61
b. Kontrak Dapat Diputus Dengan persetujuan Kadang-kadang disebutkan dalam kontrak bahwa suatu kontrak hanya
dapat diputuskan jika disetujui oleh kedua belah pihak.Sebenarnya hal ini hanya penegasan saja, karena tanpa penyebutan tentang hal tersebut, demi
hokum, kontrak dapat diterminasi jika disetujui oleh kedua belah pihak. c. Penyimpangan Pasal 1266 KUH Perdata
Sangat sering dalam kontrak disebutkan bahwa jika ingin memutuskan kontrak, para pihak tidak perlu harus menempuh prosedur pengadilan, tetapi
dapat diputuskan langsung oleh para pihak. Dengan ini, pasakl 1266 KUH Perdata harus dengan tegas dikesampingkan berlakunya sebab, menurut Pasal
1266 tersebut setiap pemutusan kontrak harus dilakukan lewat pengadilan.
d. Tata Cara Pemutusan Kontrak Di samping penentuan pemutusan kontrak tidak lewat pengadilan,
biasanya ditentukan juga prosedur pemutusan kontrak oleh para pihak tersebut.Sering ditentukan dalam kontrak bahwa sebelum diputuskan suatu
kontrak, haruslah terlebih dahulu diperingatkan pihak yang tidak memenuhi prestasinya untuk melaksanakan kewajibannya. Peringatan ini biasa dilakukan
dua atau tiga kali. Bila peringatan tersebut masih tidak diindahkan, maka salah satu pihak dapat langsung memutuskan kontrak tersebut. Penulisan kewajiban
memberi peringatan seperti ini sejalan dengan prinsip yang dianut oleh KUH Perdata yaitu ingebrekesteliling, yakni dengan dikeluarkannya “akta lalai”
oleh pihak kreditur,
75
dimana somasi dengan berbagai perkecualian pada prinsipnya memang diperlukan untuk dapat memutuskan suatu kontrak
2. Ketentuan Dalam Pasal 1338 Ayat 2 KUH Perdata
Apakah suatu
kontrak yang
sudah ditandatangani
secara sah
dapat dibatalkanditarik kembali? Untuk itu dijawab oleh pasal 1338 ayat 2 KUH
Perdata. Pada prinsipnya Pasal 1338 ayat 2 KUH Perdata tidak mempekenalkan ditariknya kembali suatu kontrak kecuali apabila dipenuhi syarat-syarat tertentu.
Syarat-syarat tertentu agar suatu kontrak dapat dibatalkan sebagaimana dimaksud antara lain dalam pasal 1338 ayat 2 KUH Perdata adalah sebagai berikut :
75
Pasal 1238 KUH Perdata menjelaskan Siberutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah
atau lalai dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai,atau demi perikatannya sendiri,ialah jika ini menetapkan, bahwa siberutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang
ditentukan
Universitas Sumatera Utara
62
b. Kontrak tersebut haruslah dibuat secara sah. Sebab jika syarat syahnya kontrak tidak dipenuhi, batal atau pembatalan kontrak tersebut dapat dilakukan tetapi
bukan lewat Pasal 1338 ayat 2 KUH Perdata, dan c. Dibatalkan berdasarkan alasan-alasan yang disebutkan dalam undang-undang,
atau d. Dibatalkan berdasarkan kesepakatan semua pihak kontrak yang bersangkutan
3. Pengenyampingan Pasal 1266 KUH Perdata
Ada ketentuan dalam kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dalam hal ini Pasal 1266, yang memberikan ruang yang besar bagi intervensi pengadilan dalam
hal pemutusan suatu kontrak. Selengkapnya Pasal 1266 KUH Perdata menyebutkan:
76
a. Syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan-persetujuan
yang bertimbal balik, manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya.
b. Dalam hal demikian persetujuan tidak batal demi hukum, tetapi pembatalan
harus dimintakan kepada hakim. c.
Permintaan itu juga harus dilakukan, meskikpun syarat batal merngenai tidak dipenuhi kewajiban dinyatakan di dalam perjanjian.
d. Jika syarat batal tidak di nyatakan dalam persetujuan, hakim adalah leluasa
untuk, menurut keadaan, atas permintaan sitergugat, memberikan sesuatu jangka waktu untuk masih juga memenuhi kewajibannya, jangka waktu
mana namun itu tidak boleh lebih dari satu bulan.
Karena itu, tidak mengherankan jika praktek sering ada ketentuan dalam kontrak yang mengenyampingkan berlakunya Pasal 1266 tersebut, yang berarti bahwa
kontrak tersebut dapat diputuskan sendiri oleh salah satu pihak tanpa campur pengadilan berdasarkan prinsip exeptio non adimpleti contractus, jika pihak
lainnya melakukan wanprestasi.
76
Munir Fuady, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis Op.Cit hal 95
Universitas Sumatera Utara
63
4. Prinsip Perlindungan Pihak yang Dirugikan