81 a.  Melatih  sikap  saling  memahami,  saling  percaya  antar  teman  dan  guru  di
sekolah. b. Melatih  komunikasi  dengan  mengutarakan  pikiran  dan  perasaan  secara  tepat
dan jelas. c.  Melatih  sikap  prososial,  mampu  memecahkan  konflik  antar  pribadi  dengan
cara-cara yang konstruktif. Pengharapan merupakan hubungan antara usaha dan hasil kerja jadi jika
seorang  siswa  merasa  bahwa  usaha  yang  lebih  besar  dengan  segera  akan mewujudkan  prestasi  yang  lebih  baik,  pengharapan  tersebut  akan  menjadi
tinggi.  Harapan  seringkali  diungkapkan  sebagai  kemungkinan.  Dalam  hal  ini yang  membentuk  ekspektasi  kerja  siswa  adalah  tingkat  harapan  untuk
memperoleh pekerjaan di industri dan mengharapkan penghasilan yang layak. Untuk  dapat  memenuhi  harapan  dapat  bekerja  di  dunia  industri  siswa  SMK
harus  mampu  mengembangkan  potensi  diri.  Potensi  diri  akan  membentuk kemampuan kompetensi keahlian yang tinggi.
2. Kontribusi Kecerdasan Adversitas terhadap Penguasaan Kompetensi
Hasil  pengujian  hipotesis  kedua  menunjukkan  bahwa  terdapat  kontribusi positif  dan  signifikan  antara  kecerdasan  adversitas  terhadap  penguasaan
kompetensi instalasi dasar listrik siswa kelas XII Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMKN  1  Sedayu.  Besarnya  kontribusi  dapat  dilihat  dari  sumbangan  efektif
kecerdasan  adversitas  sebesar  13,97.  Hasil  analisis  tersebut  menunjukkan bahwa  terdapat  kecenderungan  semakin  baik  kecerdasan  adversitas  siswa
maka  semakin  baik  penguasaan  kompetensi  instalasi  dasar  listrik  siswa.
82 Sebaliknya  semakin  rendah  kecerdasan  adversitas  siswa,  maka  semakin
rendah penguasaan kompetensi instalasi dasar listrik siswa. Kecerdasan  adversitas  untuk  mengukur  seberapa  jauh  orang  mampu
bertahan  dalam  menghadapi  kesulitan  dan  kemampuan  untuk  mengatasinya. Dalam  hal  ini  kecerdasan  adversitas  siswa  memegang  peran  penting  dalam
mengubah  dan  mengolah  kesulitan  siswa  dalam  belajar  menjadi  sebuah tantangan  yang  harus  dilewati  untuk  meraih  cita-cita  ataupun  prestasi  yang
tinggi. Prestasi yang tinggi tentu hanya dapat diraih dengan berbekal memiliki penguasaan  kompetensi yang  tinggi  pula.  Termasuk  dalam  mengerjakan  test
pun  setiap  siswa  pasti  menemui  kesulitan  yang  berbeda-beda  dalam mengerjakannya, dalam hal ini siswa yang mempunyai kecerdasan  adversitas
tinggi cenderung tidak mudah menyerah dalam menemui soal yang berbobot cukup  sulit  dengan  memaksimalkan  waktu  yang  tersedia  dengan  sebaik-
baiknya.  Berbeda  dengan  siswa  yang  mempunyai  kecerdasan  adversitas rendah  yang  hanya  mengerjakan  soal  dengan  sekedarnya,  mudah  putus  asa
dan tidak memaksimalkan waktu dengan baik. Sebenarnya kecerdasan adversitas pada diri siswa dapat juga digambarkan
sebagai  tipe Quitters  orang  yang  berhenti,  tipe  Campers  orang  yang
berkemah,  dan  tipe Climbers  orang  yang  mendaki  tergantung  seberapa
jauh  siswa  dalam  berusaha  memecahkan  persoalan.  Kecerdasan  adversitas pada diri siswa dapat dilatih dengan kesadaran pribadi bahwa untuk mencapai
kesuksesan  tidaklah  mudah,  perlu  usaha  dan  kerja  keras  untuk  mengelola potensi diri.
83 Dengan  memiliki  kemauan  untuk  maju  dan  kritis  dengan  keadaan  siswa
tersebut akan berpikir untuk lebih mendalami bidang penguasaan kompetensi yang  dimilikinya.  Melatih  diri  dengan  berdisiplin  sejak  dini  bisa  menjadi
langkah  awal  untuk  meningkatkan  kecerdasan  adversitas.  Dengan  memiliki kesadaran  pribadi  yang  tinggi  seorang  dengan  tipe
Quitters  yang  mudah menyerah dan putus asa bisa berubah menjadi seorang dengan tipe
Climbers yang mempunyai motivasi diri dan semangat tinggi.
3. Kontribusi Kemampuan