Uji Kualitas Data Uji Asumsi Klasik

3.4 Uji Kualitas Data

3.4.1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan metode Kolmogorov Smirnov dan metode Shapiro Wilk, dengan menggunakan program SPSS Sumarsono, 2004: 40. Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mngikuti distribusi normal adalah : - Jika nilai signifikan nilai profitabilitasnya lebih kecil dari 5, maka distribusi adalah tidak normal. - Jika nilai signifikasi nilai profitabilitasnya lebih besar dari nilai 5, maka distribusi adalah normal.

3.5 Uji Asumsi Klasik

Pada uji asumsi klasik persamaan regresi harus bersifat BLUE Best Linier Unbiased Estimator, artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka persamaan regresi harus memenuhi ketiga asumsi klasik ini : 1. Tidak boleh ada autokorelasi 2. Tidak boleh ada multikoliniertas 3. Tidak boleh ada heteroskedasitas Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias Gujarati, 1997: 218.

3.5.1. Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antar data observasi yang diurutkan berdasarkan urutan waktu data time series atau data yang diambil pada waktu tertentu data cross-sectional” Gujarati, 1999: 201. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara korelasi pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Untuk menguji apakah terjadi autokorelasi atau tidak, digunakan uji Durbin-Watson DW-Test, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound du dan 4- du, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi. b. Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau lower bound dl, maka koefisien autokorelasi lebih besar dari pada nol, berarti ada autokorelasi positif. c. Bilai nilai DW lebih besar dari pada 4-dl, maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari pada nol, berarti ada autokorelasi negatif. d. Bila nilai DW terletak diantara batas atas du dan batas bawah dl atau DW terletak antara 4-du dan 4-dl, maka hasilnya tidak dapat disimpulkan Ghozali, 2001: 61.

3.5.2. Multikolinearitas

Persamaan regresi linier berganda diatas diasumsikan tidak terjadi pengeruh antar variabel bebas. Apabila ternyata ada pengaruh linier antar variabel bebas, maka asumsi tersebut tidak berlaku lagi terjadi bias. Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dapat dilihat ciri- cirinya sebagai berikut: a. Koefisien determinasi berganda R squre tinggi b. Koefisien korelasi sederhanannya tinggi c. Nilai F hitung tinggi signifikan d. Tapi tak satupun diantara variabel bebas yang signifikan Akibat adanya multikolinier adalah: 1. Nilai standar error galat baku tinggi sehingga taraf kepercayaan confidence intervalnya akan semakin melebar. Dengan demikian, pengujuan koefisien regresi secara individu menjadi tidak signifikan. 2. Profiitabilitas untuk menerima hipotesa Ho diterima tidak ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat akan semakin besar. Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinier dapat dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi product moment atau Variance inflation Factor VIF. Gujarati, 1999: 339 VIF menyatakan tingkat “pembengkakan” varians. Apabila varians lebih besar dari 10. Hal ini berarti terdapat multikolinier pada persamaan regresi linier Gujarati, 1999: 339. 1 VIF = Q-R j ²

3.5.3. Heteroskedastisitas

Pada regresi linier nilai-nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel X. Hal ini bias diidentifikasikan dengan cara menghitung korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Gujarati, 1999: 339 Keterangan : di = Perbedaan dalam rank antara residuaal dengan variabel bebas ke- N = Banyaknya data Menurut Santoso, 2002: 301 deteksi adanya heteroskedastisitas adalah: ∑ di² rs = 1 – 6 N {N² - 1} - Nilai probabilitas 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas - Nilai probabilitas 0,05 berarti terkena heteroskedastisitas

3.6 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

Dokumen yang terkait

Analisis Rasio Camel Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008- 2011

3 71 99

Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Refined Economic Value Added dan Financial Value Added Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

27 186 111

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 - 2012.

0 1 16

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN KINERJA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 0 9

Analisis Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur (Food and Beverages) yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 2 108

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR PERIODE 2012-2014 (Studi Kasis Pada Perusahaan Sektor Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 0 13

ANALISIS RASIO KEUANGAN DAN INFLASI UNTUK MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi Empiris pada Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 - 2011) - Perbanas Institutional Reposito

0 0 16

ANALISIS RASIO KEUANGAN DAN INFLASI UNTUK MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi Empiris pada Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 - 2011) - Perbanas Institutional Reposito

0 0 17

ANALISIS RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN KINERJA PERUSAHAAN MANUFAKTUR (FOOD AND BEVERAGE) YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE (2005-2008) SKRIPSI

0 0 18

ANALISIS RASIO KEUANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR ( FOOD AND BEVERAGE) YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE (2007-2010) SKRIPSI

0 1 20