12
pendidikan tidak cukup lagi kalau hanya memberi ilmu pengetahuan, tetapi juga memperkembangkan kecakapan ability, ketrampilan, Iskills,
dan sikap, attitudes, bahkan spiritualitas, spirituality, kepada para belajar, agar dapat terus-menerus belajar selama hidup. Jadi pendidikan, harus
memusatkan perhatian pada usaha untuk menyediakan bahan pelajaran dan membantu pengembangan hal-hal yang dituntut agar orang dapat belajar
selama hidup. Pendidikan menjadi jembatan antara sumber-sumber ilmu pengetahuan dan para pelajar, dengan tujuan agar pada waktunya para
pelajar dapat menemukan sumber-sumber sendiri dan mampu mengambil manfaat dari sana Mangunhardjana;1986:39-40.
2. Iman
Iman adalah hubungan antara manusia dengan Allah yang menuju pada keselamatan manusia. Bagi manusia iman menjadi sesuatu yang penting dalam
hidupnya, karena iman menunjuk kita ke arah yang lebih baik, sehingga dibutuhkan pengalaman iman dalam hidup manusia, maka dari itu kita perlu
mengetahui:
a. Pengertian Iman Secara Umum
Menurut Amalorpavadas 1972: 17 iman adalah pertemuan pribadi yang mendalam dengan Allah yang hidup, di mana manusia menyerahkan diri dengan
penuh cinta kepadanya. Dengan demikian iman pertama-tama merupakan suatu peristiwa hubungan atau perjumpaan secara pribadi antara manusia dengan Allah.
Jadi dapat dikatakan bahwa iman merupakan pertemuan pribadi yang mendalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
dengan Allah yang hidup di mana terjadi suatu penerimaan akan kehadiran Allah dan penyerahan diri seutuhnya kepada kehendak Allah atas hidup kita.
Dalam buku ilmu kateketik dikatakan bahwa seorang beriman adalah: orang yang menerima dan mau tunduk serta berserah kepada Allah,
mempercayakan diri sungguh kepada Allah, menerima bahwa Allah adalah kebenaran. Menaruh sandaran kepada-Nya dan bukan dirinya sendiri, dan
dengan demikian menjadi teguh dan benar oleh karena keteguhan dan kebenaran Allah Amalorpavadas, 1972: 17.
Beriman di sini berarti menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Manusia akan mencapai iman yang mendalam ketika manusia membangun
komitmen dan berserah diri seutuhnya kepada Allah. Menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya adalah kehendak-Nya. Apabila manusia membiasakan diri
untuk berdoa dan berbuat sesuai dengan kehendak Allah maka hidupnya akan semakin terarah pada kebaikan dan akan senantiasa beroleh keselamatan. Maka
dapat disimpulkan: seseorang dikatakan beriman bila percaya, berkomitmen, dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, sehingga ia akan senantiasa hidup
seturut kehendak-Nya dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan- Nya.
b. Pengertian Iman Kristiani
Iman merupakan jawaban manusia terhadap wahyu Allah, dalam iman kristiani telah dinyatakan lewat pewahyuan Allah dalam diri Yesus Kristus, maka
dalam agama Kristiani diakui bahwa: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
1 Iman sebagai Jawaban Manusia terhadap Wahyu Allah
Allah mewahyukan diri-Nya kepada manusia lewat perjalanan sejarah memulai perantara para nabi. Dan setelah berkali-kali mengalami kegagalan,
akhirnya Allah mengutus Putra-Nya DV, art 4. Allah telah membuktikan kasih-Nya yang begitu
besar dengan melaksanakan janji-Nya melalui wahyu yang telah menjadi sejarah untuk
keselamatan bagi umat manusia. Dalam hal ini Allah menentukan manusia untuk datang kepada Allah sebagai jawaban tawaran untuk peroleh keselamatan dari
Allah. Jawaban manusia tersebut dilaksanakan melalui kepercayaan tentang kebenaran wahyu Allah dalam diri Yesus.
Iman diungkapkan, dijalani dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terbentuk suatu sikap yang lebih baik, lebih adil dan damai. Dengan
demikian terbentuk rasa persaudaraan yang berdasarkan cinta kasih Allah.
2 Iman sebagai Penyerahan Diri Manusia kepada Allah
Allah mewahyukan
diri-Nya kepada
manusia dengan
maksud menampakkan dan membuka diri-Nya sendiri serta kehendak-Nya untuk
menyelamatkan manusia DV, art 6. Kebaikan yang telah diberikan Allah kepada umat manusia tampak dalam diri Yesus Kristus sebagai pemenuhan janji Allah.
Yesus Kristus merupakan perwahyuan Allah yang adalah perantara agar manusia dapat bersatu dengan Allah. Allah telah begitu baik kepada manusia sehingga rela
memberikan Putra tunggal-Nya untuk menebus dosa manusia, oleh karena itu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
manusia wajib membalas kebaikan yang datang dari Allah melalui ketaatan iman dengan menyerahkan diri sepenuhnya. Kepada Allah DV, art 4. Hendaknya
segala tindakan dan perilaku yang dilakukan manusia mencerminkan sebagai anak-anak Allah Konsili Vatikan II, 1993: 318.
Manusia yang dengan suka rela memberikan dirinya kepada Allah sebagai pernyataan iman dan kepercayaannya. Konsili Vatikan II, yaitu Dokumen tentang
“Wahyu Ilahi” DV,
art 5 yang berbunyi :
“Kepada Allah yang menyampaikan wahyu manusia wajib menyatakan “ketaatan Iman”
Rom,16:26; lih Rom1:5; 2Kor 10:5-6 demikian manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan
mempersembahkan , “ketaatan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan “ dan dengan sukarela menerima sebagai
kebenaran wahyu yang dikaruniakan oleh-Nya.
3. Anak
a. Anak di dalam Keluarga
Anak mengalami pengaruh dan keadaan yang melingkupinya. Entah lingkup kota, pedesaan, mereka dikelilingi orangtua, saudara-saudari, kakek
nenek, teman-teman dan semua yang ada di sekitarnya. Anak-anak juga dipengaruhi oleh pandangan-pandangan dan sikap hidup mereka cara hidup
mereka, hubungan mereka dengan satu dan yang lain, dalam menghadapi masalah, masyarakat sekelilingnya, dan hubungan dengan Tuhan sekali pun. Semua
membawa dampak dan pengaruh yang berbeda. Hubungan orang tua dan anak yang kokoh, konsisten, terpusat pada
Kristus dan berdasarkan kasih, akan menolong anak-anak untuk mengakui bahwa mereka dikasihi, diterima, dan dimengerti. Dikasihi orang tua dapat menanamkan,
bahkan tidak sekedar mengajarkan in
jil “Kabar Baik”. Inilah yang dapat dipakai
16
untuk membedakan anak-anak yan mengikuti Kristus dari mereka yang tidak mengikuti Kristus Komkat KWI, 2006:48.
b. Anak –anak Zaman Sekarang
Saat ini anak-anak hidup di dunia yang sibuk dan penuh persaingan. Informasi dan teknologi melaju dengan cepat, sehingga hidup manusia cenderung
juga berputar dengan sangat cepat. Anak-anak mudah menjadi bosan, terkadang kehilangan arah, tertekan, mudah berprasangka dan sulit mencari pertimbangan.
Mereka memang lebih berani berpendapat, berkreasi, lebih cerdas, lebih cepat bertindak. Tetapi mereka juga lebih sering mengalami keputus asaan, depresi, dan
kebosanan. Oleh sebab itu di hadapan anak orangtua harus selalu berusaha hidup dengan benar, sehingga memberi pengharapan kepada generasi masa kini yang
sedang tumbuh dalam era budaya yang cenderung menuju kehancuran Komisi KWI, 2006:45.
Keadaan seperti itu perlu diperhatikan dalam kegiatan pendidikan dan pendamping, tentu saja bidang Pendampingan Iman Anak tidak terkecualikan.
Karena saat ini anak-anak sudah terbiasa dengan alat-alat elektronik seperti radio, televisi, video, computer dll. Alat permainan bermacam-macam seperti bahan
bacaan, buku bergambar yang sangat mempengaruhi pribadi anak tersebut. Kita juga dapat melihat adanya kesenjangan keadaan antara anak-anak yang kaya dan
tidak kaya. Penderitaan batin dialami oleh anak-anak yang tidak dapat menikmati kemudahan seperti teman-teman yang lainnya. Sehingga sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan anak karena moralitas hidup di sekelompok masyarakat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
khusus, misalnya kemanusiaan karena sikapnya yang “asal menang” serakah,
menindas, tidak jujur, dsb. Kemajuan teknologi mulai memupuk sifat individualisme dalam diri anak.
Rasa kekeluargaan terancam. Anak mulai acuh tak acuh pada urusan orang lain. Urusanmu urusanmu, urusanku-urusanku. Uruslah urusanmu sendiri. Jangan kita
saling mengganggu. Karena itu, orangtua hendaknya membantu anak-anak agar mereka mampu mengatasi egoisme mereka. Kemajuan teknologi mengakibatkan
persaingan yang kurang sehat. Mereka saling membanggakan dirinya sendiri, kekayaan sendiri, kelebihannya sendiri, tanpa memperhatikan bela rasa anak lain
Komkat KWI, 2006:24.
4. Mengenal Ciri-ciri Pendamping dalam Pendampingan Iman Anak
Dalam mendampingi anak-anak mengikuti PIA, pendamping harus memahami ciri khas Pendampingan Iman Anak. Kegiatan Pendampingan Iman
Anak PIA mempunyai ciri khusus yang berbeda dengan sekolah formal. Perbedaannya lebih kepada suasananya yang diciptakan dalam Pendampingan
Iman Anak. Maka dari itu pendamping harus memperhatikan 6 ciri yang khas yaitu:
a. Gembira
Suasana gembira perlu menjadi ciri kelompok. Suasana gembira melekat pada sifat anak-anak bila berkumpul. Di mana anak-anak berkumpul, di situlah
kegembiraan muncul. Maka kelompok perlu menyenangkan, menggembirakan, menarik, sehingga anak-anak merasa krasan dan selalu ingin berkumpul lagi,
18
bersama teman-teman menggembirakan. Pendamping perlu berusaha sekuat tenaga, membuat suasana supaya tidak membosankan. Menyanyi bersama,
bermain bersama-sama, mendengarkan cerita, berdoa bersama, itu semua menyenangkan dan menggembirakan. Dengan demikian warta gembira Yesus
Kristus juga akan dirasakan oleh mereka sebagai yang menggembirakan, sebab beriman memang menggembirakan Sugiarti, 1999: 18-19
b. Bebas
Kebebasan merupakan unsur terpenting untuk beriman. Pendamping kelompok PIA ingin membantu anak-anak menyadari iman yang telah mereka
miliki, maka suasana yang “ mem
-
bebaskan” perlu dipunyai oleh kelompok ini.
Unsur keterpaksaan perlu dibuang jauh-jauh. Jika di sekolah anak-anak selalu merasa diabsen, kiranya di dalam kelompok PIA anak-anak perlu merasa bahwa
kehadiran mereka tidak dipaksa karena absen, melainkan karena mau dan senang hadir. Dengan suasana yang demikian, anak dijauhkan dari rasa gelisah, takut.
Yang sering membuat anak gelisah dan takut ialah ujian, absensi, dan nilai. Memang hal tersebut ada maknanya sendiri di dalam lingkungan sekolah, namun
di dalam sekolah PIA bukan pada tempatnya. Pengikutnya pada kelompok PIA hendaknya suasana yang menyenangkan, simpatiknya pendamping dan suasana
kebebasan yang dapat dirasakan Sugiarti, 1999:19.
c. Bermain
Sesuai dengan umur anak, pertemuan-pertemuan di dalam kelompok ini tentunya perlu memperhatikan unsur bermain. Anak umur 4-10 tahun senang
sekali bermain-main. Kehidupan mereka tidak dapat dipisahkan dari bermain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Bermain merupakan aktivitas yang mendatangkan rasa puas. Dengan bermain, kreativitas juga berkembang. Sosialisasi meningkat, wawasan menjadi lebih luas.
Pikiran, perasaan, kehendak keterampilan, sikap yang baik diperkembangkan. Kegiatan bermain dapat dipikirkan kembali, direfleksikan, dan dikaitkan
dengan Pendampingan. Dengan refleksi, anak dapat melihat arti, maksud dari permainan bagi diri mereka sendiri dan bagi teman-temannya yang akhirnya akan
membantu anak membentuk sikap dan pribadinya Sugiarti, 1999:19.
d. Mendalam
Kegiatan atau permainan yang dilaksanakan di dalam kelompok PIA perlu terpilih, perlu diseleksi. Pendampingan perlu memilih kegiatan yang akhirnya
dapat dilihat bersama secara mendalam, tidak sekedar bermain. Setelah satu permainan atau kegiatan selesai dilaksanakan, pedampingan bersama anak-anak
kelihat kembali perasaan-perasaan tersebut, mengapa gembira, mengapa kecewa dst. Merefleksikan pengalaman seperti itu perlu di dalam Pendampingan anak
Sugiarti, 1999:19.
e. Beriman
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok PIA, ciri iman tidak boleh dilupakan. Ciri ini dapat dimunculkan sedikit demi sedikit melalui
tahap perkenalan dan perkembangan kehidupan kristiani anak-anak. Kehidupan kristiani berarti kehidupan yang berpola pribadi Yesus Kristus. Dengan
memperkenalkan pribadi Yesus Kristus, anak diharapkan dapat makin membentuk hidupnya seperti yang dicita-citakan oleh Yesus. Pikiran, perasaan, kehendak,
wawasan, dan perilaku Yesus Kristus. Kecuali itu kehidupan anak perlu makin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
bertumpu pada Yesus Kristus. Maka perhatianYesus perlu makin menjadi perhatian anak-anak. Keprihatinan dan wawasan Yesus perlu makin menjadi
keprihatinan dan wawasan anak-anak. Misalnya perhatian Yesus secara khusus kepada orang-orang yang menderita, terlupakan dan miskin, perlu makin menjadi
perhatian anak-anak, beriman berarti makin mengikuti Yesus secara penuh Sugiarti, 1999:19.
f. Menjemaat
Beriman dilaksanakan secara pribadi dan bersama-sama. Beriman tidak dilaksanakan sendirian. Beriman juga tumbuh di dalam hidup bersama dengan
orang lain, di dalam kelompok orang-orang beriman, di dalam jemaat. Belajar hidup berteman dengan baik, belajar saling memahami, belajar bekerja sama,
belajar saling memaafkan. Terlaksana pula di dalam kelompok PIA. Iklim itu pulalah yang melihat anak-anak di dalam menjemaat, hidup bersama dengan
orang-orang lain dalam beriman. Dengan latihan-latihan dan pengalaman di dalam kelompok PIA, anak-anak terlatih hidup bersama didalam jemaat. Anak-anak
terlatih mampu berkomunikasi, menemukan pengalamannya sendiri dengan pengalaman teman. Mereka mengalami bahwa hidup bermain bersama-sama
menyenangkan dan menggembirakan. Pengalaman ini dapat menumbuhkan benih kemampuan terlibat dengan umat di lingkungan, Paroki mereka dan di masyarakat
mereka. Pengalaman mengenai Gereja, jemaat beriman kristiani, jemaat yang beriman akan Yesus Kristus, tumbuh secara nyata dan dialami sebagai yang
makin bermakna. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Beberapa ciri suasana kelompok tersebut perlu diketahui oleh para pendamping, sehingga tujuan dan arah yang ingin dicapai dapat lebih jelas. Dan
perlu ada kesan dan pengalaman, bahwa kegiatan kelompok PIA memang khas, bermakna, lain dari pada kelompok di sekolah Sugiarti, 1999:20.
5. Rangkuman Pendampingan Iman Anak
Pendampingan Iman anak sangat diperlukan bagi anak untuk
perkembangan iman anak sendiri. Kata pendampingan juga di sini menjelaskan bahwa seseorang pendamping tidak boleh menggiring sesuai selera mereka tetapi
mendampingi dalam kehidupannya sambil memberi kesaksian tentang kehadiran Allah. Banyak manfaat yang kita dapat yaitu kita dapat menemukan pengetahuan
atau informasi baru, data memecahkan masalah dalam diri kita atau pun dalam pekerjaan, sehingga kita mendapatkan hal baru dan dapat kita perbaiki.
Pendampingan menekankan pada pengembangan manusia dari segi praktis yaitu pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan. Sedangkan pendamping
adalah seseorang yang karenanya tidak boleh menggiring ke arah yang sesuai selera kebutuhannya sendiri, tetapi mendampingi dalam menelusuri kehidupannya
dengan masalah dan tantangannya sambil memberi kesaksiannya tentang kehadiran dan kedekatan. Dengan bagitu kegiatan akan semakin lengkap bila iman
dalam diri kita harus kita hayati dan kita jaga. Iman secara umum adalah pertemuan pribadi yang mendalam dengan Allah yang hidup, dimana manusia
menyerahkan diri dengan penuh cinta kepadanya. Iman dalam diri mulai kita biasakan sejak dini, supaya anak dapat mengerti apa manfaat iman dan apa yang
22
harus kita lakukan untuk lebih memperdalam iman. Anak jaman dahulu dengan anak jaman sekarang sangat berbeda, anak jaman sekarang banyak dipengaruhi
oleh pandangan-pandangan dan sikap hidup mereka, hubungan mereka satu dengan yang lain dan hubungan dengan Tuhan. Pendampingan Iman Anak ialah
proses dan usaha orang dewasa untuk membantu anak-anak muda agar mereka mampu menghormati dan mengasihi Allah.
Gereja memiliki tanggung jawab terhadap anak-anak yang suatu saat menjadi penerus Gereja. Iman anak perlu dipupuk mulai dari dini kegiatan ini
dikenal dengan nama Pendampingan Iman Anak PIA. Kegiatan PIA adalah suatu bentuk pendampingan untuk membimbing dan mengembangkan hidup anak
terutama anak katolik yang sudah maupun yang belum dibaptis. Kegiatan PIA ini dilatar belakangi oleh Gereja yang melihat bahwa anak-anak merupakan masa
depan Gereja yang nantinya akan menjadi generasi penerus Gereja. Mengingatkan masa depan Gereja sangat ditentukan oleh pendampingan generasi muda yang
dipersiapkan sejenak masa anak-anak mereka. Pada dasarnya PIA adalah tanggung jawab orangtua, namun orangtua
juga memerlukan bantuan orang lain untuk mendampingi anak-anak mereka, maka dibuatlah kelompok pendamping yang diikuti oleh banyak anak-anak dan
dikelola oleh para pendamping yang mendedikasikan dirinya untuk kegiatan ini. PIA bukanlah kegiatan yang menakutkan atau memiliki banyak tuntutan seperti di
sekolahan formal, namun PIA adalah kegiatan yang santai namun mendalam. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
B. Kreativitas Pendamping 1.
Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Sesungguhnya apa yang
diciptakan tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi gabungan kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Seperti pengalaman kita selama sekolah
atau pun pengalaman pendamping selama ini kami perbarui dengan gerakan membuat sendiri atau pun diganti sedikit agar dapat menarik Munandar, 2004:
47. Kreativitas dengan melahirkan menciptakan sesuatu yang sama sekali
baru, barang kali trlalu sulit. Namun kita bisa melakukan inovasi dengan memperhatikan 3 3N langkah yaitu: Niten mengamati dan memperhatikan,
artinya mau mempelajari polanya, unsur-unsurnya, niru mencontoh dari yang sudah ada, tetapi tidak berhenti sampai disini, karena bila sama persis tidak ada
bedanya dengan menyalinmencontoh persis, nambahi memberikan nilai tambah dan hal-hal yang menurut kita perlu dimasukan.
2. Pendamping
a. Pengertian Pendamping
Pendamping berasal dari kata dasar “damping”. Menurut kamus besar
bahasa Indonesia, damping mempunyai arti dekat, karib, atau akrab. Sedangkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
arti kata “mendampingi” dalam
pendamping
diartikan sebagai “menyertai”
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 234. Pendamping sebagai pendamping di sini menjelaskan bahwa untuk
mencegah kita mengarahkan
dan “
memaksakan kehendak
”.
Pendamping adalah seorang pendamping, yang karenanya tidak boleh mengarahkan ke arah yang
sesuai selera kebutuhannya sendiri tetapi mendampingi dalam menelusuri kehidupannya dengan masalah dan tantangannya sambil memberi kesaksiannya
tentang kehadiran dan kedekatan Allah sebagai pendamping utama. Dengan belajar dari kisah Emaus Luk 24:13-35, seorang pendamping berjalan dengan
seiring dengan kaum muda menggumuli masalah mereka, dengan bertanya dan mendengarkan penuh perhatian dan kesadaran menjelaskan dan membuka pikiran
mereka pada saat yang tepat dan akhirnya mempertemukan mereka dengan pribadi Kristus sendiri.
Berdasarkan definisi di atas dapat dipahami bahwa pendamping merupakan teman seperti seorang sahabat dekat, sehingga dalam pendamping
dapat diartikan sejajar atau tidak ada batasan dan bawahan. Terjadi karena kesetaraan, kerjasama, dan kebersamaan antara yang mendampingi dan
didampingi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pendamping tidak ada senioritas ataupun penggojlokan, yang ada adalah kerjasama timbal balik untuk
meraih tujuan yang sudah direncanakan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
b. Ciri Khas Pendamping
Pendamping mempunyai ciri khas bahwa seseorang yang didampingi atau mendapatkan pendamping merupakan pribadi yang bebas dan berdiri sendiri.
Mereka bukanlah penerimaan pasif yang dapat menerima materi dan menelan mentah-mentah apa yang diberikan oleh pendamping. Tetapi pendamping harus
dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan kekeluargaan sehingga tercipta kesejajaran antara pendamping dan peserta. Kesejajaran berarti tidak ada
batasan dan bawahan, sehingga terjadi kesetaraan, kerjasama, dan kebersamaan yang harmonis antara pendamping dan yang didampingi. Selain itu, pendamping
merupakan alat yang dapat menolong peserta dalam mengembangkan potensi mereka, sehingga orang lain dapat tumbuh dan mengembangkan potensi yang
dimiliki dengan baik Mayerof, 1993: 53.
c. Spiritualitas pendamping
Menjadi saksi Injil, menjadi pendamping PIA berarti siap menjadi saksi iman, terlebih bagi anak-anak yang kita dampingi. Kesaksia itu ditujukan
pertama-tama melalui sikap, kata-kata, dan perilaku kita yang selaras dengan ajaran Kristus sendiri. Tentu kita berpikir untuk mendampingi anak-anak baru
nanti bila kita sudah “sempurna”., karena sepanjang waktu kita akan berjuang
terus. Tetapi setidaknya kesadaran ini akan memacu kita untuk menjadi kesaksian Kristus, terlebih di hadapan anak-anak Bagiyowinadi, 2009:66
26
3. Manfaat Pendamping Kreatif bagi Anak
Kreativitas atau berpikir kreatif, sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian masalah, merupakan bentuk
pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal Guilford, 1957:154. Di sekolah yang terutama dilatih adalah
pengetahuan, ingatan, dan pemikiran yang logis atau penalaran yaitu kemapuan menemukan satu jawaban yang paling tepat terhadap masalah yang diberikan
berdasarkan informasi yang tersedia. Pemikiran kreatif perlu dilatih, karena membuat anak lancar dan luwes dalam berpikir, mampu melihat suatu masalah
dari berbagai sudut pandang dan mampu melahirkan banyak gagasan. Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga
memberikan kepuasan kepada individu. Ini tampak sekali jika kita mengamati anak-anak yang sedang asik bermain dengan balok-balok kayu atau bahan-bahan
permainan konstruktif lainnya. Dari wawancara dengan tokoh-tokoh yang telah mendapat penghargaan karena berhasil menciptakan suatu yang bermakna, yaitu
para ilmuwan dan ahli penemu, ternyata kepuasan amat berperan. Kepada mereka ditanyakan: apakah yang mendorong mereka sehingga tanpa pamrih memberikan
begitu banyak waktu dan tenaga sehingga sering juga mengorbankan kehidupan yang mewah agar menciptakan sesuatu, kebanyakan dari mereka menjawab
“Karena hal itu memberikan kepuasan pribadi yang tak terhingga” Biondi,
1972:126. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
4. Mengenal Macam-macam Kreativitas
Sebagai pendamping PIA harus memiliki kreativitas agar anak tidak bosan. Dalam mengikuti kegiatan anak akan semangat untuk hadir dalam PIA.
Kegian PIA, pasti tidak jauh dari kegiatan bernyanyi menggunakan gerak dan lagu, bercerita menggunakan bahasa sederhana, permainan supaya tidak bosan,
alat peraga, dan aktivitas seni Bagiyowinadi, 2009: 98-105.
a. Gerak Lagu
Suasana gembira di PIA sungguh dirasakan ketika nyanyian didendangkan, apalagi bila diiringi dengan musik. Hanya saja nyanyian itu perlu
disertai gerakan, diikuti oleh anak-anak, sehingga suasana menjadi hidup. Gerak lagu ini bisa diciptakan sendiri, tetapi dengan tetap memperhatikan keterkaitannya
dengan syairkata-kata yang dinyanyikan. Dilain pihak pemilihan lagu sedapat mungkin disesuaikan dengan tema pertemuan. Setidaknya ada lagu pembukaan
untuk menggembirakan suasana, lalu dibagian aktivitas bisa dimasukan lagu baru yang mendukung pesan Injil yang diwartakan.
b. Bercerita
Bercerita sangat diminati oleh anak-anak. Saat mendengar cerita, anak- anak dibawa masuk dalam kisah dan petualangan si tokoh cerita. Melalui cerita,
pesan-pesan Injil dapat disampaikan secara lebih konkret, sebab sudah terintegrasi dalam konteks situasi. Kekuatan cerita terjadi pada konflikpersoalan sehingga
28
membuat pendengar ingin tahu kelanjutannya. Tanpa konflik atau persoalan, cerita terasa datar dan kurang menarik. Dalam hal itu sebenarnya disebut kisah,
bukan cerita dalam arti sesungguhnya. Tentu cerita untuk anak-anak tidaklah sepelik seperti novel atau cerita detektif untuk dikonsumsi orang dewasa.
Cerita yang menarik tentunya juga perlu disampaikan dengan cara yang menarik pula. Maka seorang pendamping yang hendak bercerita pasti menguasai
detail urutan-urutan ceritanya dan mencoba menyampaikannya dengan kata-kata sendiri jadi tidak terpancang pada teks di buku cerita. Cerita juga dibawakan
dengan penuh penghayatan, dengan intonasi dan kalau bisa seperti dalang dengan suara yang berbeda-beda saat mengucapkan langsung si tokoh cerita. Sangat baik
bila penyampaian cerita didukung dengan alat peraga yang sesuai seperti boneka.
c. Permainan
Permainan dan dinamika kelompok menciptakan suasana gembira di antara anak-anak permainan juga mengakrapkan mereka satu sama lain. Tentu
dalam bina iman ini permainan tidaklah berhenti sebatas bermain dan gembira melainkan sarana mewartakan sabda Tuhan. Permainan bisa dimanfaatkan untuk
menerapkan pesan Injil, visualisasi Kitab Suci, atau pun sebagai sarana untuk menggali pengalaman anak. Maka permainan pun tetap perlu dipilih yang
berkaitan dengan pesan Injil dan setelahnya anak-anak diajak menggali menemukan pengalaman iman dari permainan itu tentu tetap disesuaikan dengan
usia mereka. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
d. Alat Peraga
Alat peraga sangat mendukung kegiatan Pendampingan Iman Anak. Sebab dengan alat peraga itu, anak-anak tidak hanya mendengarkan suara pendamping,
tetapi melihat alat peraganya, bahkan mungkin ikut memegang dan mempraktekkan alat peraga itu. Dengan demikian ingatan anak menjadi lebih kuat
dibandingkan sekedar mendengarkan. Selain itu, dengan alat peraga cerita ataupun Firman Tuhan dapat disampaikan dengan lebih menarik.
Alat peraga bisa boneka atau VCD panggung boneka bisa gambar kubus, koran dan majalah. Saat bercerita pendamping dapat sambil menunjukan
gambarnya. Kiranya semua gambarfoto ini perlu ditempel pada kertas ukuran tertentu sehingga bisa disimpan dengan baik dan sewaktu-waktu bisa
dimanfaatkan. Bisa juga membuat kostum dari koran bekas, membuat kotak pasir dengan ukuran tertentu, dari pasir itu bisa dibentuk sungai, jalan, bukit dan
ditancapi dengan model rumah, orang, binatang, dsb. Tentu pendamping juga terampil menggunakan alat peraga.
e. Aktivitas Seni
Selain aneka keterampilan, kiranya juga bernilai mendayagunakan segala potensi dan bakat seni para pendamping bina iman juga dengan bantuan orang
lain. Sebab di dalam kegiatan bina iman dimungkinkan anak-anak dalam bentuk drama, puisi, bahkan tarian. Demikian pula potensi dan kreativitas anak-anak ini
bisa dipersembahkan dalam acara paroki maupun misa NatalPaskah untuk anak- anak.