HAL :5
LAPORAN PENELITIAN JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PENGARUH ALIRAN LAMINER DAN TURBULEN TERHADAP PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MENGGUNAKAN REAKTOR OSILATOR
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Biodiesel dari Minyak Ikan II.1.1. Minyak Ikan
Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang banyak mengandung berbagai macam zat nutrisi. Menurut anonim, 2007 sebagai salah satu sumber
hewani, ikan mengandung antara lain : 1.
Selenium
2. Co-enzym Q10
3. Taurin
4. Asam Lemak tak Jenuh
II.1.2. Karakteristik Minyak Ikan
Minyak ikan yang diproduksi oleh UniSea Alaska mempunyai densitas sekitar 7,7 lbgallon dan dibandingkan dengan bahan bakar diesel
no- 2 yang memiliki densitas sekitar 7,1 lbgallon. Perbandingan minyak ikan dengan bahan bakar diesel no-2 tersebut menunjukkan bahwa minyak ikan
tersebut memiliki viscositas yang lebih tinggi, sedikit bersifat asam, daya pelumasan yang lebih rendah dan memiliki flash point yang lebih tinggi.
Minyak ikan dilaporkan memiliki kandungan sulfur 0,004 dari beratnya dan panas pembakaran sekitar 131.756 Btugallon dan dibandingkan dengan
bahan bakar diesel nomer 2 yang memiliki kandungan sulfur sekitar 0,05 dari beratnya dan panas pembakaran sekitar 137.000 Btugallon.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
HAL :6
LAPORAN PENELITIAN JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PENGARUH ALIRAN LAMINER DAN TURBULEN TERHADAP PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MENGGUNAKAN REAKTOR OSILATOR
Analisa terkini dari sampel minyak ikan dari UniSea pada juli 2002 menunjukan bahwa kandungan sulfur sekitar 0,0084 dari beratnya dan
panas pembakarannya sekitar 130.440 Btugallon. Nilai flash point dari sampel minyak ikan ini bertambah pada suhu diatas 230
o
F. Steigers,2002
II.1.2.Pemurnian Minyak
Untuk mendapatkan minyak yang bermutu baik, minyak dan lemak harus dimurnikan dari kotoran atau bahan - bahan yang terdapat didalamnya.
Cara - cara pemurnian dilakukan dalam beberapa tahap : 1.
Pengendapan settling dan pemisahan gumi degumming, bertujuan menghilangkan partikel - partikel halus yang tersuspensi atau yang
berbentuk koloidal. Pemisahan ini dilakukan dengan pemanasan uap dan adsorben, kadang kadang dilakukan centifuge.Ketaren,1986
2. Netralisasi dengan alkali, bertujuan memisahkan senyawa - senyawa
terlarut seperti fosfatida, asam lemak bebas dan hidrokarbon. Lemak dengan kandungan asam lemak bebas yang tinggi dipisahkan dengan
menggunakan uap panas dalam keadaan vakum, kemudian ditambahkan alkali. Sedangkan lemak dengan kandungan asam lemak bebas yang
rendah cukup ditambahkan NaOH atau garam NaCO
3
, sehingga asam lemak ikut fase air dan terpisah dari lemaknya.Ketaren,1986
3. Pemucatan, bertujuan menghilangkan zat zat warna dalam minyak dengan
penambahan adsorbing agent seperti arang aktif, tanah liat atau dengan reaksi reaksi kimia. Setelah penyerapan warna, lemak disaring dalam
keadaan vakum.Ketaren,1986
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
HAL :7
LAPORAN PENELITIAN JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PENGARUH ALIRAN LAMINER DAN TURBULEN TERHADAP PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MENGGUNAKAN REAKTOR OSILATOR
4. Penghilangan bau deodorisasi fish oil, bertujuan menghilangkan bau dan
rasa yang tidak enak dalam minyak. Prinsip deodorisasi yaitu penyulingan minyak dengan uap panas dalam tekanan atmosfer atau keadaan
vacum.Ketaren,1986
II.1.3. Natrium Hidroksida NaOH