ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA (SHU) PADA KPRI DI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2009

(1)

commit to user

SISA HASIL USAHA (SHU) PADA KPRI

DI KABUPATEN WONOGIRI

TAHUN 2009

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh: SRI WINDARTI

NIM. F1106047

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul :

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA (SHU) PADA KPRI

DI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2009

Surakarta, 28 Juni 2010 Disetujui dan diterima oleh Pembimbing

(Drs.Wahyu Agung Setyo,M.Si) NIP. 196505221992031002


(3)

commit to user HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan.

Surakarta, Agustus 2010

Tim Penguji Skripsi

1. Dra. Nunung Sri Mulyani sebagai Ketua Penguji (……… ) NIP. 195808051986012001

2. Drs. Wahyu Agung Setyo,M.Si sebagai Pembimbing (…………....) NIP. 196505221992031002

3. Drs. Supriyono,M.Si sebagai Anggota Penguji (…………. . ) NIP. 196002211986011001


(4)

commit to user HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini aku persembahkan kepada:

Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan kekuatan untuk menyelesaikan amanah ini

Karya sederhana ini aku hadiahkan kepada : 1. Orang Tuaku Terutama Ibuku

2. Mbah kakung dan Mbah Putri 3. Tunang

4. Sahabat-sahabatku 5. Almamaterku


(5)

commit to user HALAMAN MOTTO

Barang siapa mengurangi satu kesulitan saudaranya sewaktu di dunia, maka Allah akan mengurangi kesulitan-kesulitannya pada hari qiyamat kelak ”.

(Al-Hadits)

”Jika sebuah tali itu sudah sangat mengencang, itu tandanya akan putus. Jika malam sudah gelap gulita, tandanya bahwa kegelapan akan segera lenyap. Jika sebuah masalah itu sudah sangat menghimpit, itu tandanya akan ada jalan keluar. Dan sesungguhnya satu

kesulitan tidak akan pernah mengalahkan dua kemudahan. Ini semua adalah hukum Allah”

( A’idh Al-Qorni)

Boleh jadi suatu perkara itu tampak buruk bagimu, tapi pada akhirnya ia membuatmu senang. Ibarat awan yang pada mulanya petir dan kilat, namun berikutnya adalah hujan

yang membawa kesejukan” (A’idh Al-Qorni)

Kebahagiaan itu terdapat pada pengorbanan, menahan keinginan pribadi, pencurahan segala upaya, dan mencegah semua bahaya, serta jauh dari sifat egoisme dan balas dendam

(A’idh Al-Qorni

Hidup dan nasib bisa tampak berantakan, misterius, fantastis, dan sporadis. Namun, setiap elemennya adalah subsistem keteraturan dari sebuah holistic yang sempurna. Menerima kehidupan berarti menerima kenyataan bahwa tak ada hal sekecil apapun terjadi karena kebetulan. Ini fakta yang tak terbantahkan. _Edensor_


(6)

commit to user

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sisa Hasi Usaha (SHU) Pda KPRI di Kabupaten Wonogiri”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali kendala yang penulis hadapi. Namun berkat arahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis manghaturkan terima kasih kepada :

1. Drs.Wahyu Agung Setyo,M.Si selaku pembimbing yang dengan arif dan bijak telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan memberikan masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini.

2. Prof. Dr. Bambang Sutopo. M.Com, Ak , selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dwi Prasetyani, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta staff dan karyawan yang telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan dan pelayanan kepada penulis.

6. Keluargaku yang senantiasa selalu mendoakan, memberi dorongan dan bimbingan kepada penulis.


(7)

commit to user

8. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2006 Non Reguler dan semua sahabatku terimakasih atas segala bantuan dan dukungannya.

9. Teman-teman kost Cinta Damai kalian adalah keluarga keduaku.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung maupun tidak atas bantuannya kepada penulis hingga terselesaikannya penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Agustus 2010


(8)

commit to user

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

ABSTRAKSI... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah... 9

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 11

1. Pengertian Koperasi ... 11

2. Tujuan, Fungsi dan Peran Koperasi Indonesia ... 12

3. Jenis-jenis Koperasi di Indonesia... 15

4. Dimensi Partisipasi ... 17


(9)

commit to user

7. Daya Saing Koperasi... 24

8. Koperasi Pegawai Negeri ... 25

9. Keanggotaan Koperasi. ... 26

10. Pengurus koperasi dan Tanggung jawabnya... 31

11. Hubungan Antara Partisipasi Anggota dengan Keberhasilan Usaha... 36

12. Sisa Hasil Usaha... 38

B. Penelitian Terdahulu ... 40

C. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 41

1. Kerangka Pemikiran... 41

2. Hipotesis Penelitian ... 44

BAB III : METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 46

B. Jenis dan Sumber Data ... 46

C. Teknik Pengambilan Sampel dan Ukuran Sampel ... 46

D. Metode Pengumpulan Data ... 47

E. Definisi Operasional Variabel ... 48

F. Metode Analisis Data ... 51

BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Objek Penelitian ... 59

B. Analisis Deskriptif... 74

C. Deskriptif Variabel Penelitian... 76

D. Hasil Analisis Data... 81


(10)

commit to user BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 91 B. Saran ... 94 DAFTAR PUSTAKA


(11)

commit to user

GAMBAR Halaman

2.1 Skema Kerangka Pemikiran……….. 44 3.1 Daerah Kritis Uji t………. 55 3.2 Daerah Kritis Uji F……… 57


(12)

commit to user

TABEL Halaman

4.1 Pembagian Wilayah Adminitrasi Kab. Wonogiri

Tahun 2008... 63

4.2 Penduduk Kabupaten Wonogiri Hasi Regrestasi diperinci Per Kec. Akhir Tahun 2004-2008………65

4.3 Luas Panen Rata-Rata Produksi dan Produksi Bahan Makanan diperinci Per Kec. Di Kab.Wonogiri Tahun 2008...69

4.4 Jumlah Koperasi di Kab. Wonogiri………75

4.5 Jumlah SHU KPN di Kab. Wonogiri……….76

4.6 Jumlah Modal Sendiri KPN di Kab. Wonogiri……….77

4.7 Jumlah Modal Pinjaman KPN di Kab. Wonogiri ………78

4.8 Jumlah Partisipasi Usaha Anggota KPN Di Kab. Wonogiri……….………..79

4.9 Jumlah Anggota KPN di Kab. Wonogiri……….80

4.10 Jumlah Pengurus KPN di Kab. Wonogiri……….………81

4.11 Hasil Regresi Linear Berganda……….……….82

4.12 Hasil Uji t……….………...84

4.13 Hasil Uji Multikoliearitas……….………86

4.14 Hasil Uji Heteroskesidas………..87


(13)

commit to user

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA (SHU)PADA KPRI

DI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2009

Sri Windarti (NIM. F1106047)

Penelitian ini bertujuan utuk mengetahui apakah variabel-variabel variabel-variabel jumlah modal sendiri, jumlah modal pinjaman, jumlah partisipasi usaha anggota, jumlah anggota, dan jumlah pengurus koperasi terhadap besarnya jumlah Sisa Hasil Usaha Koperasi Pegawai Negeri di Kabupaten Wonogiri. Sehubungan dengan tujuan tersebut diajukan lima hipotesis, pertama diduga jumlah modal sendiri berpengaruh positif dan signifikan terhadap besarnya SHU koperasi, kedua diduga jumlah modal pinjaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap besarnya SHU koperasi, ketiga diduga jumlah partisipasi usaha anggota berpengaruh positif dan signifikan terhadap besarnya SHU koperasi, keempat diduga jumlah anggota berpengaruh positif dan signifikan terhadap besarnya SHU koperasi, kelima jumlah pengurus koperasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap besarnya SHU koperasi.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Data berupa data sekunder yang di dapat dari Pusat Koperasi Pegawai Negeri. Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 Koperasi Pegawai Negeri dengan teknik simple random sampling atau pengambilan sampel secara acak sederhana. Metode pengujian statistik antara lain uji t, uji f, dan uji R2 serta uji ekonometrika (multikolinearitas, heteroskedatisitas, autokorelasi). Peneliti menggunakan signifikan pada tingkat 5%.

Kesimpulan penelitian ini adalah variabel modal sendiri, modal pinjaman, partisipasi usaha anggota, dan jumlah pengurus koperasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap besarnya SHU pada Koperasi Pegawai Negeri di Kabupaten Wonogiri. Dan variabel jumlah anggota tidak berpengaruh positif terhadap besarnya SHU pada Koperasi Pegawai Negeri di Kabupaten Wonogiri

Saran peneliti berdasarkan penelitian adalah: Jumlah modal sendiri, jumlah modal pinjaman, jumlah partisipasi usaha anggota , jumlah pengurus koperasi berpengaruh signifikan terhadap SHU, oleh karena itu bagi koperasi diharapkan mampu meningkatkan Summber Daya Manusianya terutama dalam pengelolaan koperasi dengan meningkatkan variabel modal sendiri, modal pinjaman, partisipasi usaha anggota , pengurus koperasi agar SHU meningkat. Dan jumlah anggota tidak berpengaruh signifikan terhadap SHU. Koperasi diharapkan untuk selalu meningkatkan penndapatan sehingga biaya operasional meningkatkan dan keuntungan meningkat.

Kata Kunci: modal sendiri, modal pinjaman, partisipasi anggota, anggota, pengurus koperasi, SHU


(14)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Koperasi merupakan salah satu kekuatan ekonomi yang tumbuh dikalangan masyarakat sebagai pendorong tumbuhnya perekonomian nasional. Koperasi ikut serta membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangkaian mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur. Koperasi sekaligus juga sebagai soko guru perekonomian di Indonesia.

Menurut UU No 25 Tahun 1992, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azaz kekeluargaan. Sedangkan prinsip-prinsip koperasi menurut UU No 25 Tahun 1992 adalah keanggotaan bersifat sukarela, pengelolaan dilakuakan secara demokratis, pembagian SHU dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota, pemberian balas jasa yang terbatas pada modal, kemandirian.

Koperasi sebagai badan usaha mempunyai karekter tersendiri, karakter khusus yang dimiliki koperasi inilah yang membedakan koperasi dengan bentuk badan usaha lain. Dalam kegiatan usahanya koperasi tidak hanya berorientasi dalam mencari keuntungan saja melainkan berorientasi pada manfaat. Pada dasarnya tujuan koperasi ialah mensejahterakan


(15)

commit to user

anggota khususnya, dan mensejahterakan masyarakat pada umumnya. Tetapi dalam usaha-usahanya koperasi harus tetap memperoleh hasil yang layak. Sehingga pada akhir periode usahanya diharapkan dan ditargetkan menghasilakan sisa hasil usaha.

Keuntungan dalam koperasi disebut dengan sisa hasil usaha. Menurut UU No 25 Tahun 1992 Pasal 45 ayat 1 bahwa sisa hasil usaha merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. Sisa hasil usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan koperasi dan keperluan koperasi, sesuai dengan keputusan rapat anggota.

Rapat anggota memiliki kedudukan tertinggi dalam koperasi. Setiap anggota memiliki hak dan kewajiban yang sama. Partisipasi aktif dalam rapat anggota sangat diperlukan dengan cara hadir dalam RAT, berpartisipasi dalam pemilihan penggurus sehingga dapat terpilih pengurus yang tepat.

Pembangunan koperasi di Indonesia sebagai wadah ekonomi rakyat diharapkan dapat turut serta dalam mengurai berbagai ketimpangan ekonomi, melaksanakan pemerataan untuk mencapai pertumbuhan yang menyeluruh, menghapus ketergantungan ekonomi kelompok miskin dan menghapus kemiskinan. Koperasi mempunyai keunggulan untuk


(16)

commit to user

melaksanakanya dengan meminimalisir pola hubungan atas bawah dalam struktur organisasinya.

Anggota koperasi dapat mandiri dan lebih berkembang secara individu maupun secara bersama-sama sehubungan dengan aktifnya partisipasi menyeluruh dari anggotanya. Keadaan ini mengembangkan kopersi menjadi badan usaha yang mandiri, tangguh dan efisien sehingga mampu menghadapi berbagi problem ekonomi. Sumbangan koperasi harus ditingkatkan agar pemerataan pendapatan dan pengetasan kemiskinan dapat terwujud.

Pemerataan yang diharapkan bukanlah suatu jenis pemerataan yang hanya mengambil dari satu golongan untuk kemudian didistribusikan kepada golongan masyarakat yang lainnya. Namun lebih pada peningkatan produktifitas dan episien, pemeratan informasi skala ekonomi yang dapat tercipta apabila seseorangmenjadi anggota koperasi (M. Amin Aziz, 1987:76). Dimana selain menjadi pengguna jasa otomatis menjadi pemilik koperasi.

Koperasi memerlukan peran aktif pada anggotanya dalam segala kegiatan koperasi untuk dapat berkembang atas kekuatan sendiri. Peran aktif tersebut tercipta apabila terdapat perasaan memiliki sehingga secara efektif dapat mengambil keputusan koperasi. Para anggota juga berhak dan harus mampu menjalankan pengawasan atas jalannya usaha koperasi (K. Tjilik Suwito,dkk, 1991:18).


(17)

commit to user

Salah satu bentuk peran serta anggota di dalam koperasi yaitu dalam hal penanaman modal di koperasi. Karena sebagai badan usaha memerlukan modal. Besar kecilnya lapangan usaha koperasi juga memerlukan sejumlah modal harus dihimpun baik dari anggota maupun sumber lain. Faktor modal dalam usaha koperasi adalah salah satu saran yang turut menentukan majunya koperasi modal adalah suatu sarana yang berguna untuk produksi lebih lanjut. Modal diperoleh dari anngota, bukan anggota, pemerintah, badan usaha, koperasi lain, dan bank. Modal dari anggota sendiri berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, dan modal yang terbentuk dari cadangan berbagai kegiatan yang dilakukan koperasi dalam usaha pencarian dana.

Jenis koperasi yang ditentukan berdasarkan kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya. Untuk memisah-misahkan koperasi serba heterogen satu sama lainnya, bias digunakan berbagai kriteria seperti lapangan usaha, tempat tinggal para anggota, golongan, fungsi ekonomi maupun propesi para anggotanya. Khusus dalan hal profesi, (Revrisond Baswir, 1997:103) mengartikannya sebagai suatu jenis pekerjaan yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki keahlian atau kecakapan tertentu dan juga berdasarkan kode ektik tertentu. Maka berdasarkan profesi anggotanya koperasi dapat dibedakan antara lain menjadi koperasi karyawan, koperasi pegawai, koperasi anggota darat, koperasi mahasisiwa, koperasi pedagang pasar, dan sebagainya.


(18)

commit to user

Koperasi-koperasi yang dibentuk oleh golongan-golongan fungsional sebagai pegawai negeri yang dikenal dengan nama koperasi pegawai negeri (KPN) yang terdapat di Indonesia. Para anggota KPN adalah golongan masyarakat yang mempunyai pendapatan tetap dan relatif sedang atau rendah sehingga perjuangan KPN diarahkan untuk minimal dapat mempertahankan tingkat kehidupan anggotanya sebagai suatu landasan pangkal tolak untuk meningkatkan taraf hidup mereka dan secara maksimal dapat memperbaiki kualitas hidup anggota-anggotanya (Sumitro Joyohadikusumo dan Sri Edi Swasono, 1985:286)

Besarnya SHU yang diperoleh koperasi setiap tahunnya juga sebagai pertanda bahwa koperasi telah dikelola dengan baik dan professional. Pengelolaan yang profesional memerlukan sistem pertanggung jawaban yang baik dari anggota, pengurus bahkan manajer. Semakin besar SHU yang diperoleh koperasi akan meningkatkan kesejahteraan para anggotanya dan masyarakat pada umumya.

SHU sangat tergantung dari besarnya modal yang berhasil dihimpun oleh koperasi untuk menjalankan usahanya. Modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah. Sedangkan modal pinjaman dapat berasal dari anggota, koperasi lain, bank dan lembaga keuangan lain, penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, sumber lain yang sah.


(19)

commit to user

Dengan partisipasi yang aktif akan berdampak dalam perkembangan koperasi yang positif. Partisipasi anggota meliputi berbagai bidang, yaitu partisipasi dalam aktifitas koperasi, modal dan dalam penggunaan jasa usaha koperasi. Bidang aktifitas koperasi, anggota berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan pengambilan keputusan yang diselenggarakan melalui rapat-rapat anggota maupun di luar rapat anggota. Bidang modal koperasi, anggota koperasi aktif turut serta menanggung beban modal koperasi, hal itu bisa dilakukan dengan membayar simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela. Bidang jasa usaha koperasi, anggota sebagai pengguna dari setiap kegiatan usaha koperasi, di sini anggota koperasi sebagai konsumen bahkan pelanggan dari kegiatan usaha koperasi. Dalam berpartisipasi terhadap koperasi dalam bidang jasa koperasi dengan cara anggota sering menggunakn berbagai jasa atau unit usaha yang disediakan oleh koperasi.

Perolahan sisa hasil usaha setiap tahun bagi koperasi menjadi sangat penting, karena sebagian dari SHU tersebut disisihkan sebagai cadangan yang akan memperkuat koperasi itu sendiri. Partisipasi yang aktif dari semua anggota koperasi terhadap semua kegiatan koperasi diharapkan dapat memperoleh sisa hasil usaha yang dari tahun ke tahun terus meningkat. Sisa hasil usaha yang diperoleh koperasi merupakan salah satu daya tarik bagi seseorang untuk menjadi anggota koperasi tersebut dan akan mendorong anggota yang berpartisipasi pasif menjadi anggota yang aktif. Hal itu disebabkan anggota yang berpartisipasi aktif


(20)

commit to user

akan mendapatkan jasa yang lebih dari pembagian S i s a H a s i l Usaha (SHU) koperai tersebut.

KPRI (Koperasi Pegawai Republik Indonesia) adalah koperasi yang anggotanya terdiri dari para pegawai negeri Republik Indonesia dalam suatu daerah kerja. Partisipasi anggota diharapkan dapat perpengaruh dengan perolehan sisa hasil usaha. Sebagian besar KPRI dalam mengelola usahanya lebih mengutamakan menggunakan modal sendiri daripada modal pinjaman. Hal ini dikarenakan KPRI belum memperhatikan struktur modal yang sesuai, sedangkan struktur modal yang efektif memungkinkan adanya kemudahan dalam pengumpulan modal tambahan bila diperlukan.

Mengingat semakin pesat persaingan dalam pasar global, yang pada akhirnya menuntut koperasi untuk ikut ambil bagian didalamya. Oleh karena itu bukan tidak mungkin lambat laun kebutuhan para anggota koperasi dan masyarakat pada umumnya semakin meningkat. Untuk mengantisipasi hal tersebut koperasi perlu memperbesar volume usaha yang pastinya akan membutuhkan tambahan modal cukup besar. Dan kebutuhan akan tambahan modal tersebut dapat dipenuhi dengan pinjaman dari pihak luar.

Pengumpulan modal yang berhasil dilakukan koperasi , baik modal sendiri maupun modal pinjaman secara bersama-sama akan digunakan untuk menggerakan kegiatan usaha. Kedua sumber modal tersebut mendukung keberhasilan usaha koperasi dengan posisinya masing-masing.


(21)

commit to user

Apabila KPRI menggunakan modal pinjaman lebih besar dalam menjalankan usahanya, maka akan sangat merugikan. Sebab beban bunga yang lebih besar dari keuntungan yang diperoleh akan memperkecil SHU, sehingga pada akhirnya akan berdampak buruk pada kesehatan keuangan koperasi. Maka dari itu KPRI harus benar-benar memperhatikan struktur finansial dan struktur modal yang tepat dalam

Kegiatan usaha Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) meliputi usaha simpan pinjam dan pertokoan. Koperasi akan selalu berusaha untuk mensejahterakan anggotanya, salah satunya melalui pembagian SHU pada anggotanya. Salah satu cara untuk mensukseskan koperasi perlu adanya peran serta anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Maka penelitian dilakukan di Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Kabupaten Wonogiri. Hal yang mendasari peneliti melakukan penelitian di Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Kabupaten Wonogiri yang relatif termasuk kota kecil perlu adanya peran serta masyarakat terpelajar untuk mengembangkannya khususnya dalam bidang koperasi. Pada Pusat Koperasi Pegawai republik Indonesia (PKPRI) Kabupaten Wonogiri keanggotakan sebanyak 90 KPRI dengan jumlah perorangan sebanyak 13.207 orang dan sampel untuk penelitian ini berjumlah 40 KPRI di Kabupaten Wonogiri .


(22)

commit to user

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka judul penelitian ini ialah “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA (SHU) PADA KPRI DI

KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2009.”

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh modal sendiri terhadap besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI di Kabupaten Wonogiri?

2. Bagaimana pengaruh modal pinjaman terhadap besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI di Kabupaten Wonogiri?

3. Bagaimana pengaruh partisipasi usaha anggota terhadap besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI di Kabupaten Wonogiri?

4. Bagaimana pengaruh jumlah anggota terhadap besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI di Kabupaten Wonogiri?

5. Bagaimana pengaruh jumlah pengurus terhadap besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI di Kabupaten Wonogiri?

C. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh modal sendiri terhadap besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI di Kabupaten Wonogiri.


(23)

commit to user

2. Untuk mengetahui pengaruh modal pinjaman terhadap besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI di Kabupaten Wonogiri.

3. Untuk memgetahui pengaruh partisipasi usaha anggota terhadap besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI di Kabupaten Wonogiri. 4. Untuk mengetahui pengaruh jumlah anggota terhadap besarnya Sisa

Hasil Usaha (SHU) pada KPRI di Kabupaten Wonogiri.

5. Untuk mengetahui pengaruh jumlah pengurus terhadap besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI di Kabupaten Wonogiri.

D. MANFAAT PENELITIAN a) Manfaat Teoritis

1. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan manfaat dalam pengembangan koperasi terutama masalah SHU. 2. Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan bagi penulis 3. Untuk membuktikan pentingnya dalam perolehan SHU pada KPRI b) Manfaat Praktis

1. Diharapkan dapat bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan bagi KPRI di Kabupaten Wonogiri untuk meningkatkan perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU).

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi koperasi dalam menyusun strategi untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha lainnya.


(24)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Koperasi

Koperasi berasal dari bahasa latin coopere atau dalam bahasa Inggris disebut cooperation. Co berarti bersama dan operation berarti bekerja atau berusaha (to operate) (Suwandi, 1982:10). Pengertian koperasi dilihat dari sudut pandang menurut beberapa tokoh, diantaranya (Firdaus, 2002:39) : a. Margono Djojohadikoesoemo

Koperasi adalah perkumpulan manusia seorang-seorang yang dengan sukanya sendiri hendak bekerja bersama untuk memajukan ekonominya.

b. Soeriaatmadja

Koperasi adalah suatu perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar persamaan derajat sebagai manusia, dengan tidak memandang halauan agama dan politik secara sukarela masuk untuk sekedar memenuhi kebutuhan bersama yang bersifat kebendaaan atas tanggungan bersama.

c. Marvin A. Schaars

Koperasi adalah suatu badan usaha yang secara sukarela dimiliki dan dikendalikan oleh anggota yang juga pelanggannya dan dioperasikan oleh mereka dan untuk mereka atas dasar nir laba atau atas dasar biaya.


(25)

commit to user

d. Undang-undang No.12 Tahun 1967 Tentang Pokok-pokok Perkoperasian (Panji, 1998:4)

Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

e. Undang-undang No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian (Atmaji, 2007:6)

Koperasi Indonesia adalah suatu badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan segala kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas bisa ditarik suatu kesimpulan, koperasi sebagai suatu gerakan ekonomi rakyat, beranggotakan orang-perorangan atau badan-badan hukum koperasi yang mempunyai landasan serta menggunakan asas kekeluargaan.

2. Tujuan, Fungsi dan Peran Koperasi Indonesia

Tujuan koperasi dapat dilihat dalam Bab II pasal 3 Undang-undang No. 25 tahun 1992. Menurut pasal tersebut, koperasi Indonesia bertujuan sebagai berikut :

“Koperasi Indonesia bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat


(26)

commit to user

yang maju, adil, dan makmur berlandaskan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.”

Dari pernyataan tersebut, menurut Baswir (1997:48) dapat ditarik kesimpulan bahwa koperasi Indonesia bertujuan untuk :

a. Untuk memajukan kesejahteraan anggotanya b. Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat, dan c. Ikut serta membangun tatanan perekonomian nasional.

Dari pasal tiga tersebut, jelas bahwa tujuan dari koperasi adalah untuk memajukan kesejahteraan anggota, setelah itu baru masyarakat. Karena anggota koperasi juga merupakan anggota masyarakat, berarti peningkatan taraf hidup anggota juga berarti peningkatan taraf hidup masyarakat yang bertahap (Firdaus, 2002:43).

Koperasi sebagai suatu lembaga ekonomi rakyat selalu berupaya untuk memacu kesejahteraan sosial masyarakat. Koperasi sebagai sebuah lembaga tentu memiliki beberapa fungsi dan peranan. Dalam Bab III bagian pertama dari pasal 4 Undang-undang No. 25 tahun 1992 terdapat uraian tentang fungsi dan peran lembaga koperasi, antara lain sebagai berikut (Firdaus, 2002:43-44) :

a. Koperasi dapat mengurangi tingkat pengangguran.

Dengan adanya koperasi, diharapkan dapat menyerap tenaga kerja untuk mengelola koperasi.


(27)

commit to user

Misalnya KUD di bidang pertanian, dapat membantu untuk menyediakan alat-alat pertanian dengan harga yang lebih murah sehingga petani bisa meningkatkan usahanya.

c. Koperasi dapat berperan ikut meningkatkan pendidikan rakyat, terutama pendidikan di bidang perkoperasian dan dunia usaha.

Pendidikan yang diberikan oleh koperasi kepada para anggotanya, diharapkan bisa diamalkan pengetahuannya kepada masyarakat sekitar.

d. Koperasi dapat berperan serta sebagai alat perjuangan ekonomi. Koperasi harus bisa mandiri dan tidak terlalu tergantung kepada pemerintah, serta koperasi harus mampu bersaing dengan badan usaha yang lain.

e. Koperasi Indonesia dapat berperan serta untuk menciptakan demokrasi ekonomi.

Demokrasi ekonomi berdasar Pancasila menekankan adanya peran aktif masyarakat dalam pembangunan.

Diatas telah disebutkan bahwa tujuan koperasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggota. Namun bagaimana cara mengukur kesejahteraan anggota? Kesejahteraan anggota bermakna sangat luas. Selain itu, kesejahteraan anggota relatif alias berbeda ukurannya antara satu orang dengan orang lainnya. Namun karena anggota adalah seorang manusia, maka kesejahteraan akan terus dicari hingga semaksimalnya.


(28)

commit to user

Sebagai sebuah lembaga ekonomi, koperasi juga mempunyai peranan-peranan tertentu. Adapun beberapa peranan koperasi menurut Anoraga, (1998:163) antara lain :

a. Koperasi berperan dalam meningkatkan produksi mewujudkan pendapatan yang adi dan makmur yang merata.

b. Mengatur penggunaan sumber-sumber secara efektif yang diberikan oleh pemerintah pusat dan untuk memobilisasikan sumber-sumber lokal setempat desa secara cukup dalam proses pembangunan.

c. Memberikan input-input produksi dan pelayanan yang diperlukan oleh para anggotanya maupun mengelola input-input dan pelayanan yang berasal dari berbagai saluran dalam sistem lembaga.

d. Meningkatkan kemampuan para anggotanya dalam berorganisasi secara efektif.

e. Terakhir, koperasi dapat berperan sebagai penghubung antara penduduk dengan lembaga-lembaga nasional yang menguasai sumber-sumber dan kebijakan.

3. Jenis-jenis Koperasi di Indonesia

Menurut pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 1959 tentang Perkembangan Gerakan Koperasi, pengertian dari penjenisan koperasi adalah pembedaan koperasi yang didasarkan pada golongan dan fungsi ekonomi. Dalam peraturan pemerintah tersebut, penjenisan koperasi lebih


(29)

commit to user

ditekankan pada lapangan usaha atau tempat tinggal para anggota suatu koperasi (Hendrojogi, 1998:50). Berdasarkan hal tersebut, menurut pasal 3 PP No. 60 Tahun 1959 maka terdapatBerdasarkan pasal 16 Undang-undang nomor 25 Tahun 1992, jenis koperasi di Indonesia ada 2, yaitu koperasi berdasarkan kebutuhan dan efisiensi serta koperasi berdasarkan golongan fungsional. Dasar untuk menentukan jenis koperasi adalah kesamaan aktivitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi anggotanya. Jenis koperasi tersebut antara lain :

Berdasarkan kebutuhan dan efisiensi dalam ekonomi sesuai dengan sejarah timbulnya gerakan koperasi :

a. Koperasi konsumsi b. Koperasi kredit c. Koperasi produksi d. Koperasi jasa

e. Koperasi distribusi (pemasaran)

Sedangkan jenis koperasi yang satunya menurut pasal 16 Undang-undang nomor 25 Tahun 1992, adalah di dasarkan pada golongan fungsionalnya. Koperasi-koperasi tersebut antara lain :

a. Koperasi angkatan darat (Kopad) b. Koperasi angkatan laut (Kopal) c. Koperasi angkatan udara (Kopau) d. Koperasi angkatan kepolisian (Koppol) e. Koperasi pegawai negeri


(30)

commit to user f. Koperasi pensiunan angkatan darat g. Koperasi pensiunan

h. Koperasi karyawan i. Koperasi sekolah

Penjenisan koperasi diatas hanya sebagian kecil saja, masih banyak lagi penjenisan koperasi yang didasarkan bukan pada golongan fungsional dan kebutuhan ekonomi anggotanya.

4. Dimensi Partisipasi

Partisipasi dari anggota adalah unsur utama dalam memacu kegiatan dan untuk mempertahankan ikatan pemersatu di dalam sebuah koperasi (Mutis, 2004:93). Melihat dari pernyataan tersebut, berarti peranan partisipasi anggota sangat besar pengaruhnya bagi kemajuan sebuah koperasi. Apabila ditinjau dari sudut pandang anggota perorangan, dimensi partisipasi itu mempunyai keterkaitan sebagai berikut (Hanel, 1985 : 68-70) :

a. Para anggota perorangan berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan suatu perusahaan koperasi yang secara efisien menunjang kepentingannya. b. Para anggota harus menyetujui dan harus digerakkan melalui

ketentuan-ketentuan organisasi, untuk berperan serta dalam membiayai perusahaan koperasi.

c. Hal itu berarti para anggota (harus) memiliki hak dan kemungkinan serta termotivasi dan sanggup berpartisipasi.


(31)

commit to user

Disini akan dijelaskan terlebih dahulu pengertian partisipasi anggota koperasi. Pengertian partisipasi menurut FAO (Forestry/Fishery and Agriculture Organization) dalam Prihatinigtas Saptorini (2004:26) antara lain :

a. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri

b. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka.

c. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan mengungkapkan kebebasannya untuk meletakkan hal itu.

Selain yang telah disebutkan diatas, partisipasi anggota koperasi dapat diartikan sebagai suatu proses dimana sekelompok orang (anggota) menemukan dan mengimplementasikan ide-ide atau gagasan koperasi (Nasrudin, 2004:16). Pengertian partisipasi menurut Davis & Newstrom dalam Daerobi (1992:7) adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang pada situasi kelompok yang mendorongnya untuk ikut mengambil bagian terhadap pencapaian tujuan kelompok serta ikut bertanggung jawab atas tercapainya tujuan tersebut. Sedangkan pengertian partisipasi dari kamus istilah yang terdapat dalam website Departemen Koperasi, partisipasi adalah 1) keterlibatan mental dan emosional individu dalam situasi kelompok yang mendorongnya memberi sumbangan terhadap tujuan kelompok serta membagi tanggung jawab bersama mereka, 2) keterlibatan


(32)

commit to user

ego atau diri sendiri dan tidak sekedar keterlibatan secara fisik saja tetapi terlibat secara keseluruhan termasuk pikiran, perasaan dan kemauan. Pada dasarnya, keberhasilan usaha suatu koperasi sangat tergantung dari partisipasi anggotanya. Hal ini sesuai dengan yang telah dikemukakan Mutis (2004:93) bahwa partisipasi anggota merupakan unsur utama dalam memacu kegiatan dan untuk mempertahankan ikatan pemersatu di dalam koperasi. Koperasi sebagai business entity dan social entity dibentuk oleh anggota-anggota untuk menggapai manfaat tertentu melalui partisipasi. Oleh karena itu, koperasi harus memiliki kegiatan-kegiatan tertentu untuk menjabarkan bentuk-bentuk partisipasi dan memacu manfaat bersama, ketika berbagai manfaat diperoleh melalui upaya-upaya bersama para anggota.

Menurut Jochen Ropke dalam Nasrudin (2004:16) partisipasi anggota koperasi meliputi tiga aspek, yaitu:

a. Anggota berpartisipasi dalam memberikan kontribusi atau menggerakkan sumber-sumber dayanya.

b. Anggota berpartisipasi dalam pengambilan keputusan (perencanaan, implementasi/pelaksanaan dan evaluasi).

c. Anggota berpartisipasi dalam pengambilan/pembagian keuntungan. Koperasi harus memiliki atau mengembangkan satu keuntungan komparatif, yaitu mampu memberikan jasa dengan keuntungan yang kurang lebih sama dengan para pesaing koperasi (uji koperasi). Keuntungan komparatif ini, menurut para ahli berasal dari keuntungan


(33)

commit to user

biaya transaksi, pengurangan ketidakpastian, kepercayaan, keterkaitan, dsb. Oleh karena itu, penguasaan wawasan dan pengetahuan kewirausahaan sangat diperlukan (Ropke, 1995:46).

5. Keberhasilan Usaha Koperasi

Keberhasilan usaha koperasi juga bisa dilihat dari tingkat solvabilitas, rentabilitas dan likuiditas. Supaya keberhasilan usaha koperasi bisa dicapai, maka partisipasi anggota koperasi perlu ditingkatkan. Disini terdapat beberapa faktor yang dianggap dapat mempengaruhi keberhasilan koperasi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah (Mutis, 1992:92-93) : a. Adanya perasaan kelompok yang kuat.

b. Latihan yang berkesinambungan bagi calon anggota dan anggota. c. Kunjungan ke lapangan dari para penggerak koperasi yang

berkesinambungan, dialog informal dengan anggota setempat. d. Para anggota membuat rencana koperasi.

e. Para anggota dirangsang untuk mengetahui masalah-masalah koperasi, keadaan-keadaan keterbatasan keuangan, kebutuhan dan kemajuannya.

f. Kesalahan-kesalahan koperasi di masa lampau menjadi tantangan bagi para anggota koperasi dan pengurus.

g. Menanamkan dan mempertahankan sikap-sikap mental yang baru yang berhubungan dengan aneka simpanan, pemberian pinjaman dan aspek-aspek lain untuk bekerjasama dalam koperasi.


(34)

commit to user 6. Modal Koperasi

Menurut pasal 41 Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, modal sebuah koperasi berasal dari modal sendiri dan modal luar, serta modal penyertaan. Modal sendiri dari koperasi adalah modal yang menanggung resiko. Modal ini didapat dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah. Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak bisa diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayarkan oleh anggota koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Sama seperti simpanan pokok, simpanan wajib tidak bisa diambil selama yang bersangkutan masih menjadi anggota koperasi. Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha, yang ditujukan untuk memupuk modal sendiri sertauntuk memutup kerugian koperasi bila perlu. Hibah adalah transfer atau pemberian dana dari pihak yang lain secara gratis, yaitu koperasi tidak mempunyai kewajiban untuk membayar kembali baik itu berupa pokok ataupun jasa. Modal luar koperasi berasal dari pinjaman-pinjaman. Modal pinjaman koperasi adalah sejumlah modal yang diperoleh dari pinjaman.


(35)

commit to user Modal pinjaman ini bisa diperoleh dari :

a. Pinjaman yang diperoleh dari anggota, termasuk calon anggota yang memenuhi syarat.

b. Pinjaman dari koperasi lain atau anggotanya dengan berdasarkan perjanjian kerjasama.

c. Pinjaman dari bank dan lembaga keuangan yang lainnya.

d. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya berdasar ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

e. Sumber lain yang sah, adalah pinjaman dari bukan anggota yang dilakukan tidak melalui penawaran secara umum.

Modal penyertaan adalah modal yang berasal dari pemerintah atau dari masyarakat dalam bentuk investasi. Para pemilik modal penyertaan tidak mempunyai kekuasaan dalam rapat anggota serta dalam penentuan kebijakan koperasi secara keseluruhan. Pemilik modal penyertaan hanya dilibatkan dalam pengelolaan usaha koperasi serta pengawasan usaha investasinya, sesuai perjanjian dengan koperasi.

Menurut Djoko Sutjiptadi dalam Nasrudin (2004:20), terdapat beberapa alasan tentang pentingnya pengaturan permodalan koperasi, yaitu: Pertama, modal koperasi akan selalu dibutuhkan selama usaha koperasi masih bisa beroperasi. Modal koperasi inilah yang akan terus menerus berputar di dalam kegiatan usaha koperasi. Pengeluaran-pengeluaran untuk pembelian, pembayaran upah buruh atau gaji karyawan, akan kembali lagi menjadi uang kas melalui hasil penjualan yang akan


(36)

commit to user

digunakan lagi untuk belanja pembelian, upah buruh, pembayaran gaji karyawan pada periode kerja berikutnya. Kedua, modal koperasi merupakan suatu alat untuk mengukur likuiditas usaha koperasi. Hal ini berarti modal koperasi bisa digunakan sebagai alat untuk mengetahui kemampuan usaha suatu koperasi dalam memenuhi kewajiban finansial yang harus segera dipenuhi. Jika koperasi mampu memenuhi kewajiban finansial/keuangannya, maka koperasi bisa dinyatakan likuid atau lancar. Ketiga, Pengaturan modal koperasi dapat membantu pinjaman dalam penyusunan rencana-rencana usaha koperasi pada waktu yang akan datang dengan lebih baik dari waktu sebelumnya.

Unsur-unsur permodalan dalam koperasi harus diperhatikan dalam hal jumlah dan perputarannya karena ini berpengaruh dalam kelangsungan usaha koperasi. Dalam hal ini, akan diperlihatkan aliran modal koperasi. Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam pengelolaan modal koperasi adalah sebagai berikut:

a. Uang kas b. Surat berharga

c. Piutang-piutang dagang d. Penyediaan barang dagangan


(37)

commit to user Gambar 2.1

Perputaran Modal Koperasi

Pada awalnya, koperasi memiliki sejumlah modal berupa kas. Kas ini selanjutnya dipergunakan untuk pembelian bahan baku dan bahan pembantu. Bahan baku dan bahan pembantu ini ada yang langsung dijual dan ada juga yang dipakai sebagai persediaan, dimana nantinya juga akan dijual. Hasil penjualan berupa uang kas, akan dipergunakan untuk membeli bahan baku dan bahan pembantu lagi. Kurang lebih demikianlah siklus perputaran modal koperasi berlangsung.

7. Daya Saing Koperasi

Untuk menjaga agar koperasi tetap bisa eksis atau bertahan di tengah-tengah masyarakat dan agar koperasi tidak ditinggalkan oleh para anggotanya, maka koperasi harus mempunyai keunggulan khusus. Keunggulan khusus dari koperasi yaitu bahwa anggota koperasi bisa menjadi pemilik sekaligus menjadi pelanggannya. Agar koperasi menjadi

Kas Beli bahan baku & bahan Kas pembantu

Jual bahan baku & bahan pembantu

Persediaan bahan baku & bahan pembantu


(38)

commit to user

salah satu alternatif yang menarik bagi para anggotanya maka ada baiknya koperasi:

a. Koperasi harus bisa menghasilkan paling tidak sama dengan yang dihasilkan seperti pesaing koperasi yang lain (non koperasi) dan koperasi harus bisa memberikan keuntungan kepada anggota.

b. Walau koperasi memenangkan persaingan dengan badan usaha non koperasi tersebut, tetapi para anggota tak dapat berpartisipasi dalam keunggulan tersebut sehingga anggota tidak mempunyai rasa ketertarikan lagi sebagai anggota aktif dari koperasi (Ropke, 1996:56).

8. Koperasi Pegawai Negeri (KPN)

Pengertian koperasi pegawai menurut Muhammad Firdaus dan Agus Edhi Susanto (2002:68) adalah koperasi yang anggota-anggotanya setiap orang mempunyai kesamaan dalam hal aktivitas atau pekerjaannya.

Koperasi pegawai negeri seringkali disebut koperasi pegawai republik Indonesia. Untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan suatu kondisi maka pada tanggal 4 April 1995, nama induk koperasi pegawai negeri RI diganti. Perubahan nama KPN atau Koperasi Pegawai Negeri berubah menjadi KPRI atau Koperasi Pegawai Republik Indonesia, sejak tanggal tersebut.

Ukuran keberhasilan suatu koperasi berkaitan dengan efisien ekonomis, kestabilan keuangan dan prestasi usaha KPN yang terletak pada keberhasilan dalam melayani kebutuhan anggotanya sehingga


(39)

commit to user

kesejahteraan atau kemampuan ekonominya meningkat. Jika ada keuntungan anggotalah yang pertama-tama merasakan manfaatnya. Sedangakan keuntungan yang diperoleh koperasi adalah hasil dari kegiataan pelayanan kepada anggota yng dikelola secara efisien dan profesional.

Hal ini bukan berti koperasi tidak mementingkan keuntungan, keuntungan tetap penting karena dengan keuntungan ini koperasu dapat memperluas usahanya serta meningkatkan mutu produksi dan jasa pelayanan kepada anggotanya. Sebagai badan usaha koperasi tetap harus meningkatkan keuntungan (dalam hal ini adalah Sisa Hasil usaha) yang orientasi pada kepentingan ekonomi anngotanya.

Ada kalanya modal koperasi yang berasal dari modal sendiri dan dari modal luar masih kurang, sehingga untuk menambah modal, sebagian keuntungan dari koperasi tidak dibagikan kepada anggota melainkan disimpan sebagai cadangan. Jika modalnya sudah cukup besar maka pemberian kredit kepada anggota juga ada kemungkinan untuk diperbanyak. Keberadaan koperasi pegawai negeri juga harus diadakan pengawasan atas penggunaan uangnya, agar penyelewengan bisa dihindari. 9. Keanggotaan Koperasi

Di dalam koperasi, anggota-anggotanya mempunyai hak sebagai pemilik serba bias menjalankan sebagai pelanggan dan pemakai. Hal ini sering disebut sebagai prinsip identitas ganda. Prinsip identitas ganda merupakan pola perilaku utama dalam koperasi. Menurut pasal


(40)

commit to user

17 ayat (1) UU No 25/1992 menyebutkan bahwa anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi. Berdasarkan UU tersebut, maka anggota koperasi memiliki identitas ganda atau dual identity. Prinsip identitas ganda inilah yang membedakan antara koperasi dengan badan usaha yang lain.

Prinsip identitas ganda ini pertama kali diperkenalkan oleh Alfred Hanel, seorang guru besar dari Marburg, Jerman. Menurut Hanel, prinsip identitas ganda melihat anggota koperasi berperan sekaligus dua macam, sebagai pemilik dan sebagai pelanggan. Sebagai pemilik, anggota koperasi harus aktif dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan anggota koperasi sebagai pelanggan, mereka harus rajin untuk mengkonsumsi barang dan jasa koperasi yang telah disediakan untuk anggotanya. Sebagai pemilik, anggota juga harus ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, ikut memilih pengurus koperasi, membayar simpanan-simpanan yang telah ditetapkan, mengajukan berbagai usul dan saran-saran serta ikut menikmati hasil koperasi (Soewardi, 1995:11).

Proses pertumbuhan dari prinsip identitas ganda terjadi secara berangsur-angsur alias bertahap sedikit demi sedikit. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya bisa berupa faktor-faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal ini bisa berupa pengaruh kepemimpinan koperasi dan pengaruh pergaulan dengan sesama


(41)

commit to user

anggota koperasi. Adapun faktor eksternal misalnya, ada pemaksaan untuk berlangganan kepada koperasi.

Perilaku anggota koperasi sebagai pelanggan dipengaruhi oleh (Soewardi, 1995:49) :

a. Letak tempat pelayanan koperasi b. Cara-cara melayani anggota

c. Harga barang-barang dan jasa yang disediakan

Menurut faktor eksternal, adanya alternatif lain dari koperasi seperti memberi harga yang lebih murah agar anggota mau membeli di koperasi. Perilaku anggota koperasi sebagai pemilik, mempunyai hubungan yang lebih kompleks. Sebagai pemilik, anggota koperasi mempunyai hak dan kewajiban. Anggota koperasi mempunyai hak untuk memilih pengurus dan Badan Pemeriksa, serta ikut ambil bagian dalam proses pengambilan keputusan. Dari hal tersebut, harus dicari bagaimana upaya-upaya kita untuk memajukan perkoperasian Indonesia dengan melihat dari sisi anggota koperasi sebagai pemilik dan anggota sebagai pemakai terhadap keberhasilan usaha koperasi.

Dalam suatu organisasi yang memiliki karakteristik suatu kelembagan seperti koperasi, dipihak yang satu keberadaan anggota adalah sebagai pemilik kewajiban memberikan kontribusi kepada organisasinya. Dipihak lain anggota sebagai pemakai mempunyai hak untuk memperoleh insentif atau manfaat dari organisasi koperasi. Dengan kedua tersebut, anggota koperasi mempunyai kedudukan sentral dalam koperasi sebagai


(42)

commit to user

suatu kelembagaan ekonomi. Dilihat dari pengertian dasar, sifat, ciri keanggotaan dan hak serta kewajiban anggota dalam organisasi koperasi, maka kedudukan anggota dapat diuraikan, menjadi:

a. Pemilik, pemakai sekaligus pemegang kekuasaan tertinggi dalam organisasi koperasi (melalui Rapat Anggota Tahunan).

b. Orang-orang yang mempunyai kesepakatan berdasrkan kesadaran rasional dan utuh yang secara bersama-sama memenuhi kepentingan ekonomi dan sosial mereka, baik sebagai konsumen, sebagai produsen, maupun sebagai anggota masyarakat yang hidup dan berinteraksi dalam suatu komunal.

c. Keanggotaannya bersifat sukarela dan terbuka untuk setiap warga negara memenuhi persyaratan-syaratan spesifikasi koperasinya. d. Keanggotaan melekat pada diri pribadi orang-orangnya,(1)

memiliki senasib dalam upaya memenuhi kepentingan ekonomi dan sosialnya, (2) memiliki keyakinan bahwa hanya bergabungbersama-sama akan dapat diselesaikan, (3) memiliki kesamaan dalam jenis kepentingan ekonominya.

e. Keanggotaanya koperasi merupakan keputusan berdasarkan tingkat kesadaran rasional dari orang-orangyang: (1) merasa cocok bila mereka kegiatan tolong menolong khususnya dalam bidang ekonomi, (2) merasa kuat bila mereka bersatu menjadi anggota koperasi, (3) merasa tigdak perlu bersaing dengan kegiatan usaha koperasinya.


(43)

commit to user

Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka. Keinginan untuk masuk menjadi anggota dan keluar tergantung pada kemauan setiap anggota. Namun demikian, keanggotaan seseorang akan berakhir bila:

a. Meninggal dunia

Bila seseorang telah meninggal, maka status keanggotaanya berakhir pada saat ia meninggal dan tidak biasa dialihkan kepada ahli warisnya.

b. Minta berhenti atas kehendak sendiri

Bila seseorang mengajukan permintaan secara tertulis kepada pengurus untuk berhenti menjadi anggota, maka permintaan tersebut akan dibicarakan dalam rapat pengurus dan sekaligus akan ditentukan mengenai pengambilan simpanan-simpanannya di dalam koperasi, yaitu setelah dikurangi kewajibannya yang mungkin belum dilunasi. Bila keadaan tidak memungkinkan, maka pengembalian simpanan-simpanan itu akan ditentukan oleh pengurus menurut tata cara yang tidak merugikan koperasi dengan memperhatikan pula kepentingan anggota yang berhenti tersebut. c. Diberhentikan karena tidak memenuhi syarat keanggotaan

Sebagai misal, jika seorang anggota koperasi berganti mata pencarian, maka keanggotaannya dapat berakhir pada saat itu juga. Demikian pula bila ia pindah alamat sehingga keluar dari daerah kerja koperasi tang bersangkutan. Sebagaimana ditentukan dalam


(44)

commit to user

anggaran dasar koperasi, maka keanggotaannya dapat dinyatakan gugur.

d. Dipecat karena tidak memenuhi syarat kewajiban sebagai anggota Bila seseorang anggota tidak memenuhi kewajibannya, misalnya tidak menbayar simpanan wajib yang telah ditetapkan didalam anggaran dasar, dan sengaja untuk merugikan koperasi, maka anggota tersebut bisa dihapuskan status keanggotaanya (Revrisond baswir 1997:135).

10.Pengurus Koperasi dan Tanggung Jawabnya

Dalam organisasi koperasi Rapat Anggota memegang kekuasaan kekuasaan tertinggi jika dilihat dari system manajemen koperasi. Hal ini dapat dimengerti sebab anggota adalah pemilik koperasi. Seperti dijelaskan di muka bahwa tujuan utama operasi di Indonesia adalah sebagai alat pembangunan dan untuk memenuhi kepentingan para anggota yaitu kebutuhan yang sangat mendeasak. Dengan demikian pembangunan koperasi di Indonesia mempunyai tujuan ganda. Di satu pihak bertujuan memperjuangkan pemenuhan kebutuhan anggota dan di lain pihak sebagai alat untuk menjalankan kebijaksanaan pemerintah dalam menjalankan pembangunan. Kedudukan koperasi seperti ini menghendaki pengurus harus dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Disatu pihak sebagai wakil anggota dan dipihak lain sebagai alat untuk mencapai program pembangunan.


(45)

commit to user

Dalam sistem manajemen koperasi di Indonesia, anggota sebagai pemilik tidak mungkin dapat melaksanaan pelaksanaan pengelolaan sendiri karena selain jumlah anggota yang terlalu banyak juga karena tempat tinggal mereka yang terpencar-pencar. Oleh karena itu untuk dapat mengelola usaha koperasi secara efektif anggota koperasi memilih beberapa orang wakilnya yang dapat dipercayakan untuk menangani hal tersebut. Wakil anggota yang dapat dipercayakan untuk mengelola usaha koperasi itu lebih dikenal eengan istilah pengurus, sedangkan wakil anggota yang melakukan pengawasan terhadap jalanya usah koperasi disebut sebagai Badan Pemeriksa. Pengurus mengelola koperasi dengan tujuan untuk memenuhi kepentingan para anggota ynag diwakilinya. Yang dijadikan sebagai dasar oleh pengurus untuk menjalankan pengelolaan usaha adalah keputusan Rapat Anggota yaitu merumuskan tujuan, sasaran antara yang dijabarkan ke dalam berbagai rencana pokok. Untuk setiap sasaran antara harus dijabarkan lagi ke dalam berbagai rebcana yang bersifat pelaksanaan.

Pengurus sebagai wakil anggota bertindak untuk dan atas nama anggota. Oleh sebab itu, pengurus seharusnya berasal dari kalangan anggota yang benar menghayati aspirasi para anggota dan benar-benar mengerti apa yang dikehendaki oleh para anggota sebagai pemilik koperasi.


(46)

commit to user

Dalam Rapat Anggota, anggota memilih pengurus untuk mengelola usaha koperasi yang dapat mencerminkan keinginan seluruh anggota. Pengurus yang dipilih merupakan satu kesatuan yang terdiri dari beberapa orang. Di antara pengurus tersebut yang biasa disebut “pengurus lengkap” atau “ pengurus pleno” adalah orang-orang yang diserahi tanggung jawab khusus yang dala dunia perkoperasian disebut pengurus yang berkantor (officers).

Para pengurus yang diserahi tanggung jawab khusus ini pada koperasi yang ada di Indonesia melakukan kegaitan-kegiatan yang lebih bersifat pengoperasian (operational) selaku wakil pengurus lengkap. Pengurus yang menjalankan tugas operasi itu dikelompokan ke dalam berbagai fungsi. Pada umumnya pembagian pekerjaan yang didasarkan pada fungsi tersebut adalah sebagai berikut.

1. Ketua Umum

Tugas Ketua Umum adalah memimpin rapat baik rapat pengurus maupun rapat yang lain. Selain itu ketua umum juga menjalankan tugas-tugas lain yaitu sebagai berikut.

1) Menandatangani semua perjanjian, kontrak dan surat lainya bersama sekertaris.

2) Bersama sekertaris menandatangani semua buku daftar anggota/ buku anggota sebagai tanda syahnya seseorang sebagai anggota koperasi.


(47)

commit to user

3) Bersama sekertaris menandatangani surat-surat berharga dan untuk bersama koperasi.

4) Melaksanakan semua tugas pimpinan organisasi seperti yang ditetapkan bersama baik dalam rapat anggota maupun dalam rapat pengurus.

Untuk penandatangan surat berharga atau suatu yang sangat penting, rapat anggota dapat menentukan lain tidak berlaku rumus-rumus yang tersebut di atas. Sedangkan untuk penandatanganan surat berharga atau cek yang bertujuan untuk kemajuan usaha sampai batas jumlah tertentu dapat didelegasikan pada menejer.

2. Wakil Ketua

Tugas utama wakil ketua adalah mewakili ketua umum pada saat ketua umum tidak dapat menjalankan pada waktu bertindak sebagai ketua pada ketua umum tidak dapat menjalankan tugasnya wakil-wakil memperoleh wewenang dan tanggung jawab penuh sebaagio ketua. Di samping itu rapat anggota dapat memberikan tugas khusus kepada wakil ketua.

3. Sekretaris

Tugas utama Sekretaris adalah mencatat semua pembicaraan dan keputusan pertemuaan rapat,baik Rapat Anggota maupun rapat pengurus. Selain itu juga melakukan korespodensi yang sangat penting menyangkut koperasi. Adapun tugas sekertaris secara terperinci dapat dikemukakan sebagai berikut.


(48)

commit to user

1. Sekertaris harus menyampaikan setiap pernyataan perusahaan kepada siapa pun tepat pada waktunya dan sesuai dengan kegunaanya.

2. Menyimpan seluruh arsip perusahaan dan hanya dapat menunjukannya pada saat diperlukan.

3. Menyimpan stempel perusahaan dan hanya dengan persetujuannya saja stempel tersebut dapat di gunakan.

4. Menyimpan seluruh dokumen dan alamat selurauh anggota koperasi agar dapat dengan mudah menghubunginya setiap saat di perlukan baik langsung maupun melalui pos. Perubahan alamat anggota harus diketahui sekertaris.

5. Menyimpan secara teratur dan berkesinambungan seluruh Keputusa Rapat, perubahan-perubahan keputusan, kebijksanaan, undang-undang, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi.

6. Melakuakan pekerjaan administrasi perusahaan

Tugas sekertaris banyak berhubungan dengan tugas yang sifatnya administrative. Meskipun demikian fungsi Sekertaris sifatnya dinamis karena dapat mendorong kegiatan dan bukan menantikan atau menerima tugas dari pihak lain. Dalam organisasi yang baik Sekertaris menjadi penggerak atau motor operasi.


(49)

commit to user 4. Bendahara

Tugas seorang bendahara adalah yang berkaitan dengan masalah keuangan. Oleh sebab itu semua masalah keuangan perusahaan harus diketahui oleh bendahara. Tugas Bendahara secara terperinci dapat di kemukakan sebagai berikut.

1. Bertanggung jawab atas seluruh keuangan dan surat-surat berharga perusahaan.

2. Sesuai dengan peraturan yang berlaku, semua tanda terima, pinjaman, dan bukti-bukti lainnya seperti penyimpanan dan bukti pembayaran harus diketahui oleh Bendahara.

3. Semua tugas dan tanggung jawab Bendahara harus sesuai yang di bebankan oleh pengurus dan dengan peraturan-peraturan yang berlaku.

Mengenai penandatangan cek atau pengambilan uang dari bank dan sebagainya, dalam batas jumlah tertentu dapat didelegasikan selain kepada manajer juga dapat didelegasikan wewenangnya kepada kepala bagian keuangan ( Revrisond baswir 1997:178).

11.Hubungan Antara Partisipasi Anggota dengan Keberhasilan Usaha

Partisipasi anggota adalah hal yang penting dalam praktek berkoperasi. Tanpa partisipasi anggota, koperasi tidak akan bisa berkembang dengan baik. Ukuran partisipasi suatu anggota dapat dilihat


(50)

commit to user

dari seberapa jauh ia mengetahui pengetahuan tentang koperasi, manfaat-manfaat yang bisa diperoleh dari berkoperasi, kesadarannya untuk sering membeli dari koperasi dan menjual ke koperasi, atau menyimpan uang ke koperasi dan meminjam uang dari koperasi, serta dalam hal rapat anggota.

Terdapat beberapa faktor negatif yang dianggap penyebab berkurangnya partisipasi atau tingkat partisipasi anggota rendah. Faktor-faktor tersebut antara lain (Mutis, 1992:93-95) :

a. Kurangnya pendidikan anggota.

b. Adanya pengalaman dan praktek-praktek koperasi yang buruk di masa lalu.

c. Ketidakcakapan pengurus koperasi dalam menata pembukuan

d. Kurangnya penyebaran informasi yang berkaitan tentang penampilan koperasi seperti neraca, biaya-biaya, dan sebagainya.

e. Kurangnya rencana pengembangan profesional untuk mengimbangi perkembangan dinamika kebutuhan para anggota koperasi.

Selain faktor-faktor tersebut, persepsi anggota terhadap koperasi juga memberikan pengaruh yang besar terhadap tingkat partisipasi anggota koperasi. Jika anggota koperasi memiliki persepsi yang positif terhadap koperasi maka kemungkinan besar partisipasi anggota terhadap koperasi akan lebih tinggi daripada anggota koperasi yang mempunyai persepsi negatif terhadap koperasi.


(51)

commit to user 12.Sisa Hasil Usaha

Sebagai suatu badan usaha, koperasi di dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu saja menghendaki untuk mendapatkan keuntungan atau sisa hasil usaha. Jika koperasi bisa mendapatkan sisa hasil usaha yang cukup banyak, maka sisa hasil usaha tersebut dapat di sisihkan sebagian untuk cadangan kopersi, yang selanjutnya bisa dipergunakan untuk menambah modal koperasi. Apabila modal koperasi bertambah besar, maka dengan sendirinya lingkup usaha koperasi akan bertambah besar pula.

Sisa hasil usaha koperasi adalah pendapatan koperasi yang diperoleh satu tahun buku seletah dikurangi dengan penyusutan dan biaya-biaya dari tahun buku yang bersangkutan (M. Tohar, 1999 : 22). Sumber sisa hasil usaha diperoleh dari jasa pelayanan kepada anggota maupun bukan anggota koperasi.

Sisa hasil usaha mungkin tidak dibagi habis, karena pembagian sisa hasil usaha dalam koperasi terbatas sesuai dengan tingkat bunga bank pemerintah. Atau, mungkin juga terjadi, rapat anggota memutuskan sisa hasil usaha tahun buku yang bersangkutan tetap tinggal dalam rekening simpanan masing-masinganggota. Sisa hasil usaha yang tidak dibagi ini digunakan untuk pemupukan modal.


(52)

commit to user

Sisa hasil usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota dibagi untuk :

a. Cadangan koperasi.

b. Anggota sebanding dengan jasa yang diberikan. c. Dana pengurus.

d. Dana pegawai atau karyawan. e. Dana pendidikan koperasi. f. Dana sosial

g. Dana pembangunan daerah kerja. (Ninik Widiyanti, 1991 :157) Sisa hasil usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan buka anggota dibagi untuk :

a. Cadangan koperasi b. Dana pengurus

c. Dana pegawai/ karyawan d. Dana pendidikan

e. Dana sosial

f. Dana pembangunan daerah kerja.(Ninik Widiyanti,1991:157)

Komponen-kopmponen tersebut diatas sebelum dicairkan, disajikan sebagai kewajiban lancardalam neraca koperasi. Sedangkan cadangan koperai merupakan sisa hasil usaha yang tidak dibagikan dan digunakan untuk memupuk modal koperasi dan menutup kerugian dalam koperasi.

Undang-Undang koperasi Nomor 25 tahun 1992 pasal 5, menjelaskan bahwa pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil


(53)

commit to user

sebanding dengan besarnya jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota koperasi kepada koperasinya. Artinya, dalam pembagian sisa hasil usaha koperasi kepada para anggota ini tidak semata-mata melihat besar/ kecilnya modal yang dimasukan / diserahkan anggota koperasi melainkan harus sebanding atau seimbang dengan transaksi usaha dan partisipasi modal yang diberikan anggota kepada koperasinya. Penetapan besarnya pembagian kepada para anggota dan jenis serta besarnya keperluan lain ditetapkan dalam rapat anggota.

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa dana-dana yang berasal dari pembagian sisa hasil usaha koperasi selama belum dimanfaatkan digolongkan sebagai kewajiban lancar koperasi. Pembagian sisa hasil usaha kopersi kepada anggotanya berdasarkan jasa atau sumbangsih anggota koperasi terhadap koperasinya.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang berkaitan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi SHU, yaitu penelitian yang dilakukan oleh:

1. Novi Hasti Anggraini tahun 2009 dalam skripsinya yang berjudul: “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha Koperasi Pegawai Negeri Di Kota Surakarta Tahun 2007”. Bahwa variabel jumlah anggota dari koperasi memiliki pengaruh


(54)

commit to user

positif terhadap SHU namun variabel modal sendiri dan modal pinjaman tidak berpengaruh secara signifikan terhadap SHU. 2. Nasrudin pada tahun 2006 dalam skripsinya yang berjudul: “

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Anggota Koperasi Shuttle Cock di Surakarta 2006”. Bahwa variabel modal sendiri, modal pinjaman dari koperasi dan tenaga kerja memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan pengerajin Shuttle Cock namun variabel pengalaman usaha tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan pengrajin Shuttle Cock.

3. Andika Ari Prabowa pada tahun 2008 dalam skripsinya yang

berjudul: “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Pengambilan Kredit pada Koperasi (Studi Kasus KUD Karya Bhakti dan KPRI Ngudi Rahayu) di Kabupaten Sukoharjo. Hasil analisis menunjukan bahwa tingkat pendidikan, pendapatan, simpanan berpengaruh negative terhadap pengambilan kredit pada koperasi di Kabupaten Sukoharjo.

C. Kerangka Pemikiran

Perilaku masyarakat dalam menghadapi usaha koperasi sat ini ada banyak macamnya. Ada yang cenderung memanfaatkan koperasi sebagai suatu lembaga kredit, lalu sebagai pemindah kebutuhan akan barang-barang konsumsi, ada pula yang memanfaatkan sebagai tempat penyimpanan dana.


(55)

commit to user

Koperasi sendiri memiliki dua tujuan dalam usahanya, yaitu meningkatkan kondisi sosial ekonomi anggotanya dan mengumpulkan keuntungan yang dinantinya akan dikembalikan keanggotanya.

SHU di dalam sebuah koperasi mendapat tempat yang penting dalam menunjang kinerjanya. Hampir seluruh anggota selalu mengharapkan nominal SHU yang akan diterima selalu tinggi, yang menentukan bahwa rentabilitas koperasi tersebut juga tinggi. Di lain pihak keaktifan anggota dalam bidang-bidang usaha koperasi turut menunjukkan peningkatan pemahaman dan kesadaran anggota koperasi dalam mengembangkan usaha koperasi tersebut sekaligus mengefektifkan kinerja koperasi tersebut.

Jumlah modal sendiri yang tinggi menentukan jumlah SHU yang akan diperoleh koperasi semakin tinggi pula. Karena dana yang bias digunakan sebagai modal koperasi juga semakin banyak dan bias dimanfaatkan dengan lebih optimal.

Modal yang dari luar koperasi hendaknya terus ditingkatkan karena dana yang disediakan dapat menjadi tambahan untuk modal koperasi dalam usahanya.

Tingkat partisipasi usaha anggota yang tinggi dalam permodalan akan mengakibatkan volume usaha koperasi meningkat sehingga keberhasilan usaha bisa dicapai. Begitu pula dalam hal partisipasi usaha anggota terhadap pembelian jika anggota ’membeli’ atau memakai jasa yang disediakan koperasi (anggota jika meminjam uang dari koperasi,


(56)

commit to user

bukan badan usaha lain) maka keuntungan yang dihasilkan juga akan dikembalikan kepada anggota dalam bentuk SHU, selain itu tingkat perputaran modal juga tinggi sehingga keberhasilan usaha dapat tercapai. Tingkat partisipasi usaha anggota dalam hal penjualan juga harus meningkat agar keberhasilan usaha koperasi juga meningkat, karena pada dasarnya, tabungan koperasi digunakan sebagai suatu modal bagi koperasi tersebut.

Besarnya SHU mampu dihimpun koperasi ditentukan oleh banyaknya anggota. Dengan anggapan bahwa faktor lainnya tetap, apabila jumlah anggota tinggi maka besarnya SHU juga akan semakin besar, karena semakin banyak anggota maka transaksi yang bias dilakukan di koperasipun akan semakin banyak.

Dengan peran sebagai pengurus yang dipercaya untuk mengelola usaha koperasi agar berjalan dengan baik. Oleh sebab itu, pengurus seharusnya berasal dari kalangan anggota yang benar-benar menghayati aspirasi para anggota dan benar-benar mengerti apa yang dikehendaki oleh para anggota sebagai pemilik koperasi. Sehingga besar SHU dapat dipengaruhi oleh jumlah pengurus. Apabila pengurus koperasi dapat menjalankan usaha koperasi denngan baik maka SHU akan meningkat pula.


(57)

commit to user

Berikut ini skema kerangka pemikiran dalam penelitian:

mmmmmmmmm

D. Hipotesis

1. Diduga modal sendiri berpengaruh positif terhadap besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI di Kabupaten Wonogiri.

2. Diduga modal pinjaman berpengaruh positif terhadap besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI di Kabupaten Wonogiri.

3. Diduga partisipasi usaha anggota berpengaruh positif terhadap besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI di Kabupaten Wonogiri. 4. Diduga jumlah anggota berpengaruh positif terhadap besarnya Sisa

Hasil Usaha (SHU) pada KPRI di Kabupaten Wonogiri. Modal sendiri

(X1)

Modal pinjaman (X2)

Partisipasi usaha anggota

(X3)

Jumlah anggota (X4)

Sisa Hasil Usaha (SHU)

(Y)

Jumlah Pengurus


(58)

commit to user

5. Diduga jumlah pengurus berpengaruh positif terhadap besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI di Kabupaten Wonogiri.


(59)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengambil ruang lingkup koperasi-koperasi negeri di Kabupaten Wonogiri dengan pertimbangan masih dalam jangkuan penelitian. Penulisan dilakukan dengan mencari data sekunder tentang Koperasi Pegawai Negeri yang menjadi sempel dalam penelitian ini.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber data yang digunakan dari koperasi-koperasi yang berada di Kabupaten Wonogiri. Selain itu, data sekunder ini juga diperoleh dari instansi pemerintahan seperti Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Biro Pusat Statistik, dan kajian Pustaka yang berkaitan erat dengan penelitian ini.

C. Teknik Pengambilan Sampel dan Ukuran Sampel

Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik simple random sampling atau pengambilan sampel secara acak sederhana. Pengambilan sampel secara acak adalah suatu metode pemilihan ukuran sampel dari suatu populasi di mana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama dan semua kemungkinan penggabungannya yang


(60)

commit to user

diseleksi sebagai sampel mempunyai peluang yang sama (Weirsma dalam Sevilla, 1993:163). Pemilihan pengambilan sampel dengan teknik simple random sampling harus diketahui terlebih dahulu jumlah populasinya.

Menurut Gay dalam Sevilla et. all (1993:163), terdapat ukuran minimum untuk sampel yang akan diambil. Adapun beberapa ukuran minimum yang dalam beberapa penelitian berdasarkan tipenya yaitu, penelitian deskriptif menggunakan 10 persen dari ukuran populasinya, untuk penelitian korelasi menggunakan 30 subjek, penelitian kausal komparatif (ex post facto) memakai 15 subjek per kelompok, dan penelitian eksperimen sebanyak 15 subjek per kelompok.

Pada tahun 2009, jumlah populasi koperasi pegawai negeri di Kabupaten Wonogiri menurut Dinas Koperasi dan UKM sebanyak 90 unit koperasi yang masih aktif. Berdasarkan pernyataan Gay tersebut, maka mengambil sampel sebanyak 40 koperasi.

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk kepentingan penelitian ini, mengggunakan metode analisis deskriptif dan studi kepustakaan

1. Metode Deskriptif

Menurut Gay dalam Sevilla et. all (1993:71), metode penelitian deskriptif diartikan sebagai kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan


(61)

commit to user

yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian.

2. Studi Kepustakaan

Teknik ini merupakan suatu cara dalam mendapatkan kelengkapan data yang dibutuhkan seperti dari buku, koran, dan artikel yang berhubungan dengan topik penelitian ini. Bahan-bahan di atas dapat diperoleh baik di perpustakaan maupun di internet.

3. Observasi

Teknik pengumpulan data dengan mengamati secara langsung terhadap obyek yang diteliti yaitu koperasi pegawai negeri yang berada pada PKPRI di Kabupaten Wonogiri.

E. Definisi Operasional Variabel

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y), yaitu:

1) Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen (Y) dari penelitian ini adalah Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI di Kabupaten Wonogiri. Sisa Hasil usaha sangat berpengaruh penting dalam keberhasilan pada KPRI di kabupataen Wonogiri.


(62)

commit to user 2) Variabel Independen (X)

Variabel independen (X) dari penelitian ini adalah: a) Modal sendiri

Modal sendiri dari koperasi adalah modal yang menanggung resiko. Modal ini didapat dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah.

b) Modal pinjaman

Modal pinjaman dari koperasi adalah pinjaman dari anggota, pinjaman dari koperasi lain atau anggotanya dengan berdasarkan perjanjian kerjasama, Pinjaman dari bank dan lembaga keuangan yang lainnya,penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya berdasar ketentuan perundang-undangan yang berlaku.Sumber lain yang sah, adalah pinjaman dari bukan anggota yang dilakukan tidak melalui penawaran secara umum.

c) Partisipasi usaha anggota

Pada dasarnya, keberhasilan usaha suatu koperasi sangat tergantung dari partisipasi anggotanya. Hal ini sesuai dengan yang telah dikemukakan Mutis (2004:93) bahwa partisipasi anggota merupakan unsur utama dalam memacu kegiatan dan untuk mempertahankan ikatan pemersatu di dalam koperasi. Koperasi sebagai business entity dan social entity dibentuk oleh anggota-anggota untuk menggapai manfaat tertentu


(63)

commit to user

melalui partisipasi. Oleh karena itu, koperasi harus memiliki kegiatan-kegiatan tertentu untuk menjabarkan bentuk-bentuk partisipasi dan memacu manfaat bersama, ketika berbagai manfaat diperoleh melalui upaya-upaya bersama para anggota.

d) Jumlah anggota

Dalam suatu organisasi yang memiliki karakteristik suatu kelembagan seperti koperasi, dipihak yang satu keberadaan anggota adalah sebagai pemilik kewajiban memberikan kontribusi kepada organisasinya. Dipihak lain anggota sebagai pemakai mempunyai hak untuk memperoleh insentif atau manfaat dari organisasi koperasi

e) Jumlah pengurus

Oleh karena itu untuk dapat mengelola usaha koperasi secara efektif anggota koperasi memilih beberapa orang wakilnya yang dapat dipercayakan untuk menangani hal tersebut. Wakil anggota yang dapat dipercayakan untuk mengelola usaha koperasi itu lebih dikenal eengan istilah pengurus


(64)

commit to user F. Metode analisis Data

Untuk menguji apakah variable independen mempengaruhi variable dependen sebagaimana dikemukakan dalam hipotesis maka penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Menurut Sugiyono regresi linier berganda adalah suatu teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variable bebas terhadap variable terkat.

Persamaan regresi linier berganda tersebut sebagai berikut:

SHU =

β

0+

β

1MS

1

+

β

2MP

2

+

β

3 PUA

3

+

β

4JA

4

+

β

5JP

5

+U

t

Dimana:

SHU = Sisa Hasil Usaha (SHU)

MS1 = modal sendiri

MP2 = modal pinjaman

PUA3 = partisipasi usaha anggota

JA4 = jumlah anggota

JP5 = jumlah pengurus

Ut = Variabel pengganggu

1. Uji Asumsi Klasik a. Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya lebih dari satu hubungan linier pasti antara beberapa / semua variabel independen dari model regresi (Gujarati, 1995 : 320 dalam Soma Ghofur,


(65)

commit to user

2008: ). Salah satu asumsi model klasik yang menjelaskan ada tidaknya hubungan antara beberapa / semua variabel dalam model regresi. Jika dalam model terdapat multikolinier, maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat diukur dengan ketepatan tinggi.

Salah satu metode untuk mengetahui ada tidaknya multikolinier adalah menggunakan pengujian dengan metode Klein. Metode ini membandingkan nilai korelasi setiap variabel penjelas ( 2

r xi, xj) dengan nilai koefisien determinasi (R y, xi, 2 xj,… xn). Jika R2y, xi, xj,…xn <

2

r xi, xj, maka terjadi masalah multikolinier dalam model, sedangkan jika danilai R2y, xi, xj,…xn > r xi, xj. Maka tidak terjadi masalah 2 multikolinear.

b. Heteroskedastisitas

Asumsi dari model regresi linier klasik adalah kesalahan penggangu mempunyai variasi yang sama. Apabila asumsi tersebut tidak terpenuhi maka akan terjadi heteroskedastisitas, yaitu suatu keadaan dimana variasi dari kesalahan penggangu tidak sama untuk semua nilai variabel bebas. Terdapat beberapa metode yang dipergunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas dalam model empiris yaitu Uji Park, Uji Glejser, Uji white, dan Uji Breusch Pagan – Godfeg. Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini akan menggunakan uji White.

Dalam uji White ditawarkan 2 jenis pengujian, yaitu: White heteroskedastisitas (no cross term) dan white heteroskedastisitas (cross


(1)

commit to user

4. Koefisien regresi variabel jumlah anggota bernilai positif dan signifikan

pada level 5% yaitu sebesar -213042,0, hal ini menunjukan bahwa jika

jumlah anggota meningkat maka SHU akan naik dengan asumsi

variabel lainnya konstan. Jumlah anggota berpengaruh signifikan

terhadap SHU, hal ini ditunjukan oleh nilai signifikan sebesar 0,7217 (P > 0,05), berarti hipotesis keempat yang menyatakan “diduga jumlah anggota berpengaruh positif dan signifikan terhadap besarnya SHU koperasi”, tidak terbukti. Jumlah anggota yang tinggi tidak akan menentukan jumlah SHU yang dihasilkan.

5. Koefisien regresi variabel jumlah pengurus bernilai positif dan

signifikan pada level 5% yaitu sebesar 52691566, hal ini menunjukan

bahwa jika jumlah pengurus meningkat maka SHU akan naik dengan

asumsi variabel lainnya konstan. Jumlah pengurus berpengaruh

signifikan terhadap SHU, hal ini ditunjukan oleh nilai signifikan

sebesar 0,0317 (P > 0,05), berarti hipotesis ketiga yang menyatakan “diduga jumlah pengurus berpengaruh positif dan signifikan terhadap besarnya SHU koperasi”, terbukti. Jumlah pengurus yang lengkap menentukan jumlah SHU yang dihasilkan. Karena pengurus koperasi

yang lengkap dan cakap dalam mengelola koperasi maka usaha


(2)

commit to user

6. Melihat dari uji R2 ternyata masih memiliki variabel lain diluar model

yang turut mempengaruhi atau menerangkan variabel independen

sekitar 8,68% variabel lain masih bisa menerangkan selain dari

variabel modal sendiri, modal pinjaman, partisipasi usaha anggota,

jumlah anggota, dan jumlah pengurus.

B. SARAN

1. Jumlah modal sendiri berpengaruh positif dan signifikan terhadap SHU,

sehungga pendisikan bagi pengurus ditingkatkan untuk dapat mengelola

modal sendiri dan mengajak para anggota untuk tetap membayar

simpanan pokok dan simpanan wajib. Sehingga modal sendiri dapat

dimanfaatkan seoptimal mungkin dan akhirnya dengan dana yang besar

perputaran dananya pun juga semakin luas yaitu digunakan untuk

modal usaha unit-unit usaha lainnya dan perputaran roda ekonomi

koperasi dan tidak hanya mengendap di koperasi tersebut.

2. Jumlah modal pinjaman berpengaruh positif terhadap SHU, oleh karena

itu koperasi untuk meningkatkan pendapatan dapat dilakukan dengan

menambah variabel modal pinjaman agar SHU meningkat. Koperasi

diharapkan mampu meningkatkan sumber daya manusianya, terutama

pengelolaan koperasinya. Sehingga dengan dana yang tersedia dapat

dimanfaatkan seoptimal mungkin bagi anggotanya dan kepentingan


(3)

commit to user

3. Jumlah partisipasi usaha anggota berpengaruh positif terhadap SHU.

Dalam partisipasi usaha anggota sangat perlu di dalam koperasi

sehingga ikut aktif di dalam kegiatan koperasi . dan dalam partisipasi

usaha anggota dengan meningkatkan jumlah piutang anggota dalam

koperasi tersebut. Sehingga dengan simpan pinjam semakin meningkat

dapat meningkatkan pendapatan koperasi maka SHU yang diperoleh

dapat meningkat.

4. Jumlah anggota tidak berpengaruh signifikan terhadap SHU. Jumlah

anggota sangat perlu di dalam koperasi karena peran anggota dalam

pengelolaan sangat penting. Maka KPN di Kabupaten Wonogiri dalam

pengambilan bunga haruslah sangat rendah dibandingkan badan usaha

lainnya. Sehingga anggota aktif di dalam simpan pinjam mka SHU

akan meningkat

5. Jumlah pengurus berpengaruh positif terhadap SHU. Sehingga jumlah

pengurus harus dilengkapi. Pengelola koperasi baik itu kominsaris,

direksi, maupun pengurus haruslah memiliki potensi yang besar atau

kecakapan yang layak dimiliki oleh seorang praktisi koperasi. Hal ini

juga berkenan dengan kinerja koperasi agar mencapai titik optimal


(4)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Agraini, Novi Hasti. 2009.” Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sisa

Hasil Usaha Koperasi Pegawai Negeri Di Kota Surakarta Tahun 2007”.

Skripsi Fakultas Ekonomi Sebelas Maret Surakarta. Tidak dipublikasikan. Aziz, Amin. 1987. Perkoperasian Indonesia. Yogyakarta: BPFE

Baswir, Revrisond. 1997. Koperasi Indonesia. Yogyakarta : BPFE

Chaniago, Arifinal. 1984. Perekonomiaan Indonesia. Bandung: Angkasa

Departemen Koperasi. Undang-Undang Republik Indonesia No.25 Tahun 1992.

Tentang Perekonomian

Djoyohadikusumo, Sumitro. 1985. Peranan Koperasi Pegawai Negeri Dalam PerekonomianIndonesia. Jakarta: UI Press

Fakultas Ekonomi. 2003. Modul Laboratorium Ekonometrika. Fakultas Ekonomi. Universitas Sebelas Maret

Gujarati, Damodar dan Sumarno Zein. 1991. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga

Hendrojogi. 1998. Koperasi : Azas-azas, Teori dan Praktek. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada IKOPIN. 1996. Stardard Khusus Akuntasi Untuk Koperasi

Kartasapoetra. 1995. Praktek Pengelolaan Koperasi. Jakarta : PT Asdi Mahasatya

---. 2001. Koperasi Indonesia Yang Berdasarkan Pancasila Dan UUD 1945. Jakarta : PT Asdi Mahasatya

Kuncoro, Mudrajad, PH.D. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga

Muhammad Firdaus dan Agus Edhi Susanto. 2002. Perkoperasian : Sejarah, Teori dan Praktek. Jakarta : Ghalia Indonesia

Mutis, Thoby. 1992. Pengembangan Koperasi : Kumpulan Karangan. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia


(5)

commit to user

Nasrudin. 2006. ”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Anggota Koperasi Produksi Shuttlecocks Di Surakarta”. Skripsi, Fakultas Ekonomi UNS, tidak dipublikasikan

Pandji Anoraga & Ninik Widiyanti. 1995. Manajemen Koperasi. Jakarta : Pustaka Jaya

---. 1998. Dinamika Koperasi. Jakarta : Rineka Cipta

Prabowo, Andika Ari. 2008.” Anlisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Kredit Pada Koperasi (Studi di Kasus KUD Karya Bhakti

dan KPRI Ngudi Rahayu) Di Kabupaten Sukoharjo”. Skripsi, Fakultas

Ekonomi UNS, tidak dipublikasikan

Ropke, Jochen. 2003. Ekonomi Koperasi : Teori dan Manajemen. Jakarta : Salemba Empat

---. 1996. Teori Ekonomi Koperasi. Bandung : Unpad ---. 1995. Kewirausahaan Koperasi. Bandung : IKOPIN

Schaar, Marvin A. Cooperations, Principles and Practice. Coperative

Ext.Programes, University of Wiscounsin, Madison, 1971

Sevilla, G. Consuello, et all. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press

Suwandi, Ima. 1982. Koperasi : Organisasi Ekonomi Yang Berwatak Sosial. Jakarta : Bhratara Karya Aksara

Soewardi, Herman. 1995. Filsafat Koperasi atau Cooperativism. Bandung : IKOPIN

Swasono, Sri Edi. 1987. Koperasi di dalam Orde Ekonomi Indonesia. Jakarta : Ikrar Mandiriabadi


(6)