17
B. PERAN AYAH
Ayah merupakan seorang pemimpin dalam sebuah keluarga, dalam kebudayaan Timur fungsi ayah masih menjadi pokok dalam sebuah keluarga yang
utuh. Selama ini pengasuhan seorang anak banyak dibebankan pada ibu, ayah lebih dipandang sebagai pribadi yang bekerja untuk mencukupi kebutuhan
keluarganya. Fungsi pengasuh dan pemberi nafkah terkadang dilimpahkan kepada satu orang saja seperti dalam kejadian single parent. Single parent atau orang tua
tunggal adalah jika seorang ayah atau ibu saja yang menjalankan tugas ganda sebagai orang tua bagi anak-anaknya dalam sebuah keluarga Ahmadi, 1991.
Ketidakhadiran ayah atau ibu bisa dikarenakan perceraian ataupun meningal dunia.
Dalam penelitian ini, peneliti menitik beratkan ketidakhadiran ayah dalam perkembangan anak. Hilangnya ayah terkadang dianggap dapat digantikan dengan
ibu yang berperan ganda, tetapi kenyataan sering berkata lain. Ada juga peran ayah yang tidak sepenuhnya bisa diambil alih dalam sebuah keluarga oleh ibu.
Mungkin sebagai pencari nafkah dan pengasuh peran tersebut dapat diambil alih, tetapi keberadaan seorang ayah secara fisik bagi anak-anaknya tampaknya tidak
atau sangat sulit digantikan oleh ibu. Dagun 1989 mengatakan bahwa Peran ayah ternyata tidak kalah pentingnya dengan peran ibu dalam mengasuh anak.
Peran ayah selama ini tampak dikesampingkan karena intensitas pertemuan banyak menjadi fokus utama dalam sebuah pengasuhan. Bisa jadi hal tersebut
benar tetapi kita juga tidak bisa menghilangkan faktor kualitas dalam sebuah
18
pertemuan. Waktu yang digunakan ayah untuk bergaul dan mengasuh anaknya sedikit, tetapi ketika ayah dan anak bertemu justru di situlah sang ayah
memberikan kasih dan perhatian secara lebih. Ketika ayah berjumpa dan bermain dengan anaknya justu di situlah anak merasa bebas, aman, diperhatikan dan
dihargai. Pengasuhan bukan hanya berbicara masalah berapa banyak waktu yang dihabiskan tetapi apa dan bagaimana pengasuhan itu. Kehadiran fisik ayah dalam
hal ini tetap menjadi bagian penting dalam perkembangan kepribadian dan seseorang.
Ayah yang selama ini dalam kebudayaan Timur dianggap sebagai pemimpin dan pengayom sebenarnya secara langsung maupun tidak berdampak
pada diri seorang anak. Ketika seorang anak dekat dengan ayahnya ia cenderung untuk menjadi lebih percaya diri dalam berekspresi karena perasaan aman yang
muncul ketika ia bersama dengan ayah. Pemberian dukungan emosi semacam ini sebenarnya sudah dilakukan ayah sejak dia menjadi calon ayah, yaitu saat
mendampingi isterinya akan melahirkan. Ini merupkan beberapa contoh pengaruh hadirnya ayah dalam masa perkembangan seseorang secara emosi Dagun, 1989.
Peran ayah dalam perkembangan seorang anak tidak hanya berpengaruh secara emosi, tetapi juga secara fisik. Sebagai contoh adalah kualitas sperma dari
ayah pada masa pembuahan. Ciri fisik dari sang ayah akan diturunkan kepada anak-anaknya melalui proses pembuahan ini. Keserupaan antara ayah dan anak
secara fisik sering kita jumpai dalam kehidupan keseharian kita. Ciri fisik dari orang tua atau ayah yang diturunkan kepada anaknya merupakan contoh dari
fungsi ayah dalam perkembangan seseorang secara fisik Dagun, 1989.
19
Selain emosi dan fisik, kehadiran seorang ayah juga mempengaruhi perkembangan sosial anaknya. Dengan hadirnya orang tua secara utuh bisa
membantu anak dalam menentukan lingkungan pergaulannya. Perhatian yang diberikan seorang ayah secara khusus bisa membuat anak mengerti bagaimana
dan dengan siapa dia harus bergaul. Kembali pada rasa aman yang diberikan oleh ayah ketika berinteraksi dengan anaknya, rasa aman ini akan mendorong
seseorang untuk bisa berekspresi di lingkungannya sehingga anak tampak menjadi orang yang mudah bergaul dan bersosialisasi Ahmadi, 1991.
Menurut Ahmadi 1991 sebuah keluarga yang utuh akan memberikan banyak perhatian dan rasa aman kepada anak-anak mereka, hal ini akan lalu
mempengaruhi bagaimana perkembangan seseorang. Keluarga yang utuh bukan hanya kehadiran secara fisik dari ayah, tetapi juga harus disertai dengan kehadiran
secara psikis bagi keluarga tersebut. Perhatian orang tua merupakan hal yang memegang peran dalam perkembangan anak. Setiap bagian dari sebuah keluarga
harus memberikan perhatian dan menjalankan tugasnya dalam keluarga untuk bisa bersama-sama membentuk sebuah keluargaa yang baik. Tidaklah benar jika
seorang ayah hanya bekerja dan mencari uang saja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, tetapi ayah juga harus ikut serta dalam memperhatikan anak-anak.
Menjadi orang yang memeberi keputusan dan pertimbangan bagi anak juga merupakan peran penting dari ayah dalam keluarga.
Misched 1958 meneliti bahwa ketidakhadiran ayah menyebabkan anak menjadi lamban dalam menanggapi kebutuhan dan keinginannya. Penelitian ini
20
dilakukan di India. Ketidak hadiran dalam penelitian ini tidak hanya sebatas ayah hilang secara fisik saja tetapi juga ketika ayah tidak ikut dalam mengasuh anak.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Hoffman 1971, ia meneliti tentang moral dua kelompok anak dimana salah satu kelompok hidup tanpa ayah sejak
kecil. Hasilnya anak yang berasal dari kelompok tanpa ayah menunjukkan skor rendah dalam sikap dan nilai moral mereka serta kurang konsisten terhadap
peraturan yang berlaku. Selain itu hasil penelitian ini juga mengungkap bahwa perkembangan kognitif anak yang hidup tanpa ayah cenderung lebih rendah.
Tingginya perhatian seorang ayah sebenarnya menjadi model bagi anak dalam hal ketekunan, motivasi berprestasi, contoh keberhasilan, dan kemampuan
menyelesaikan masalah Dagun, 1989. Pemberian motivasi dapat membantu anak untuk melakukan atau
terdorong melakukan sesuatu untuk berkembang secara lebih lagi. Motivasi sebenarnya merupakan salah satu perwujudan kasih sayang seseorang untuk
mendorong bertindak atau berlaku lebih baik Marybeth, dalam Dagun, 1989. Sehingga ketidakhadiran ayah sebagai pemberi motivasi bisa menyebabkan
kegagalan pada soerang anak. Pemberian perhatian ayah kepada ibu sebenarnya berpengaruh secara
tidak langsung terhadap intelektual dari si anak Ahmadi, 1991. Selain dorongan tidak langsung, kehadiran ayah juga bisa menjadi dorongan langsung bagi putri
mereka, seorang ayah bisa memberikan dorongan yang lebih besar kepada putri mereka dibandingkan dengan ibunya. Dorongan dan perhatian yang diberikan
seorang ayah biasanya lebih pada perhatian aspek pribadi, kehalusan dalam
21
menanggapi masalah, bersikap lemah lembut, semangat, dan perlindungan daripada menuntut bagaimana melakukan sebuah pekerjaan Nicholson, 1985.
Pada anak putri ayah cenderung memberikan dorongan untuk “bersikap baik”. Sebagai contoh kita bisa menemukan dalam keseharian bahwa seorang anak laki-
laki sejak kecil dituntut untuk berhasil di masa depannya sedangkan anak perempuan kurang dituntut mengenai keberhasilan karier. Tidak adanya atau
kurangnya tuntutan keberhailan dari ayah terhadap putrinya tidak berarti tidak ada tuntutan atau harapan, ayah cenderung menekankan pada keberhasilan
seorang putrinya dalam sikap-sikap. Dengan tuntutan yang berbeda inilah maka pembentukan dan perhatian ayah juga berbeda.
Kehadiran seorang ayah menjadi perlu bagi perkembangan putrinya karena dengan demikian seorang ayah bisa ikut mengarahkan dan mendidik
putrinya untuk bersikap lemah lembut, bersemangat, bersikap halus dalam menanggapi masalah, dan menjadi mampu bergaul dan memikat lawan jenis.
Grimm-Wassil 1994 dalam penelitiannya menemukan bahwa anak perempuan tanpa ayah; memiliki ketakutan untuk membangun hubungan dengan lawan jenis,
memiliki pandangan yang cenderung lebih positif kepada ayahnya, dan merasa bahwa kehilangan ayah adalah hal yang paling menyedihkan.
C. DINAMIKA PENELITIAN