan dengan penguasaan IPTEK dan kemampuan daya saing global. Perkembangan dunia yang begitu cepat dari era agraris menuju era industri hingga era informasi sekarang ini menuntut SDM yang bisa mengimbangi perbahan percepatan perkembangan zaman.

3) Keterbukaan Karakter keterbukaan adalah karakter yang dibangun atas dasar nilai- nilai keterbukaan. Dalam UU No. 17 Tahun 2007 dijelaskan bahwa nilai keterbukaan merupakan landasan penting dalam mewujudkan pembangunan Indonesia yang maju, mandiri, dan adil sesuai dengan RPJP Nasional 2025.

4) Multikultural Karakter multikultural adalah karakter yang terbangun atas dasar kesadaran multikultural, yaitu kesadaran yang mengisyaratkan adanya sikap untuk bersedia mengakui adanya kelompok lain. Kesadaran ini juga mengandung makna kesediaan untuk berlaku adil dengan kelompok lain atas dasar perdamaian dan saling menghormati.

5) Kecerdasan Kritis

commit to user

kemampuan peserta didik untuk mengidentifikasi ketidakadilan yang terjadi secara sistemik dan struktural di sekitarnya.

6) Peduli Lingkungan Peduli terhadap lingkungan adalah sebuah karakter yang tercermin dalam diri peserta didik yang terlihat secara sederhana dari kecintaan dan kepeduliaannya terhadap kebersihan tempat lingkungannya.

7) Berwawasan Maritim Indonesia memiliki wilayah kelautan yang luas, namun saat ini kesadaran untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi kelautan/ kemaritiman masih sangat kurang, sehingga dalam misi mewujudkan RPJP Nasional menuju Indonesia Emas 2025 sekolah harus menfasilitasi pembentukan karakter maritim bagi peserta didiknya.

8) Tanggung Jawab Global UU No. 17 Tahun 2007 dalam konteks global merumuskan misi agar Indonesia ikut berperan penting dalam pergaulan dunia Internasional. Misi ini tidak mungkin tercapai tanpa adanya sensitivitas global yang dimiliki oleh warga negara Indonesia, karenanya menjadi tugas sekolah untuk menumbuhkan sensitivitas atau kesadaran global ini (hlm. 72)

Pendapat lain juga dijelaskan Kemdiknas (2011: 74) yang menyatakan bahwa untuk membangun pendidikan karakter yang kuat, harus memperhatikan delapan karakter utama pendidikan karakter di sekolah yakni:

1) Courage (Keberanian/Keteguhan Hati): Memiliki keinginan untuk berbuat yang benar meskipun yang lain tidak. Memiliki keberanian untuk mengikuti kesadaran/kebenaran dibandingkan mengikuti kebanyakan orang lain. Memilih hal-hal yang baik bila memang lebih bermanfaat.

2) Good Judgement (Pertimbangan yang Baik): Memilih tujuan hidup yang baik dan membuat prioritas yang sesuai, berfikir sampai pada konsekuensi dari setiap aksi, dan memutuskan berdasar pada kebijaksanaan dan pendirian yang baik.

3) Integrity (Integritas): Memiliki kekuatan dalam (inner strength) untuk jujur, dapat dipercaya, dan berkata benar dalam segala hal. Bersikap adil dan terhormat.

4) Kindness (Kebaikan hati): Perhatian, sopan, membantu, dan memahami orang lain; memperlihatkan perhatian, rasa kasihan, berkawan, dan dermawan, dan memperlakukan orang lain seperti halnya anda ingin diperlakukan.

5) Perseverance (Ketekunan): Tekun mengejar tujuan hidup meskipun dihalangi kesulitan, perlawanan, atau keputusasaan. Memperlihatkan

commit to user

keterlambatan, kesalahan, atau kegagalan.

6) Respect (Penghargaan): Memperlihatkan penghargaan pada wewenang, pada orang lain, pada diri sendiri, untuk barang hak milik, dan untuk Negara. Dan memahami bahwa semua orang memiliki nilai sebagai manusia.

7) Responsibility (Tanggung Jawab): Bebas dalam menjalankan kewajiban dan tugas, menunjukkan dapat diandalkan dan konsisten dalam perkataan dan perbuatan, dapat dipercaya dalam setiap kegiatan, dan komitmen untuk aktif terlibat di lingkungan.

8) Self-Discipline (Disiplin Diri): Memperlihatkan kerja keras dan komitmen pada tujuan, mengatur diri untuk perbaikan diri dan juga menghindari perilaku tidak baik, dapat mengendalikan kata-kata, aksi, reaksi, dan juga keinginan. Menghindari seks di luar nikah, narkoba, alkohol, rokok, zat dan perilaku berbahaya lainnya. Melakukan yang terbaik dalam segala hal.

e. Definisi Operasional Pendidikan Karakter

Pendidikan adalah sebuah usaha sadar yang terstruktur dalam mewujudkan proses pembelajaran guna memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan perubahan tingkah laku yang dilakukan dengan berbagai proses sehingga mampu meningkatkan dan mengembangkan apa yang dipelajari serta mampu mewariskan budaya bangsa yang luhur.

Karakter adalah aktualisasi dari kepribadian seseorang yang diwujudkan dalam sikap, tingkah laku, tutur kata dan cara memandang seseorang sehingga dapat di tentukan apakah orang tersebut orang baik (berkarakter mulia) atau orang tidak baik (berkarakter jelek).

Pendidikan karakter dapat diartikan segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik, sehingga karakter peserta didik menjadi karakter yang mulia. Guru dan lembaga sekolah membantu membentuk watak peserta didik, hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya serta kebijakan-kebijakan sekolah mengenai penerapan pendidikan karakter.

commit to user

kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2 Surakarta sebagai berikut:

1) Courage (Keberanian/Keteguhan Hati)

Karakter ini dibuktikan dengan sikap memiliki keinginan untuk berbuat yang benar meskipun yang lain tidak, memiliki keberanian untuk mengikuti kesadaran/kebenaran dibandingkan mengikuti kebanyakan orang lain, dan memilih hal-hal yang baik bila memang lebih bermanfaat.

2) Good Judgement (Pertimbangan yang Baik)

Karakter ini dibuktikan dengan sikap memilih tujuan hidup yang baik dan membuat prioritas yang sesuai, berfikir sampai pada konsekuensi dari setiap aksi, dan memutuskan berdasar pada kebijaksanaan dan pendirian yang baik.

3) Integrity (Integritas)

Karakter ini dibuktikan dengan sikap memiliki kekuatan dalam (inner strength ) untuk jujur, dapat dipercaya, dan berkata benar dalam segala hal. Karakter ini juga dibuktikan dengan bersikap adil dan terhormat.

4) Kindness (Kebaikan hati)

Karakter ini dibuktikan dengan sikap perhatian, sopan, membantu, dan memahami orang lain. Siswa juga memperlihatkan perhatian, rasa kasihan, berkawan, dan dermawan, dan memperlakukan orang lain seperti halnya ingin diperlakukan.

5) Perseverance (Ketekunan)

Karakter ini dibuktikan dengan sikap tekun mengejar tujuan hidup meskipun dihalangi kesulitan, perlawanan, atau keputusasaan. Siswa juga memperlihatkan kesabaran dan keinginan untuk mencoba lagi meskipun ada keterlambatan, kesalahan, atau kegagalan.

6) Respect (Penghargaan)

Karakter ini dibuktikan dengan sikap memperlihatkan penghargaan pada wewenang, pada orang lain, pada diri sendiri, untuk barang hak milik

commit to user

nilai sebagai manusia.

7) Responsibility (Tanggung Jawab)

Karakter ini dibuktikan dengan sikap bebas dalam menjalankan kewajiban dan tugas, menunjukkan dapat diandalkan dan konsisten dalam perkataan dan perbuatan, dapat dipercaya dalam setiap kegiatan, dan komitmen untuk aktif terlibat di lingkungan.

8) Self-Discipline (Disiplin Diri)

Karakter ini dibuktikan dengan sikap memperlihatkan kerja keras dan komitmen pada tujuan, mengatur diri untuk perbaikan diri dan juga menghindari perilaku tidak baik, dapat mengendalikan kata-kata, aksi, reaksi, dan juga keinginan.

2. Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan pendidikan karakter. Snyder, et al. (2010) melakukan penelitian dengan judul “Impact of a Social- Emotional and Character Development Program on School-Level Indicators of Academic Achievement, Absenteeism, and Disciplinary Outcomes: A Matched- Pair, Cluster Randomized, Controlled Trial”. Penelitian ini menggunakan

metode matched-pair, cluster randomized, dan controlled trial, dengan masa penelitian dari Tahun Pelajaran 2002/2003 hingga 2005/2006 di 20 Sekolah Dasar yang tersebar di 3 Kepulauan Hawai’i. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa program sekolah berbasis komprehensif, khusus dikembangkan untuk menargetkan sikap dan karakter mahasiswa, secara positif dapat mempengaruhi tingkat sekolah prestasi, kehadiran, dan disiplin hasil secara bersamaan.

White dan Warfa (2011) melakukan penelitian dengan judul “Building Schools of Character: A Case-Study Investigation of Character Education's

Impact on School Climate, Pupil Behavior, and Curriculum Delivery ”. Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran kualitatif dan kuantitatif dengan metode studi kasus untuk menyelidiki dampak pendidikan karakter telah diterapkan sekolah dan perilaku murid dalam Sekolah Dasar. Penelitian

commit to user

Anglia , Inggris. Kedua rangkaian data kuantitatif dan kualitatif menyatakan bahwa penerapan program pendidikan karakter dapat memiliki efek positif pada iklim sekolah, perilaku murid, dan moral staf. Selain itu, temuan menunjukkan bahwa ada efek positif pada kemampuan sekolah untuk memenuhi kebutuhan sosial, emosional, dan kognitif siswa setelah pelaksanaan program pengembangan sekolah secara menyeluruh prososial berakar pada bukti empiris dari penelitian psikologis dan pendidikan.

Mujahid Wahyu (2011) melakukan penelitian dengan tema implementasi pendidikan karakter di SMK Ngawi. Penelitian kualitatif deskriptif ini menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Sumber data dalam penelitian ini kepala sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan, serta beberapa guru dan siswa. Hasil penelitian tersebut adalah (1)Guru di SMK Islamiyah Widodaren Ngawi paham tentang latar belakang, tujuan, dan bagaimana mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah. (2)Siswa di SMK Islamiyah Widodaren Ngawi paham tentang latar belakang dan tujuan dari pengimplementasian pendidikan karakter. (3)Pendidikan karakter di sekolah diimplementasikan melalui 2 bidang/jalur yaitu ko-kurikuler dan ekstrakurikuler. (4) Pendidikan karakter di SMK Islamiyah Widodaren Ngawi melalui ko-kurikuler yaitu memasukkan unsur pendidikan karakter dalam proses belajar mengajar di kelas, penambahan jam belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) menjadi 6 jam per minggu, muhadoroh (latihan

pidato di depan kelas) dan pembiasaan sholat duhur secara berjama’ah. (5)Pendidikan karakter di SMK Islamiyah Widodaren Ngawi melalui

ekstrakurikuler yaitu masuk dalam program Himpunan Siswa Jurusan (HSJ) dan Keputrian seperti infaq jum’at, mentoring, bhakti sosial, dan kajian

keputrian.

Trisno Yuwono (2011) juga melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter Terhadap Pengembangan Kompetensi Mahasiswa Calon Teknisi Alat Berat ”. Metode penelitian yang

digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dengan

commit to user

Politeknik TEDC Bandung Konsentrasi Otomotif Alat Berat sebanyak 40 orang. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang kuat penerapan Pendidikan Berbasis Karakter (PBK) terhadap pengembangan kompetensi mahasiswa.

Penelitian-penelitian di atas menunjukkan bahwa pendidikan karakter mulai dilaksanakan oleh beberapa tingkat satuan pendidikan, dari Sekolah Dasar hingga perguruan tinggi. Tingkat satuan pendidikan menerapkan pendidikan karakter dengan berbagai caranya masing-masing. Penyesuaian teknik ini dikarenakan tidak semua tingkat satuan pendidikan mempunyai standar lulusan yang sama.

Penelitian tentang pendidikan karakter perlu dikembangkan agar satuan pendidikan mengetahui dan dapat membandingkan teknik seperti apa yang harus diterapkan. Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian pendidikan karakter yang pertama dilakukan di SMK Negeri 2 Surakarta, sehingga tampak originalitasnya. Untuk itulah hasil penelitian ini diharapkan memberikan khasanah baru dalam penerapan pendidikan karakter.