Penelitian Terdahulu Landasan Teori

9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Surtikanti 2005 meneliti pengaruh dividend per share DPS dan dividend payout ratio DPR terhadap abnormal return serta melihat perubahan abnormal return sebelum dan setelah tanggal pengumuman dividen. Hasil pengujian data gabungan 2000, 2001, dan 2002 menunjukkan bahwa pengaruh Dividend Per Share DPS dan Dividend Payout Ratio DPR secara signifikan terhadap abnormal return saham. Sedangkan dari uji perbedaan rata-rata terdapat perbedaan nyata rata-rata abnormal return sebelum dan setelah tanggal pengumuman dividen.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis, dan pengendalian kegiatan keuangan. Mereka yang melaksanakan kegiatan tersebut sering disebut sebagai manajer keuangan. Meskipun demikian, kegiatan keuangan tidaklah terbatas dilakukan oleh mereka yang menduduki jabatan seperti Direktur Keuangan, Manajer Keuangan, Kepala Bagian Keuangan, dan sebagainya, mungkin melakukan sekali kegiatan keuangan. Misalnya, keputusan untuk memperluas kapasitas pabrik, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 10 menghasilkan produk baru, jelas akan dibicarakan dan diputuskan oleh Direktur, tidak terbatas hanya oleh Direktur Keuangan. Banyak keputusan yang harus diambil oleh manajer keuangan dan berbagai kegiatan yang harus dijalankan mereka. Meskipun demikian kegiatan - kegiatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kegiatan utama, yaitu kegiatan menggunakan dana allocation of fund dan mencari pendanaan raising of fund . Dua kegiatan utama fungsi tersebut disebut sebagai fungsi keuangan Husnan, 1996:4. Manajemen keuangan merupakan bidang yang terluas dari tiga bidang keuangan dan memiliki kesempatan karir yang sangat luas. Manajemen keuangan sangat penting dalam semua jenis perusahaan, termasuk bank dan lembaga keuangan lainnya serta perusahaan industri dan ritel. Manajemen keuangan juga penting dalam kegiatan pemerintah, mulai dari sekolah, rumah sakit, hingga departemen jalan tol Brigham dan Houston, 2001: 6. 2.2.2. Investasi 2.2.2.1.Pengertian Investasi Menurut Sunariyah 1997:2: “Investasi adalah penanaman modal untuk salah satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang”. Sedangkan menurut Jogiyanto 2000:323: “Cara penanaman modal baik langsung maupuan tidak langsung yang bertujuan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 11 untuk mendapatkan manfaat keuntungan tertentu sebagai hasil penanaman modal tersebut”. Menurut Halim 2003:15, ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi antara lain adalah: a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang. b. Dorongan untuk memanfaatkan fasilitas dan kemudahan ekonomi dari pemerintah. Kebijakan yang sifatnya mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui fasilitas fiskal, moneter dan beberapa kemudahan diberikan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang tertentu. c. Dengan melakukan investasi dalam bidang usaha yang produktif dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, dapat menghindari merosot nilai kekayaan atau harta miliknya karena inflasi. 2.2.2.2.Proses Investasi Sebelum melakukan investasi seorang investor harus mengetahui terlebih dahulu proses-proses investasi, sebab dalam proses investasi itu dapat ditunjukkan bagaimana seharusnya seorang pemodal tersebut melakukan investasi dalam sekuritas seperti kapan investasi harus dilakukan, berapa banyak akan berinvestasi dan lain-lain. Langkah- langkah yang harus diperhatikan dalam suatu proses investasi, menurut Husnan 1996:47 adalah sebagai berikut : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 12 a. Melakukan kebijakan investasi Dalam tahap ini seorang investor harus terlebih dahulu menentukan tujuan investasi dan seberapa banyak investasi itu akan dilakukan. b. Analisis sekuritas Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendeteksi sekuritas mana yang nampaknya menguntungkan atau tidak menguntungkan, dapat dilakukan dengan menggunakan analisa teknikal dan analisa fundamental. c. Pembentuk portofolio Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih. d. Melakukan revisi portofolio Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya dengan maksud kalau perlu melakukan perubahan terhadap portofolio yang telah dimiliki. e. Evaluasi kinerja portofolio Dalam tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio baik tingkat keuntungan maupun resiko yang ditanggung. Pada saat ini ada tiga sasaran investasi yaitu sektor riil, sektor pasar uang dan sektor pasar modal. Pada masyarakat yang lebih mengarah pada tahapan industrialisasi, peranan pasar modal sebagai sarana investasi dan menghimpun dana produktif semakin besar. Hal ini tidak dapat dilepas dari pengembalian Dividen dan capital gain. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 13 Nilai suatu saham yang dipasarkan di pasar modal cenderung mencerminkan nilai ekonomis sesungguhnya karena adanya kemampuan untuk adaptasi dengan keadaan di masyarakat, serta mempunyai likuiditas yang tinggi dibanding sektor riil dan pasar perbankan. 2.2.3. Pasar Modal 2.2.3.1.Pengertian Pasar Modal Adapun yang dimaksud pasar modal seperti yang dikemukakan oleh Sunariyah 1997:129 dalam Pengantar Pengetahuan Pasar Modal adalah : “Tempat pertemuan antara penawaran dan permintaan surat berharga”. Jadi yang dimaksud dengan pasar modal adalah suatu organisasi yang menyediakan tempat bertemunya penawaran dan permintaan atas efek-efek yang berupa saham dan obligasi, dimana organisasi tersebut juga melaksanakan kegiatan administratif bagi kepentingan anggotanya. Dengan demikian organisasi tersebut diharapkan dapat mengalokasikan dana-dana yang dimiliki oleh kesatuan-kesatuan ekonomi yang ada dalam masyarakat secara efisien kepada pamakai akhir. 2.2.3.2.Efisiensi Pasar Modal Pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar modal yang harga sekuritas-sekuritasnya mencerminkan semua informasi yang tersedia dan relevan, seperti yang dinyatakan oleh Mishkins dan Eakins 2000:161 dalam Surtikanti 2005 “Eficient market theory is based on the assumtion Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 14 that prices of securities in financial market fully reflect all available information” . Berdasarkan pernyataan Mishkins dan Eakins tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin cepat informasi tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut. Fama 1970 dalam Surtikanti 2005 membagi modal efisien di pasar modal menjadi tiga bentuk berdasarkan informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan, seperti yang dikutip oleh Jones 1998:248 dalam Surtikanti 2005 : 1. Weak form : A market can be said to be weakly efficient if current price reflects all pass market data. The correct implication of aweak- form efficient market is that the past history of price information is if no value in assesing future changes in price. 2. Semistrong Form : A market can be said to be “efficient in the semi strong sense” if current prices refflect all available information. 3. Strong Form : A market can be said to be “efficient in the strong sense” if current prices refflect all available information. Menurut Brealy dan Myers 1996:329 dalam Surtikanti 2005 juga membagi efisiensi pasar modal menjadi tiga tingkat : Harry Robert has defined there levels of market efficiency. The first the case in which price reflect all information contained in the record of past prices. Robert called this semistrong form of efficiency. Finally, Harry Roberts envisage a strong form of efficiency in which prices reflect not just public Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 15 information but all the information that can be required by paintstaking analysis of the company on the economy . Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efisiensi pasar modal dibagi dalam tiga bentuk yaitu : 1. Efisiensi pasar modal dalam bentuk lemah 2. Efisiensi pasar modal dalam bentuk setengah kuat 3. Efisiensi pasar modal dalam bentuk kuat 2.2.3.3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pasar Modal Berdasarkan definisi pasar modal diatas dimana pasar modal merupakan pertemuan antara supply dan demand akan dana yang transferable. Secara rinci faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal Husnan, 1996:8 adalah sebagai berikut : a. Supply sekuritas, faktor ini adalah harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal. b. Demand akan sekuritas, faktor ini berarti harus terdapat anggota masyrakat yang memiliki jumlah dana yang cukup besar untuk dipergunakan membeli sekuritas yang ditawarkan. c. Kondisi ekonomi dan politik, faktor ini yang akhirnya mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas. d. Hukum dan Peraturan, pembeli sekuritas pada dasarnya mengandalkan pada informasi yang disediakan oleh perusahaan yang menerbitkan sekuritas. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 16 2.2.3.4.Pelaku dan Lembaga Penunjang dalam Pasar Modal 1. BAPEPAM, lembaga ini merupakan lembaga yang dibentuk oleh pemerintah untuk mengawasi pasar modal Indonesia. BAPEPAM merupakan singkatan dari Badan Pemeriksa Pasar Modal, setelah sebelumnya merupakan singkatan Badan Pelaksana Pasar Modal. 2. Bursa Efek, merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan perdagangan sekuritas. Di Indonesia terdapat dua Bursa Efek yaitu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Masing-masing mempunyai persyaratan tersendiri agar suatu sekuritas bisa didaftarkan. Di bursa inilah bertemu pembeli dan penjual sekuritas. 3. Akuntan Publik, peran akuntan publik pertama adalah memeriksa laporan keuangan dan memberikan pendapat terhadap laporan keuangan. 4. Underwriter, merupakan mediator yang mempertemukan emiten dengan pemodal. 5. Emiten, merupakan perusahaan yang memperoleh dana melalui pasar modal. 6. Pemodal, adalah orang-ornag atau badan-badan yang teertarik untuk menanamkan modal pada perusahaan sesuai dengan kemampuannya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 17

2.2.4. Saham

2.2.4.1.Pengertian Saham Saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Apabila seorang investor membeli saham, maka ia akan menjadi pemilik dan disebut sebagai pemegang saham perusahaan tersebut. Anoraga dan Pakarti, 2001 : 58. Saham biasa ada dua jenis, yaitu saham atas nama dan saham atas unjuk. Untuk saham atas nama, nama pemilik saham tertera diatas saham tersebut, sedangkan saham atas unjuk yaitu nama pemilik saham tidak tertera di atas saham tersebut. Seluruh hak-hak pemegang saham akan diberikan pada penyimpanan saham tersebut. 2.2.4.2.Harga Saham Menurut Arwanta dan Gantyowati 2004:29, Harga saham adalah harga pasar market value saham yang berlaku dalam pasar modal pada saat itu. Dalam proses penilaian saham perlu dibedakan antara nilai value dan harga price. Nilai adalah nilai intrinsik yang merupakan nilai nyata true value suatu saham yang ditentukan oleh beberapa faktor fundamental perusahaan. Menurut Halim 2003:11 jenis-jenis harga saham itu antara lain adalah : a. Harga Nominal Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 18 Harga nominal merupakan nilai yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkannya. Harga nominal itu tercantum dalam lembar saham tersebut. b. Harga Perdana Harga perdana merupakan harga sebelum saham tersebut dicantumkan di Bursa Efek. Besarnya harga perdana ini tergantung dari persetujuan antara emiten perusahaan penerbit saham dan penjamin emisi underwriter c. Harga Pasar Harga pasar merupakan harga jual investor yang satu ke investor lain. Harga saham terjadi setelah saham tersebut dicatatkan ke Bursa Efek atau disebut harga pasar sekunder. Harga ini yang benar-benar mewakili perusahaan penerbitnya, karena kecil sekali kemungkinan terjadi negosiasi antara investor dan perusahaan penerbit. Harga yang diterbitkan setiap hari adalah harga pasar ini. d. Harga Pembukaan Harga pembukaan merupakan harga yang diminta oleh penjual dari pembeli pada saat jam bursa dibuka. e. Harga Penutupan Harga penutupan merupakan harga yang diminta oleh penjual dari pembeli pada saat akhir bursa. f. Harga Tertinggi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 19 Transaksi saham tidak hanya sekali atau dua kali terjadi dalam satu hari., tetapi bisa berkali-kali dan tidak terjadi pada harga yang sama. Dari harga-harga yang terjadi tentu ada harga yang paling tinggi pada satu hari bursa tersebut, harga itu disebut harga tertinggi. g. Harga Terendah Harga terendah merupakan harga yang paling rendah pada satu hari bursa. h. Harga Rata-rata Harga rata-rata merupakan harga tertinggi dan harga terendah. Harga ini bisa dicatat untuk tansaksi harian, bulanan atau tahunan. i. Indeks Harga Saham Indeks harga saham mencerminkan situasi umum bursa efek. Indeks harga saham merupakan ringkasan atas berbagai faktor yang berpengaruh, terutama fenomena-fenomena ekonomi, social dan politik. Indeks harga saham adalah angka Indeks Harga saham yang telah disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga diharapkan bisa menghasilkan trend. 2.2.4.3.Indeks Harga Saham Menurut Sunariyah 2000:124 dalam Surtikanti 2005 indeks harga saham merupakan catatan terhadap perubahan – perubahan maupun pergerakan harga saham sejak mulai pertama kali beredar sampai pada Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 20 suatu saat tertentu. Sehingga indeks harga sahammemberikan harga-harga saham pada saat tertentu maupun dalam periodisasi tertentu pula. Sunariyah 2000:125 dalam Surtikanti 2005 menguraikan jenis- jenis indeks harga saham sebagai berikut : 1. Indeks Harga Saham Individual Indeks harga saham individual menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham, sampai pada tanggal tertentu. Rumus untuk menghitung indeks individual saham adalah : Di mana SI = Indeks individual saham Ps = Harga pasar saham P base = Harga dasar saham Indeks harga saham individual merupakan suatu nilai yang berfungsi untuk mengukur kinerja suatu saham tertentu di bursa saham. 2. Indeks Harga Saham Gabungan Indeks harga saham gabungan menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan, sampai pada tanggal tertentu.

2.2.5. Kebijakan Dividen

Dividen adalah bagian laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Baridwan 1992:434 menyatakan Dividen adalah pembayaran Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 21 sejumlah kas kepada pemegang saham PT yang sebanding dengan jumlah lembar yang dimiliki. Besarnya Dividen per lembar saham yang akan diterima oleh pemegang saham di antaranya tergantung pada laba perusahaan pada periode yang bersangkutan. Setiap lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham berhak atas laba bersih per saham earning per share dan Dividen per lembar saham Dividend Per ShareDPS. Pettit 1972:1993 dalam Surtikanti 2005 menyatakan bahwa pengumuman Dividen merupakan informasi yang digunakan pasar untuk menilai saham. Kebijakan dividen pada hakekatnya menentukan posisi laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan berapa banyak yang tidak dibagikan sabagai laba ditahan. Menurut Riyanto 1990:265, kebijakan dividen adalah bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan earning antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan di dalam perusahaan yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan di dalam perusahaan. Laba ditahan Retained Earning dengan demikian merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham atau “ equity investors “. Makin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan berarti makin sedikit laba yang dapat ditahan dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan Rate of Growth dalam pendapatan dan harga sahamnya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 22 Kalau perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatannya tetap di dalam perusahaan, berarti bahwa bagian dari pendapatan yang tersedia untuk pembayaran dividen adalah makin kecil. Gitman 1982:521 dalam Surtikanti 2005 menyatakan bahwa Dividend Per Share DPS sangat ditentukan pada jumlah dividen keseluruhan yang dibagikan perusahaan dibandingkan dengan banyaknya lembar saham yang terbit beredar. Dividen yang dibagikan kepada pemegang saham terdiri atas dividen tunai cash dividend dan dividen saham stock dividend. Dividen tunai cash dividend diberikan dalam bentuk uang sesuai dengan banyaknya lembar saham yang dimiliki pemegang saham. Sedangkan Dividen saham diberikan dalam bentuk lembar saham biasa common stock kepada pemegang saham, dengan dibagikan dividen saham maka jumlah lembar saham yang dimiliki pemegang saham akan bertambah sedangkan total modal yang dimiliki sama tetap sehingga pemberian dividen saham dapat mempengaruhi harga saham. Terdapat beberapa teori yang berkaitan dengan kebijakan dividen perusahaan. Kebijakan dividen mempengaruhi return yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam jangka panjang. Ada dua pendekatan mengenai kebijakan dividen tersebut yakni : 1. Sebagai kebijakan pendanaan jangka panjang. Pendekatan ini berpandangan bahwa laba setelah pajak yang diperoleh perusahaan merupakan sumber dana jangka panjang. Pembagian Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 23 dividen mengurangi sumber dana jangka panjang yang dapat biasanya digunakan untuk mendanai pengembangan usaha. Oleh karena itu, pembagian dividen akan mengakibatkan terjadinya penekanan pada perkembangan usaha atau memaksa pencairan dana ekstern. Jika perusahaan memiliki rencana pengembangan usaha yang cukup bagus maka sumber dana dari dalam perusahaan perlu ditingkatkan. 2. Sebagai kebijakan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Pendekatan ini berpandangan bahwa kebijakan dividen mempunyai pengaruh yang kuat terhadap harga pasar dari saham yang beredar. Oleh karena itu, manajer dituntut untuk membagikan dividen sebagai reward yang diharapkan oleh seorang investor untuk membeli saham tersebut. Menurut Brigham 1992 dalam Surtikanti 2005 terdapat tiga teori yang berkaitan dengan kebijakan dividen perusahaannya adalah sebagai berikut : 1 The bird in the hand theory dari Myron Gordon dan John Lithner, menyatakan bahwa high dividend policy is the best. Sebaiknya perusahaan membagikan Dividen sebesar-besarnya karena investor menyukai dividen yang tinggi. Pembagian dividen lebih baik daripada capital gain , karena investor memandang satu burung di tangan lebih berharga dibandingkan seribu burung di udara sehingga perusahaan semestinya menawarkan dividen yield yang lebih tinggi dividen dapat meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 24 2 Dividend irrelevance theory oleh Miller dan Modigliani, “dividend policy will have no effect on shareholder wealth” . Yang mana kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh dividen tidak relevan terhadap kesejahteraan shareholders. K ebijakan dividen dikatakan tidak relevan karena dividen sama sekali tidak mempengaruhi nilai perusahaan atau biaya modalnya. Nilai perusahaan tergantung pada kebijakan nilai investasi asetnya, bukan pada besarnya laba yang dibagi sebagai dividen atau besarnya laba yang tidak dibagi kepada para investor. Oleh karena itu, tidak akan pernah ada kebijakan dividen optimal karena setiap shareholder dapat menciptakan kebijakan dividennya sendiri. Hal ini disebabkan karena jika perusahaan tidak membayarkan dividen, shareholder dapat menciptakan sendiri dengan cara menjual sahamnya. Sebaliknya, jika perusahaan membagikan dividen yang lebih tinggi dari keinginan investor, maka investor dapat menggunakan dividen yang tidak diinginkan tersebut untuk membeli tambahan saham perusahaan. Sehingga apabila investor bisa menjual dan membeli saham untuk menentukan kebijakan dividennya sendiri tanpa menimbulkan pajak atau biaya-biaya lainnya, maka kebijakan dividen perusahaan menjadi tidak relevan lagi. Oleh karena itu, investor yang menginginkan tambahan dividen harus mencadangkan biaya komisi untuk menjual saham dan membayar pajak atas capital gains, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 25 sedangkan investor yang tidak menginginkan dividen harus membayar pajak atas dividen yang tidak diinginkan dan mencadangkan biaya komisi untuk membeli saham. Adanya pajak dan biaya komisi tersebut, maka kebijakan dividen menjadi tidak relevan. 3 Tax differential theory oleh Litzenberger dan Ramaswamy menyatakan bahwa “low dividend policy is the best”. Dividen dibagikan sekecil mungkin bahkan tidak perlutidak usah dibagikan jika ada kesempatan investasi yang menguntungkan, daripada mengeluarkan saham baru atau mengambil pinjaman dengan biaya yang lebih tinggi. Pandangan ini menyatakan bahwa investor lebih menyukai retained earnings dibandingkan dengan dividen, hal ini disebabkan karena pertimbangan pajak yang dikenakan terhadap capital gain lebih rendah. Teori ini menyarankan agar perusahaan membagikan Dividen yang rendah jika ingin memaksimalkan nilai sahamnya. Para investor lebih menyukai pembagian dividen yang lebih rendah dibandingkan yang tinggi karena pajak dari capital gains maksimum pada rate 20, sedangkan pajak dari pendapatan dividen pada rate di atas 39,6. Oleh karena itu, kesejahteraan investor yang memiliki sebagian besar saham dan menerima sebagian besar dividen terletak pada kesenangan mereka untuk menguasai perusahaan dan menanamkan kembali earnings mereka dalam bisnis. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 26 Pertumbuhan earnings akan mengarah pada harga saham yang lebih tinggi, dan pajak capital gains akan digantikan oleh pajak Dividen yang lebih tinggi.Selain itu, pajak tidak dibayar sampai gains saham terjual. Karena efek nilai waktu, pajak yang dibayar dimasa yang akan datang mempunyai effective cost yang lebih rendah daripada pajak yang dibayarkan saat ini. Jika saham dimiliki seseorang hingga dia meninggal, maka tidak akan ada pajak capital gains yang ditanggung. Karena keuntungan pajak ini, investor lebih suka menguasai sebagian besar earnings mereka di perusahaan. Sehingga, investor akan bersedia membayar lebih banyak untuk perusahaan yang low-payout dibandingkan untuk perusahaan yang highpayout . Selanjutnya Wetson dan Copeland 1994:203 dalam Surtikanti 2005 terdapat teori-teori lain yang berkaitan dengan kebijakan dividen perusahaan yaitu : 1 Information content of dividend atau dividend signaling hypothesis di mana kenaikkan dividen yang lebih besar daripada yang diperkirakan merupakan sinyal bagi investor. 2 Clientele effect theory yaitu kecenderungan perusahaan untuk menarik jenis investor yang menyenangi kebijakan dividen juga dapat terjadi. Terdapat beberpa aspek yang berhubungan dengan kebijakan dividen adalah : a. Stock dividend Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 27 b. Stock split c. Repurchase of stock d. Right isue 2.2.5.1.Dividend Per Share DPS Dividend per share merupakan total semua dividen tunai yang dibagikan dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar. Menurut Ang 1997 Dividen Per Share DPS merupakan total semua dividen yang dibagikan pada tahun buku sebelumnya, baik dividen intern, dividen total atau dividen saham. Menurut Horne dan Wachowicz 1998 dividen saham hanyalah merupakan pembayaran saham tambahan saham biasa pada pemegang saham. Dividen saham tersebut tidak lebih dari rekapitulasi perusahaan, proporsi kepemilikan dari pemegang saham tetap tidak berubah. Secara teoritis, dividen saham bukan sesuatu yang menyangkut nilai bagi para investor. Mereka menerima sertifikat saham tambahan tetapi kepemilikan proposional mereka atas perusahaan tersebut tidak berubah. Harga pasar saham akan menurun secara proporsional sehingga nilai tunai saham mereka tetap sama. Apabila pemegang saham ingin menjual sahamnya untuk memperoleh penghasilan, maka dividen saham lebih memudahkan penjualan tersebut. Tentunya, tanpa dividen saham para pemegang saham dapat juga menjual sebagian saham mereka untuk memperoleh penghasilan. Dividen saham merupakan pembayaran Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 28 tambahan saham biasa kepada pemegang saham. Dividen saham hanya menunjukkan perubahan pembukuan dalam perkiraan ekuitas pemegang saham pada neraca perusahaan. Proporsi kepemilikan saham dalam perusahaan tetap sama. Besar kecilnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham tergantung dari kebijaksanaan dividen masing-masing perusahaan dan ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. Dari segi perusahaan, membagikan dividen kepada para investor memerlukan pertimbangan yang mendalam karena perusahaan juga harus memikirkan kelangsungan pertumbuhan perusahaan. DPS = Dividen Tunai Ang 1997 dalam Intan 2009:8. Jumlah Saham Beredar 2.2.5.2.Dividend Payout Ratio DPR Menurut Ang 1997:623 Dividend pay out ratio merupakan perbandingan antara dividend per share DPS dengan earning per share EPS. Sedangkan menurut Husnan 2001:316 dalam Lestariningsih 2007:24 perusahaan hanya dapat memebagikan dividen semakin besar jika perusahaan mampu menghasilkan laba yang semakin besar, jika laba yang dihasilkan besarnya tetap, perusahaan tidak bisa membagikan dividen yang makin besar karena hal ini berarti perusahaan akan membagikan modal sendiri. Menurut Indriyo 2000:232 dalam Lestariningsih 2007:24 dividend pay out ratio adalah perbandingan antara dividen yang dibagikan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 29 prosentase. Semakin tinggi dividend pay out ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah Internal Financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil akan merugikan investor para pemegang saham tetapi internal financial perusahaan akan semakin kuat. Dividend pay out ratio dapat diukur sebagai dividen yang dibayarkan dibagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham umum. Perusahaan uang mempunyai risiko tinggi cenderung untuk membayar dividend pay out ratio lebih kecil supaya nanti tidak memotong dividen jika laba yang diperoleh turun. Untuk perusahaan yang berisiko tinggi, probabilitas untuk mengalami laba yang menurun adalah tinggi Jogiyanto, 2003:280 dalam Lestariningsih 2007:25. Dividend Payout Ratio DPR ini ditentukan perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham setiap tahun, penentuan DPR berdasarkan besar kecilnya laba setelah pajak. Deviden pay out ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus : DPR = EPS DPS Ang, 1997 : 623 dalam Lestariningsih 2007:24. Keterangan : DPR = Dividend payout ratio rasio pembayaran dividen DPS = Dividen per lembar saham EPS = Laba per saham Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 30

2.2.6. Abnormal Return

Jogiyanto 2000:415 menyatakan bahwa abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return ekspektasi return yang diharapkan oleh investor. Return menurut Ang 1997:202 adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukan. Husnan dan Astuti Pudji 1993:125 menyatakan bahwa abnormal return adalah selisih antara tingkat keuntungan sebenarnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan dihasilkan dengan menggunakan model tertentu. Dengan demikian abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi. Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya sedangkan return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi. Periode estimasi umumnya merupakan periode sebelum periode peristiwa. Periode peristiwa event period disebut juga dengan periode pengamatan atau jendela peristiwa event window. ARi,t = Ri,t – E[Ri,t] Peterson, 1989 dalam Kurniawati 2001:6. Keterangan : ARi,t = Abnormal return return tidak normal sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 31 Ri,t = Return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t. E[Ri,t] = Return ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t

2.2.7. Pengaruh Dividend Per Share DPS Terhadap Abnormal Return

Atmaja 2008:289 dalam pengujian ex-Dividend day menyatakan bahwa jika Dividend yield dan capital gains yield adalah indefferent, harga saham setelah hari pembayaran Dividen ex-Dividend day akan berkurang sebesar Dividen yang dibayarkan. Jika investor lebih suka capital gains, harga saham pada ex-Dividend day akan turun tetapi tidak sebesar Dividen yang dibayarkan. Ini disebabkan karena investor menghargai 1 rupiah Dividen tidak sebesar 1 rupiah capital gains. Pengujian ini dilakukan oleh Elton dan Gruber serta beberapa pengujian lain menunjukkan bahwa harga saham turun pada ex-Dividend day tetapi penurunannya tidak sebesar jumlah Dividen yang dibayarkan. Hal ini menunjukkan bahwa Dividend per share DPS mampu memberikan pengaruh yang positif terhadap abnormal return . Bukti empiris menunjukkan bahwa pada umumnya perusahaan di Amerika Serikat cenderung memberikan Dividen yang tetap jumlahnya atau meningkat secara konstan dari waktu ke waktu. Jarang sekali mereka memotong atau meniadakan pembayaran Dividen. Penemuan ini mendukung teori signalling hipotesys. Hasil penelitian Surtikanti 2005 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 32 menunjukkan dividend per share berpengaruh signifikan terhadap abnormal return. Dapat disimpulkan bahwa Dividend per share memberikan pengaruh yang positif terhadap abnormal return.

2.2.8. Pengaruh Dividend Payout Ratio DPR Terhadap Abnormal Return

Atmaja 2008:287 dalam teori signalling hipotesys menyatakan bahwa terdapat bukti empiris yang menyatakan bahwa jika ada kenaikan Dividen, sering diikuti oleh harga saham yang naik. Sebaliknya penurunan Dividen pada umumnya menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai Dividen daripada capital gains. Tapi Modigliani dan Miller 1996 mengatakan bahwa suatu kenaikkan Dividen yang di atas biasanya merupakan suatu sinyal kepada investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa mendatang. Sebaliknya suatu penurunan Dividen atau kenaikkan Dividen yang di bawah kenaikkan normal biasanya diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit di masa mendatang. Pengumuman Dividen mempunyai kandungan informasi information content di mana pasar memberikan reaksi atas pengumuman Dividen, ini terlihat pada perubahan abnormal return selama periode pengamatan. Dividen dapat berpengaruh positif terhadap abnormal return. Dari pengujian data dapat terlihat sikap investor dalam merespon Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 33 pengumuman Dividen ternyata menunjukkan pengaruh positif yang berarti investor lebih menyukai Dividen yang sifatnya lebih pasti daripada capital gains. Informasi Dividen dapat dijadikan salah satu sinyal tentang prospek cash flow perusahaan. Hasil penelitian Surtikanti 2005 menunjukkan dividend payout ratio berpengaruh signifikan terhadap abnormal return. Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Dividend payout ratio memberikan pengaruh yang positif terhadap abnormal return. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 34

2.3. Kerangka Konseptual

Dokumen yang terkait

Pengaruh Analisis Fundamental terhadap Dividend Payout Ratio dan Harga Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 61 137

Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Price/Earning Ratio (PER) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Terdaftar dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI)

3 63 94

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010

0 78 102

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Industri Perbankan Dan Industri Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 24 156

Pengaruh Earning Per Share dan Dividend Per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

12 85 93

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia

0 26 103

Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 47 96

PENGARUH DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR), EARNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 77

Pengaruh Return on Investment, Cash Ratio, Current Ratio, Earning Per Share dan Dividend Payout Ratio terhadap Cash Dividend pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009.

0 1 20

ANALISIS PENGARUH DIVIDEND PER SHARE DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO TERHADAP ABNORMAL RETURN SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 1 21