Tingkat Upah Pekerja Gambaran Umum Industri Batik dan Pekerja Anak di Kelurahan Buaran

44

2. Tingkat Upah Pekerja

Pendapatan yang diperoleh pekerja anak yang bekerja di industri batik berbeda-beda tergantung dari posisi pekerjaan anak. Pada industri batik, berikut pembagian upah kerja lihat tabel 4: Tabel 5. Tingkat Upah Pekerja di Industri Batik No Posisi Kerja Upah kerja minggu 1 Finishing Rp 60.000,00 2 Pengobras Rp 90.000,00 3 Penjahit Rp 120.000,00 4 Pemotong bahan Rp 200.000,00 Sumber: Data primer yang telah diolah Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa penghasilan yang diperoleh pekerja di industri batik antara Rp 60.000,00 sampai Rp 200.000,00. Para pekerja industri batik sebagian besar terdiri dari pekerja yang bekerja sebagai penjahit dengan upah kerja Rp 120.000,00 per minggu. Tidak ada perbedaan dalam pembagian upah, baik pekerja dewasa maupun pekerja anak upah yang diterima jumlahnya sama, karena tingkat kesulitan kerjanya juga sama. Sedangkan pada pekerja industri batik yang mengerjakan pembordiran pendapatan yang diperoleh per minggu Rp 90.000,00. Tergantung pada model pakaian atau bordiran yang dikerjakan. Jika model pakaian yang dikerjakan mudah, maka yang dihasilkan pun banyak. Salah seorang pekerja anak di industri batik “Faaro” yaitu bernama lisa yang berumur 15 tahun mengungkapkan bahwa dia ingin sekali berganti 45 bidang kerjanya yang semula membordir menjadi menjahit, berikut wawancaranya: “….Aku ki yo mbak pingin nemen ganti kerjo ojo ngobras trus, pingine ganti njaet asale upahe luwih akeh njaet daripada ngobras. Mangkane iki aku isih nunggu sopo ngerti biso dipindah bos ku, mending mbak duite biso ditabung…” …Saya ini ya mbak ingin sekali ganti kerja jangan mengobras terus, inginnya ganti menjahit karena upahnya lebih banyak menjahit daripada mengobras. Oleh karena itu sekarang saya masih menunggu siapa tahu bisa dipindah oleh bos saya, lumayan mbak uangnya bisa ditabung…. hasil wawancara, 19 Agustus 2010 Upah yang paling banyak, di terima oleh pekerja yang bekerja sebagai pemotong bahan dengan upah kerja lebih dari Rp 200.000,00 per minggu. Oleh karena itu, pemotongan bahan banyak dikerjakan oleh pekerja laki-laki, karena dalam melakukan pekerjaan tersebut membutuhkan tenaga yang kuat. Jika pada industri batik diadakan jam lembur bagi para pekerja, maka upah kerja lembur yang diterima Rp 5.000,00 per malam dan biasanya dalam satu minggu diadakan kerja lembur sebanyak dua kali. Namun jika pekerjaan tidak terlalu banyak, maka tidak diadakan kerja lembur. Seperti yang diungkapkan Ritzer dan Goodman 2007: 359, Homans mencoba menjelaskan perkembangan industri tekstil yang digerakkan tenaga mesin, dan kemudian Revolusi Industri, melalui prinsip psikologis bahwa orang mungkin bertindak dengan cara seperti meningkatkan hadiah untuk mereka. 46 Sebagai imbalan untuk para pekerja yang telah bekerja lembur, pihak perusahan memberikan upah tambahan sesuai dengan lamanya mereka bekerja. Hal ini dilakukan agar antara pengusaha batik dan pekerja tidak ada yang dirugikan. Pengusaha untung karena hasil produksinya bertambah banyak sedangkan pekerja mendapatkan penghasilan yang lebih banyak dari hasil mereka lembur kerja. Hal ini menunjukkan antara pertukaran tenaga dengan upah. Menurut Homans dalam Ritzer dan Goodman 2007: 359, Teori ini teori ketergantungan membayangkan perilaku sosial sebagai pertukaran aktivitas, nyata atau tak nyata, dan kurang lebih sebagai pertukaran hadiah atau biaya, sekurang-kurangnya antara dua orang.

3. Jam Kerja