loading arm pengisian, dan pencampuran Injeksi pada rak pipa, kemudian 2 teknologi pencampur lainnya adalah pencampuran langsung pada lokasi industri serta
pencampuran dengan Injeksi di Stasiun Pengisian bahan Bakar Umum Boedoyo .2006
2.5. Zat Aditif
Zat aditif terdiri dari dua macam, yaitu aditif sintesis aditif buatan nitrat, peroxidedan bioaditif berasal dari tumbuhan. Telah banyak penelitian dalam
melakukanreformulasi bahan bakar ini. Terobosan yang semakin tajam dalam pemilihan aditifpada bahan bakar adalah aditif organik bioaditif yang berasal dari
tumbuhanalam. Indonesia merupakan produsen utama beberapa minyak esensial, sepertiMinyak Nilam Patchouli Oil, Minyak Akar Wangi Vertiver Oil, Minyak
SerehWangi Cintronella Oil, Minyak kenanga Cananga Oil, Minyak Kayu PutihCajeput Oil, Minyak Sereh Dapur Lemon Grass, Minyak Cengkeh Cloves
Oil,Minyak Cendana Sandal wood Oil, Minyak Pala Nutmeg Oil, Minyak KayuManis Cinamon Oil, Minyak KemukusCubeOil dan Minyak Lada
PepperOilKadarohman.2009. Alternatif untuk meningkatkan efisiensi hasil pembakaran bahan bakar
danmengurangi pencemaran adalah mereformulasi bahan bakar dengan zat aditif yangberfungsi untuk memperkaya kandungan oksigen dalam bahan bakar
mengemukakan zat aditif‘penyedia oksigen’ pada bahan bakar solar berperan untuk meningkatkan bilangan setana cetane number, sehinggapembakaran menjadi lebih
sempurna.Minyak atsiri dapat larut dalam minyak solar dan hasil analisis terhadapkomponen
penyusunnya banyak mengandung atom oksigen Kadarohman.2003,yang diharapkan dapat meningkatkan pembakaran bahan bakar
dalam mesin.Hallain yang cukup penting dari struktur senyawa penyusun minyak atsiri, adalahterdapat senyawa dalam bentuk siklis dan rantai terbuka, yang diharapkan
dapatmenurunkan kekuatan ikatan antar molekul penyusun solar sehingga prosespembakaran akan lebih efektif. Berdasarkan uraian di atas penting untuk diteliti
Universitas Sumatera Utara
mengenai karakterisasi bioaditif dari minyak nilam serta uji kinerjanya terhadap mesin diesel yang menggunakan bahan bakar biosolar.
2.6. Pemakaian Bioaditif terhadap Bahan BakarBiosolar
Golongan senyawa yang dapat digunakan sebagai aditif bahan bakar biosolar diantaranya adalah golongan minyak atsiri. Golongan minyak atsiri biasanya
mengandung senyawa aromatis. Pada umumnya biosolar yang mengandung kadar aromatis yang tinggi memiliki berat jenis besar dan bilangan setana yang lebih rendah.
Namun demikian minyak cengkeh, sereh, kayu putih, terpentin terbuktik memberi hasil yang baik karena mempunyai ukuran molekul besar dan molekulnya mengandung
atom oksigen.Minyak ini dapat larut dalam bahan bakar, dan dari hasil analisis terhadap komponen penyusunnya banyak mengandung oksigen yang dapat
meningkatkan laju pembakaran, sehingga pembakaran bahan bakar dalam mesin menjadi lebih sempurna. Hal lain yang cukup penting dari ruang struktur senyawa
penyusun minyak tersebut yaitu berada dalam rantai terbuka yang dapat menurunkan kekuatan ikatan antar molekul penyusun bahan bakar sehingga proses pembakaran
akan lebih efektif dan sempurna. Aditif bahan bakar diesel sangat dianjurkan sebagai penyokong untuk meningkatkan performan mesin, irit bahan bakar tenaga yang
dihasilkan besar dan mengurangi tingkat emisi gas buang dan ramah lingkungan Silaban. 2010
Beberapa jenis zat aditif dengan kandungan oksigen berbeda-beda yang telah diujicobakan pada suatu penelitian didapatkan bahwa masing-masing zat aditif tersebut
mempunyai pengaruh yang berbeda-beda. Dari beberapa penelitian sebelumnya penambahan aditif berbasis senyawa nitrat pada solar yang diblending dengan biodisel
untuk mendapat bahan bakar baru emisi rendah dan hemat pemakaian Munawir.2006. Minyak cengkeh juga memiliki potensi untuk dijadikan bioaditif
karena memiliki kinerja tinggi dalam menurunkan laju komsumsi bahan bakar sebesar 4,43
Kadorahman.2009.
Emisi gas buang yang dihasilkan oleh pembakaran pada umumnya berdampak negatif terhadap lingkungan sehingga terjadi pencemaran
Universitas Sumatera Utara
lingkungan tidak ramah lingkungan pengaruh zat aditif dapat menurunkan emisi gas buang sehingga pencemaran udara dapat diperkecil .
2.7. Emisi Gas Buang