Perancangan Dudukan Alat Uji Tekuk Modifikasi

P Gambar 3.9. Model Pengujian Benda Uji Silinder Beton Dari hasil pemeriksaan kekuatan tekan benda uji tersebut harus memenuhi: SD = � ∑�� ′ � −� ′ �� � 2 �−1 3.11 Kekuat an tekan beton karakteristik σ bk dengan 5 kemungkinan adanya kekuatan yang tidak memenuhi syarat, ditentukan dengan rumus: ∑ σ’ bk = ∑ σ’ bm – 1,64 SD 3.12 Dimana : SD = Standard Deviasi σ b = Kekuatan tekan beton dari benda uji σ bm = Kekuatan tekan beton rata-rata

3.4. Pengujian Tekuk Kolom Komposit Kayu Panggoh – Beton

3.4.1. Perancangan Dudukan Alat Uji Tekuk Modifikasi

Alat uji tekuk yang ada saat ini di Teknik Sipil Program Magister S-2 Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara sedang mengalami kerusakan sehingga perlu diupayakan alat uji tekuk untuk melakukan pengujian tekuk kolom komposit kayu panggoh – beton ini. Oleh karena itu, untuk pengupayaanya dirancang suatu alat uji tekuk modifikasi dengan menggunakan prinsip yang sama dengan alat uji tekuk yang ada. Akan tetapi, alat uji tekuk modifikasi ini akan dirancang untuk penggunaan Universitas Sumatera Utara secara horizontal tidak seperti alat uji tekuk pada umumnya yang dirancang vertical demi keamanan pengujian karena sampel yang akan diuji memiliki panjang 250 cm. Alat uji tekuk modifikasi ini terdiri dari dudukan benda uji sebagai tempat benda uji dan alat pemberi beban yaitu jack hydraulic serta dial gauge yang akan diletakkan di tengah benda uji untuk membaca lendutan yang terjadi. Dudukan benda uji dirancang dari profil baja H 250 x 250 x 9 x 14 dengan panjang 290 cm. Sebagai penahan benda uji yang akan diletakkan secara horizontal pada dudukan ini, dirancang dari pelat yang didukung oleh baut. Berikut ini gambar rancangan dudukan benda uji. Gambar 3.10. Rangka Dudukan Benda Uji A. Perhitungan momen yang terjadi Baut Pelat P= 25 Ton M Profil H 250x250x9x14 Universitas Sumatera Utara Perletakan pelat adalah jepit-bebas, model : P = 25 Ton 12,5 cm 12,5 cm M Momen = P x s -312,5 Ton cm = 25 ton x 12,5 cm = 312,5 ton cm = 312500 kg cm D Besar gaya lintang D : - 25 Ton D = - P = - 25 Ton Dan besar gaya normal yang terjadi adalah nol. Lendutan δ = �� 3 6�� �2 − 3� � + � 3 � 3 � ; x = 1 2 L δ = 25000 �� � 25 3 �� 6 �2,1� 10 6 �� ��2 �� 1 12 �25�25 3 x 2-1,5+0,125 δ = 0,000595 cm = 0.00595 mm Lendutan ijin = � 300 = 25 �� 300 = 0,0833 cm = 0,833 mm  Lendutan yang terjadi 0,00595mm lendutan ijin 0,833mm σ gs = � ��� �� ≤ σ gs ijin = 25000 �� 2�� �� ≤ 2400 kgcm 2 A gs ≤ 5,208 cm 2 A gs = ¼ πd 2 Universitas Sumatera Utara 5,208 = ¼ x 3,14 x d 2 d = 2,575 cm; digunakan baut diameter d = 25 mm P gs = ¼ πd 2 x σ gs ijin = ¼ x 3,14 x2,5 2 x 2400 kgcm 2 = 11715 kg σ ds = � ��� �� ≤ σ ds ijin ; dimana F = d x t = 2,5x 2,8 = 7 cm σ ds = 25000 �� 2 � 7 �� 2 = 1785,7143 kgcm 2 P ds = n x d x t x σ ds ijin P ds = 2 x 2,5 x 2,8 x 1600 kgcm 2 P ds = 22400 kg 25000 kg B. Perhitungan baut Profil yang digunakan : H 250x250x9x14 I x = 10800 cm 4 M = 312500 kgcm D = 25000 kg N = 0 S 2 = 50 mm S 1 = 100 mm S 1 = 100 mm S 2 = 50 mm g 2 g 1 g 1 g 2 Universitas Sumatera Utara Syarat :  1,5 d ≤ S ≤ 250 mm; diambil S 1 = 100 mm  3 d ≤ S ≤ 250 mm; diambil S 2 = ½ S 1 = 50 mm g 2 = 1,5 x 2,5 = 37,5 mm; diambil g 2 = 50 mm 2g 1 = 250 – 2x50 = 150 g 1 = 75 mm  Tegangan yang terjadi pada baut : σ max = � ′ �−� � � = 312500 25−12,5 10800�� 4 = 361,6898 kgcm 2 σ N = �′ � � � = 0 τ = �′ � � �+��� = 25000 2� 1 4 � 3,14 �2,5 2 �+2�25 = 417,9728 kgcm 2 maka : σ 1 = �� ��� + � � 2 + 3 τ 2 ≤ σ baut σ 1 = �361,6898 + 0 2 + 3417,9728 2 ≤ σ baut σ 1 = 809,2733 kgcm 2 C. Perhitungan tebal pelat σ ds = 25000 0,9 � 25 = 1111,111 kgcm 2 P ds = 2,5 x 2 1600 = 8000 kg Dicoba tebal pelat 10 mm 1 cm: M = 1 6 x 1 x 1 2 x 1600 = 266,67 kgcm Dicoba tebal pelat 20 mm 2 cm: M = 1 6 x 1 x 2 2 x 1600 = 1066,67 kgcm Universitas Sumatera Utara Dicoba tebal pelat 25 mm 2,5 cm: M = 1 6 x 1 x 2,5 2 x 1600 = 1666,7 kgcm Karena yang lebih mendekati σ ds adalah tebal pelat 20 mm, maka digunakan pelat dengan ukuran 250 x 250 x 20 mm.

3.4.2. Persiapan Pengujian Kolom