Nilai tegangan diperoleh dari besarnya beban per luas penampang yang dibebani, dinyatakan dalam Nmm², atau:
Tegangan σ =
����� ���� ���������
=
� �
2.1 Dan regangan didefinisikan sebagai deformasi per ukuran semula yaitu:
Regangan ε =
��������ℎ�� ������� ������� ����−����
=
∆� ��
2.2 Secara teoritis, semakin ringan kayu maka semakin kurang kekuatannya, demikian
juga sebaliknya. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa kayu – kayu yang berat sekali juga kuat sekali. Kekuatan, kekerasan dan sifat teknik lainnya adalah berbanding lurus
dengan berat jenisnya. Tentunya hal ini tidak terlalu sesuai, karena susunan dari kayu tidak selalu sama.
2.2.4. Kuat Acuan Berdasarkan Pemilahan Secara Mekanis
Pemilihan secara mekanis untuk mendapatkan modulus elastisitas lentur harus dilakukan dengan mengikuti standar pemilahan mekanis yang baku. Berdasarkan
modulus elastis lentur yang diperoleh secara mekanis, kuat acuan lainnya dapat diambil mengikuti tabel 2.1. Kuat acuan yang berbeda dengan tabel 2.1 dapat
digunakan apabila ada pembuktian secara eksperimental yang mengikuti standar – standar eksperimen yang baku.
Tabel 2.1. Nilai kuat acuan MPa berdasarkan atas pemilahan secara mekanispada kadar air 15 berdasarkan PKKI NI - 5 2002
Universitas Sumatera Utara
Kode Mutu
E
w
F
b
F
t
F
c
F
v
F
c ﬩
E26 25000
66 60
46 6,6
24 E25
24000 62
58 45
6,5 23
E24 23000
59 56
45 6,4
22 E23
22000 56
53 43
6,2 21
E22 21000
54 50
41 6,1
20 E21
20000 56
47 40
5,9 19
E20 19000
47 44
39 5,8
18 E19
18000 44
42 37
5,6 17
E18 17000
42 39
35 5,4
16 E17
16000 38
36 34
5,4 15
E16 15000
35 33
33 5,2
14 E15
14000 32
31 31
5,1 13
E14 13000
30 28
30 4,9
12 E13
14000 27
25 28
4,8 11
E12 13000
23 22
27 4,6
11 E11
12000 20
19 25
4,5 10
E10 11000
18 17
24 4,3
9
Dimana : Ew = Modulus elastis lentur
Fb = Kuat lentur Ft = Kuat tarik sejajar serat
Fc = Kuat tekan sejajar serat Fv = Kuat Geser
Fc ┴ = Kuat tekan tegak lurus
Faktor – faktor koreksi digunakan untuk menghitung nilai tahanan terkoreksi. Nilai faktor koreksi yang digunakan dalam menghitung nilai tahanan terkoreksi
adalah sebagai berikut: Tabel 2.2. Faktor koreksi layan basah, CM
Universitas Sumatera Utara
f
b
f
t
f
v
f
c ﬩
f
c
E
Balok kayu 0,85
1,00 0,97
0,67 0,80
0,90 Balok kayu besar 125x125 mm
atau lebih besar 1,00
1,00 1,00
0,67 0,93
1,00 Lantai papan kayu
0,85 -
- 0,67
- 0,90
Glulam kayu laminasi struktural
0,80 0,80
0,67 0,53
0,73 0,83
Tabel 2.3. Faktor koreksi temperature, C
t
Kondisi Acuan
Kadar air pada masa layan
C
t
T ≤ 38
o
C 38
o
C T ≤ 52
o
C 52
o
C T ≤ 65
o
C
f
t
, E
Basah atau kering 1,0
0,9 0,9
f
b,
f
c,
f
v
Kering 1,0
0,8 0,7
Basah 1,0
0,7 0,5
2.2.5. Kuat Acuan Berdasarkan Pemilahan Secara Visual
Pemilahan secara visual harus mengikuti standar pemilahan secara visual yang baku. Apabila pemeriksaan visual dilakukan berdasarkan atas pengukuran berat jenis,
maka kuat acuan untuk kayu berserat lurus tanpa cacat dapat dihitung dengan menggunakan langkah – langkah sebagai berikut :
a. Kerapatan ρ pada kondisi basah berat dan volume diukur pada kondisi basah,
tetapi kadar airnya lebih kecil dari 30 dihitung dengan mengikuti prosedur baku. Gunakan satuan kgm³ untuk
ρ. b.
Kadar air, m m 30, diukur dengan prosedur baku. c.
Hitung berat jenis pada m G
m
dengan rumus : G
m
=
[1000 1 + m100] 2.3
d. Hitung berat jenis dasar G
b
dengan rumus : G
b
= G
m
[1 + 0,265 a G
m
] dengan a = 30 – m 30 2.4
Universitas Sumatera Utara
e. Hitung berat jenis pada kadar air 15 G
15
dengan rumus : G
15
= G
b
1 – 0,133 G
b
2.5 f.
Hitung estimasi kuat acuan, dengan modulus elastisitas lentur Ew = 16500G
0.7
2.6 dimana G : Berat jenis kayu pada kadar air 15 = G
15
. Untuk kayu dengan serat tidak lurus atau mempunyai cacat kayu, estimasi
nilai modulus elastis lentur acuan pada point d harus direduksi dengan mengikuti ketentuan pada SNI Standar Nasional Indonesia 03-3527-1994 UDC Universal
Decimal Classification 691.11 tentang “Mutu Kayu Bangunan“ yaitu dengan mengalikan estimasi nilai modulus elastis lentur acuan dari Tabel 2.1. tersebut dengan
nilai rasio tahanan pada Tabel 2.4. yang bergantung pada kelas mutu kayu. Kelas mutu kayu ditetapkan dengan mengacu pada Tabel 2.5.
Tabel 2.4. Nilai rasio tahanan Kelas Mutu Nilai Rasio Tahanan
A 0,80
B 0,63
C 0,50
Tabel 2.5. Cacat maksimum untuk semua kelas mutu kayu Macam Cacat
Kelas Mutu A Kelas Mutu B
Kelas Mutu C Mata Kayu:
Pada arah lebar Pada arah sempit
16 lebar kayu 18 lebar kayu
¼ lebar kayu 16 lebar kayu
½ lebar kayu ¼ lebat kayu
Universitas Sumatera Utara
Retak 15 tebal kayu
16 tebal kayu ¼ tebal
Pinggul 110 tebal atau lebar
kayu 16 tebal atau lebar
kayu ¼ tebal atau lebar
kayu Arah serat
1 : 13 1 : 9
1 : 6 Saluran Damar
15 tebal kayu eksudasi tidak
diperkenan 25 tebal kayu
½ tebal kayu
Gubal Diperkenankan
Diperkenankan Diperkenankan
Lubang serangga Diperkenankan asal
terpencar dan ukuran dibatasai dan
tidak ada tanda- tanda serangga
hidup Diperkenankan
asal terpencar dan ukuran dibatasai
dan tidak ada tanda-tanda
serangga hidup Diperkenankan
asal terpencar dan ukuran dibatasai
dan tidak ada tanda-tanda
serangga hidup Cacat lain lapuk,
hati rapuh, retak melintang
Tidak diperkenankan
Tidak diperkenankan
Tidak diperkenankan
2.2.6. Kayu Panggoh