Teori Subsistensi Landasan Teori

18 menyelesaikan pekerjaannya lebih baik lagi. Apabila anak dalam bekerja tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik maka akan memukul anak tersebut, sehingga membuat anak untuk ke depannya tidak melanjutkan pekerjaan lagi. Menurut Peter M. Blau dalam Salim, 2003: 80 teori pertukaran memiliki asumsi dasar yang kuat, yaitu: 1 Orang bersedia melakukan pertukaran sosial karena dalam persepsi orang masing-masing akan adanya kemungkinan untuk mendapatkan penghargaan. 2 Setiap aktor yang melakukan pertukaran mengasumsikan perspektif aktor lawannya, dalam bentuk persepsi kebutuhan yang lain. 3 Penghargaan dapat berbentuk uang, dukungan sosial, penghormatan, dan kerelaan.

2. Teori Subsistensi

Subsistensi adalah suatu orientasi yang hanya memusatkan kepada kebutuhan hari ini saja tanpa memikirkan hari esok Scott, 1989: 21. Setiap anggota masyarakat, khususnya masyarakat miskin berusaha untuk memperoleh barang-barang dan jasa yang perlu bagi eksistensinya harus diutamakan daripada pemuasan keperluan-keperluan yang kurang mendesak. Seperti yang dikemukakan Scott 1989: 49 subsistensi adalah prinsip yang biasa dijalankan oleh kaum miskin. 19 Menurut Wharton dalam Sairin 2002: 39 membedakan pengertian subsisten menjadi dua, yaitu sebagai tingkat hidup dan sebagai suatu bentuk perekonomian. Pengertian pertama menggambarkan suatu kondisi ekonomi yang berfungsi sekedar untuk dapat bertahan hidup, sedangkan pengertian kedua merupakan suatu sistem produksi yang hasilnya untuk kebutuhan sendiri, tidak dipasarkan, sedangkan kalau ada produksi yang dipasarkan tidak dimaksudkan untuk mencapai keuntungan komersil. Subsistensi merupakan satu prinsip moral yang aktif di dalam tradisi kecil di desa. Seperti yang dikatakan Scott 1989: 270 di Eropa Zaman pra- industri, subsistensi nampaknya merupakan satu prinsip moral yang banyak dianut oleh kaum miskin. Itu artinya, sebelum industri berkembang penganut subsistensi yaitu masyarakat miskin yang bekerja sebagai petani. Kebanyakan petani-petani ini menyewa tanah kepada tuan tanah pemilik tanah untuk dijadikan lahan garapan misalnya seperti sawah dan ladang. Pembagian hasil ternyata tidak menguntukkan bagi penyewa tanah, sehingga mereka tetap miskin dengan upah yang sedikit mereka berusaha untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan keluarganya. Dengan berkembangnya jaman, sekarang industri lebih mendominasi lapangan pekerjaan, sehingga banyak masyarakat desa yang pergi ke kota untuk mencoba peruntungan bekerja di industri. Namun nasib tidak banyak merubah perekonomian mereka, peruntungan tetap saja memihak pada pemilik modal. Sehingga subsistensi tidak hanya dianut oleh masyarakat 20 petani yang ada di desa seperti dikatakan oleh James C. Scott, namun juga telah melanda masyarakat miskin yang tinggal di kota.

C. Kerangka Berpikir