Hasil Uji Asumsi Klasik

4.2.2. Analisis Dengan Menghilangkan Variabel Jumlah Pinjaman X

3 dan Modal Kerja X 4

4.2.2.1. Hasil Uji Asumsi Klasik

Dalam analisis sebelumnya digunakan empat variabel bebas dengan satu variabel terikat terjadi multikolinieritas. Maka salah satu cara ntuk mengobatinya adalah dengan menghilangkan salah satu atau beberapa variabel bebasnya [Ghozali : 2001]. Dengan demikian dalam analisis selanjutnya variabel bebas yang tidak diuji dalam penelitian ini adalah variabel Jumlah Pinjaman X 3 dan variabel Modal Kerja X 4 . a. Multikolinieritas Multikollinieritas berarti terjadi korelasi mendekati sempurna antar variabel bebas. Menurut Ghozali [2001] cara untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala multikolinieritas antara lain dengan melihat nilai VIF Variance Inflation Factor dan Tolerance, apabila nilai VIF kurang dari 10 dan Tolerance lebih dari 0,1, maka dinyatakan tidak terjadi multikolinieritas. Berdasarkan pengolahan dengan SPSS diperoleh data VIF sebagai berikut : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tabel 11 Hasil Uji Multikolinieritas Dua Variabel Bebas Sumber : Lampiran 4 Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai VIF pada variabel bebas mempunyai nilai VIF lebih kecil daripada 10. Pada variabel Jumlah Anggota X 1 sebesar 5,264 dan variabel Jumlah Simpanan X 2 sebesar 5,264. Nilai Tolerance pada variabel bebas juga mempunyai nilai lebih besar dari 0,1 , yaitu masing-masing pada variabel Jumlah Anggota X 1 sebesar 0,19 dan variabel Jumlah Simpanan X 2 sebesar 0,19. Hal ini menunjukkan bahwa pengujian asumsi klasik pada penelitian ini sudah terbebas dari penyimpangan multikoliner. Maka selanjutnya dilakukan penelitian dengan satu variabel terikat dan dua variabel bebas. Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant -1.173E8 1.848E8 -.634 .546 X 1 = Jumlah Anggota 259144.375 494491.329 .064 .524 .616 .190 5.264 X 2 = Jumlah Simpanan .154 .020 .932 7.649 .000 .190 5.264 a. Dependent Variable: Y = SHU Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. b. Autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi antara dua observasi yang diurutkan berdasarkan waktu urut time series atau data yang diambil pada waktu tertentu data cross sectorial. Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya [Ghozali, 2006 : 95]. Uji untuk pendeteksian autokorelasi adalah uji Durbin-Watson. Nilai Durbin-Watson dapat dilihat pada output Regression pada tabel Model Summary kolom Durbin Watson. Tabel 12 Hasil Uji Autokorelasi Sumber : Lampiran 4 Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 2,417. Sedangkan dari tabel DW dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data n = 10 , serta k = 2 k adalah jumlah variabel bebas diperoleh nilai dl sebesar 0,697 dan du sebesar 1,641 Lampiran 6. Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .990 a .980 .975 2.178E7 2.417 a. Predictors: Constant, X 2 = Jumlah Simpanan, X 1 = Jumlah Anggota b. Dependent Variable: Y = SHU Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Gambar 4 Kurva Durbin Watson T idak ada aut okorelasi posit if dan t idak ada aut okorelasi negat if dL dU 4 - dU 4 - dL 4 ad a au to ko re la si p os iti f daerah keragu raguan ad a au to ko re la si n eg at if daerah keragu raguan 0,697 1,641 2,359 3,303 2,417 DW Berdasarkan kurva Durbin Watson di atas menunjukkan bahwa nilai d yang dihasilkan berada di antara 4-du 2,359 sampai dengan 4- dl 3,303 atau berada di daerah keragu-raguan. Hal ini dapat diartikan bahwa pengujian asumsi klasik pada penelitian ini sudah terbebas dari penyimpangan autokorelasi. c. Heterokedastisitas Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastistas, digunakan korelasi Rank Sperman antara residual dengan variabel independen [Ghozali, 2006 : 105] . Menurut Santoso [2002 : 231], apabila nilai signifikan hitung sig dari tingkat signifikan α = 0,05 berarti tidak terjadi heteroskedastistas. Sedangkan apabila nilai signifikan hitung sig dari tingkat signifikan α = 0,05 berarti terjadi heteroskedastistas. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tabel 13 Hasil Uji Heterokedastisitas Correlations X 1 = Jumlah Anggota X 2 = Jumlah Simpanan Unstandardized Residual Spearmans rho X 1 = Jumlah Anggota Correlation Coefficient 1.000 .851 .128 Sig. 2-tailed . .002 .725 N 10 10 10 X 2 = Jumlah Simpanan Correlation Coefficient .851 1.000 .030 Sig. 2-tailed .002 . .934 N 10 10 10 Unstandardized Residual Correlation Coefficient .128 .030 1.000 Sig. 2-tailed .725 .934 . N 10 10 10 . Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. Sumber : Lampiran 4 Tabel di atas menunjukkan bahwa korelasi variabel Jumlah Anggota X 1 dengan Unstandardized Residual nilai signifikansi sebesar 0,725 dan variabel Jumlah Simpanan X 2 dengan Unstandardized Residual nilai signifikansi sebesar 0,934. Karena signifikansi lebih dari 0,05, maka dapat diartikan bahwa pengujian asumsi klasik pada penelitian ini sudah terbebas dari penyimpangan heterokedastisitas. Berdasarkan hasil uji asumsi klasik tersebut, maka model regresi yang diperoleh merupakan model yang menghasilkan estimasi linear yang tidak bias yang baik yang artinya bahwa koefisien regresi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. pada persamaan tersebut linear dan tidak bias, karena memenuhi beberapa asumsi yaitu tidak terjadi multikolinieritas, tidak terjadi autokorelasi, serta tidak terjadi heterokedastitas.

4.2.2.2. Hasil Uji Hipotesis