2.2. Landasan Teori
2.2.1. Akuntansi Keuangan
2.2.1.1. Pengertian Akuntansi Keuangan
Menurut Accounting Principles APB No. 4, Akuntansi Keuangan adalah kegiatan jasa yang mempunyai fungsi untuk
menyediakan informasi kuantitatif tentang unit – unit usaha ekonomi terutama yang bersifat keuangan yang diperkirakan berguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Sedangkan menurut Junaedi Yusuf 2000 : 8 Akuntansi Keuangan adalah akuntansi yang bertujuan
menghasilkan informasi keuangan untuk memenuhi kepentingan pihak luar perusahaan, seperti pemegang saham pemilik, pemberi pinjaman
pihak luar perusahaan lainnya. Informasi keuangan disajikan dalam laporan keuangan dan penyelenggaraan akuntansi keuangan harus sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Menurut Yuliati dan Wahyudi 2006 : 10 Akuntansi Keuangan
merupakan bidang akuntansi yang berkaitan dengan bagaimana pencatatan dan penyusunan laporan keuangan dari satu kesatuan unit
usaha yang berpedoman pada prinsip – prinsip akuntansi umum GAAP, dan disebut Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan PSAK di
Indonesia. Soekarso menambahkan bahwa berpedoman pada prinsip – prinsip akuntansi umum GAAP, merupakan kewajiban bagi perusahaan
untuk mengikuti Standart Akuntansi Keuangan tersebut dalam menyusun laporan keuangan mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan
kepada pihak – pihak luar.
2.2.1.2. Tujuan Akuntansi Keuangan
Mardiasmo 2000 : 6 Akuntansi Keuangan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pihak ekstern perusahaan. Selanjutnya Mulyadi
2007 : 2 mengemukakan bahwa pihak ekstern perusahaan meliputi pemegang saham, kreditur, pelanggan, para analis keuangan, karyawan
dan berbagai instansi pemerintah. Sebagai contoh adalah seorang pemegang saham menghadapi dua alternative apakah ia akan membeli
saham, sedangkan instansi pemerintahan memerlukan informasi laba perusahaan untuk menetapkan jumlah pajak yang menjadi kewajiban
perusahaan. Dengan demikian jelas bahwa informasi keuangan diperlukan oleh
pihak luar sebagai petunjuk dalam pengambilan keputusan berdasarkan hubungan mereka dengan perusahaan yang bersangkutan.
2.2.1.3. Hasil Akuntansi Keuangan
Menurut Mulyadi 2007 : 5 - 6 Akuntansi keuangan menghasilkan laporan keuangan periodik yang pada umumnya terdiri dari
neraca, laba rugi, laporan laba ditahan, laporan perubahan modal dan laporan arus kas. Laporan keuangan ini berisi informasi ringkasan posisi
keuangan pada tanggal tertentu, hasil usaha, perubahan laba ditahan dan perubahan modal untuk periode tertentu, karena laporan tersebut
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pihak luar, maka informasi yang disajikan didalamnya bersifat ringkas dan mengenai kondisi perusahaan
secara keseluruhan.
2.2.2. Laporan Keuangan
2.2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan
Pada awalnya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai “alat penguji” dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk
selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja, tetapi juga sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan
perusahaan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang dapat
disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus kas dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan
yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan
tersebut misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga IAI, 2007: 1.
Menurut Munawir 2000 : 2 laporan keuangan adalah merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi antara data keuangan atau aktifitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas
perusahaan tersebut. Sedangkan menurut Baridwan 2000 : 17 laporan keuangan
merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang
bersangkutan, laporan keuangan inilah yang menjadi dasar bagi para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pembukuan
yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama satu periode akuntansi dan dinyatakan dalam satuan uang.
Pihak yang bertanggungjawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan adalah manajemen. Pihak pemakai laporan keuangan
menurut kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan IAI, 2007 : 2-3 adalah :
1. Investor
Investor membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi
yang mereka tanamkan. 2.
Karyawan Karyawan membutuhkan informasi mengenai stabilitas dan
profitabilitas perusahaan, serta informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan
balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja. 3.
Pemberi pinjaman Pemberi pinjaman membutuhkan informasi yang membantu
mereka memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dilunasi saat jatuh tempo.
4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang membantu untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang
akan terbayar saat jatuh tempo.
5. Pelanggan
Pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka terlibat dalam
perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan. 6.
Pemerintah Pemerintah berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan
aktifitas peusahaan, sehingga pemerintah dapat mengatur aktifitas perusahaan, menetapkan kebijakan tentang paak dan sebagai dasar
untuk menyusun statistik pendapatan nasional. 7.
Masyarakat Laporan keuangan dapat membantu masyarakat untuk
mendapat informasi kecenderungan trend dan perkembangan terakhir dari kondisi perusahaan.
Menurut PSAK No. 1 paragraf 38 manfaat suatu laporan keuangan akan berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya.
Suatu perusahaan sebaiknya mengeluarkan laporan keuangan paling lama 4 empat bulan setelah tanggal neraca. Faktor-faktor seperti kompleksitas
operasi perusahaan tidak cukup menjadi pembenaran atas ketidakmampuan perusahaan menyediakan laporan keuangan tepat waktu.
Selain itu jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkanakan kehilangan relevansinya.
Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal. Untuk menyediakan
informasi tepat waktu, sering kali perlu melaporkan sebelum seluruh
aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui, sehingga mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya, jika pelaporan ditunda sampai seluruh
aspek diketahui, informasi yang dihasilkan mungkin sangat andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambil keputusan. Dalam usaha mencapai
keseimbangan antara relevansi dan keandalan. Kebutuhan pengambil keputusan merupakan pertimbangan yang menentukan IAI 2007 : 8.
2.2.2.2. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan
apa yang telah dilakukan oleh manajemen stewardship atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya IAI, 2007: 3. Selanjutnya menurut Munawir 2000 : 3, laporan keuangan
disusun dengan tujuan untuk : 1.
Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan. 2.
Untuk menentukan atau mengukur efisiensi tiap-tiap bagian, proses atau produksi serta untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat
dicapai perusahaan yang bersangkutan. 3.
Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah diserahi wewenang dan tanggung jawab.
4. Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau
prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik.
2.2.2.3. Jenis – Jenis Laporan Keuangan
Di dalam penyajian suatu informasi keuangan perusahaan, biasanya mencakup semua laporan keuangan, yang terdiri dari neraca,
laporan rugi laba, laporan perubahan modal dan laporan aliran kas. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing laporan keuangan yang
dihasilkan pada tiap periode sebagai berikut : 1.
Neraca Balance Sheet Menurut Munawir 2000 : 13 mendefinisikan neraca sebagai
laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.
2. Laporan Laba-Rugi Income Statement
Menurut Munawir 2000 : 26 mendefinisikan laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan,
biaya, laba rugi yang di peroleh oleh perusahaan selama periode tertentu.
3. Laporan Perubahan Ekuitas Owners Equity
Menurut Munawir 2000 : 30 laporan perubahan modal adalah merupakan laporan atau ringkasan transaksi keuangan yang
terjadi selama satu periode dan memberikan alasan mengenai perubahan-perubahan tersebut.
4. Laporan Arus Kas Statement of Cash Flow
Menurut Munawir 2000 : 32, laporan arus kas adalah merupakan laporan yang disusun untuk menunjukkan perubahan kas
selama satu periode dan memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan
pengeluarannya.
2.2.3. Auditing
2.2.3.1. Pengertian
Auditing
”Report of the Commitee on Basic Auditing Concept of the American Accounting Association” Boynton,et.al, 2003 : 5 yang artinya
auditing sebagai suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan
peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak yang berkepentingan. Menurut Arens 2003: 15, Auditing adalah proses pengumpulan
dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten
dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
Sedangkan menurut Agoes 2004 : 3, pengertian Auditing adalah merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis,
oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-
bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Auditing merupakan suatu proses pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak
yang independen atas laporan keuangan perusahaan dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
tersebut
2.2.3.2. Tujuan
Auditing
Tujuan umum atas laporan keuangan oleh auditor adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material,
posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum Arens, 2003 : 200.
Terdapat empat tahap audit agar tujuan audit tersebut dapat tercapai Arens, 2003 : 226, yaitu sebagai berikut :
1. Merencanakan dan merancang pendekatan audit.
2. Melakukan dan merancang pengendalian dan transaksi.
3. Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo.
4. Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit.
Tujuan auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik IAI 2001 : 110.1, adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia. Menurut Mulyadi 2002 : 73, kewajaran laporan keuangan dinilai
berdasarkan asersi yang terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan.
Hasil dari pemeriksaan akuntansi auditing adalah yaitu sebagai berikut :
1. Berupa pernyataan pendapat dari auditor independen.
2. Yang dituangkan dalam laporan akuntan.
3. Berdasarkan standar auditing yang diterapkan oleh IAI.
2.2.3.3. Manfaat
Auditing
Sesuai peranannya dalam masyarakat, audit memberikan berbagai manfaat praktis kepada berbagai kelompok sosial Holmes dan Burns,
1993: 5, yaitu : 1.
Manfaat yang terutama akan dinikmati oleh pihak yang diaudit : a.
Audit yang independen menambah kredibilitas laporan keuangannya.
b. Audit berguna mengurangi kecurangan di kalangan manajemen
dan para karyawan yang diaudit. c.
Laporan keuangan yang sudah diaudit dapat memberikan dasar yang lebih dipercaya untuk penyiapan surat pemberitahuan pajak
dan laporan keuangan lain yang harus diserahkan kepada pemerintah, sehingga dengan demikian mengurangi audit oleh
pemerintah. d.
Laporan keuangan yang sudah diaudit membuka pintu bagi masuknya sumber-sumber pembiayaan dari luar.
e. Audit yang independen seringkali menyingkapkan kesalahan dan
penyimpangan moneter dalam catatan keuangan klien, sehingga dengan demikian dapat menemukan biaya atau pendapatan yang
hilang. f.
Audit memberikan sumber jaminan yang tidak memihak pada kelompok perusahaan yang dikendalikan, bahwa kebijakan dan
prosedur perusahaan tersebut betul-betul ditaati dengan cermat dan konsisten di seluruh perusahaan itu.
2. Manfaat yang terutama akan dinikmati oleh anggota-anggota lain
dalam dunia usaha : a.
Laporan keuangan yang sudah diaudit memberikan dasar yang lebih menyakinkan kepada para rekanan dan para kreditor untuk
mengambil keputusan yang menyangkut pemberian kredit. b.
Laporan keuangan yang sudah diaudit memberikan dasar yang terpercaya kepada para investor dan calon investor untuk menilai
prestasi investasi dan kepengurusan manajemen. c.
Laporan keuangan yang sudah diaudit dapat memberikan dasar yang lebih meyakinkan kepada perusahaan-perusahaan asuransi
untuk menyelesaikan klaim atas kerugian yang bisa diasuransikan.
d. Laporan keuangan yang sudah diaudit dapat memberikan dasar
yang objektif kepada serikat buruh dan pihak yang diaudit untuk menyelesaikan sengketa mengenai upah dan tunjangan
karyawan.. e.
Laporan keuangan yang sudah diaudit memberikan dasar yang independen kepada pemberi maupun penjual untuk menemukan
syarat-syarat penjualan, pembelian, atau penggabungan perusahaan.
f. Laporan keuangan yang sudah diudit memberikan dasar yang
lebih meyakinkan kepada para pelanggan atau klien untuk menilai profitabilitas atau rentabilitas perusahaan itu, efisiensi
operasionalnya, dan keadaan keuangannya.
3. Manfaat yang terutama akan dinikmati oleh badan pemerintah dan
mereka yang bergerak dalam bidang hukum : a.
Suatu pemberitauan pajak dan laporan keuangan yang berisi informasi yang dikutip dari laporan keuangan yang sudah diaudit
memberikan tambahan kepastian yang independen tentang kecermatan dan keterandalan kepada badan pemerintah.
b. Audit yang independen atas laporan keuangan dari badan-badan
khusus yang melayani kepentingan umum, seperti bank dan pelayanan masyarakat lainnya, memberikan suatu sarana yang
independen kepada berbagai badan pemerintah untuk membatasi usaha pemeriksaan khusus mereka.
c. Laporan keuangan yang sudah diaudit memberikan dasar yang
independen kepada mereka yang bergerak di bidang hukum untuk mengurus harta warisan dan harta titipan, menyelesaikan masalah
dalam kebangkrutan insolvensi, dan menentukan pelaksanaan perjanjian persekutuan dengan cara yang semestinya.
d. Audit yang independen memegang peranan yang menentukan
dalam mencapai tujuan undang-undang keamanan nasional.
2.2.3.4. Jenis Audit
Menurut Arens, 2003: 18, audit umumnya terbagi menjadi tiga jenis yaitu :
1. Audit Operasional
Audit operasional adalah tinjauan atas bagian tertentu dari prosedur serta metode operasional organisasi tertentu yang bertujuan
mengevaluasi efisiensi serta efektivitas prosedur serta metode tersebut. Pada saat suatu audit operasional selesai dilaksanakan,
manajemen biasanya akan mengharapkan sejumlah rekomendasi untuk meningkatkan kegiatan operasional perusahaan.
2. Audit Kepatuhan
Audit kepatuhan adalah menentukan apakah klien auditee telah mengikuti prosedur, tata cara, serta peraturan yang dibuat oleh
otoritas yang lebih tinggi. 3.
Audit atas Laporan Keuangan Audit atas laporan keuangan dilaksanakan untuk menentukan
apakah seluruh laporan keuangan informasi yang diuji telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu. Umumnya, kriteria
tersebut adalah pernyataan standar akuntansi keuangan, walaupun merupakan hal yang umum untuk melaksanakan audit atas yang
dibuat dengan metode kas atau metode akuntansi lainnya yang cocok bagi organisasi tersebut.
2.2.3.5. Jenis Auditor
Menurut Mulyadi 2002: 28-29, pada umumnya auditor terbagi menjadi tiga yaitu :
1. Auditor Independen
Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam
bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya.
Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai laporan keuangan seperti : kreditur, investor, calon kreditur, calon investor,
dan instansi pemerintah terutama instansi pajak. Auditor independen harus telah lulus dari jurusan akuntansi
fakultas ekonomi atau mempunyai ijazah yang disamakan, telah mendapat gelar dari Panitia Ahli Pertimbangan Persamaan Ijazah
Akuntan, dan mendapat izin praktik dari Menteri Keuangan. Profesi auditor independen memperoleh honorairum dari
kliennya dalam menjalankan keahliannya, namun auditor independen harus independen, tidak memihak kepada kliennya.
2. Auditor Pemerintahan
Auditor pemerintahan adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas
pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban
keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Yang disebut auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan BPKP dan Badan Pemeriksa Keuangan BPK, serta instansi pajak.
BPKP adalah instansi pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia dalam bidang
pengawasan keuangan dan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Tugas pokoknya adalah melaksanakan audit atas laporan
keuangan instansi pemerintah, projek-projek pemerintah, Badan
Usaha Milik Negara BUMN, Badan Usaha Milik Daerah BUMD, projek pemerintah, dan perusahaan-perusahaan swasta yang
pemerintah mempunyai modal yang besar didalamnya. BPK adalah lembaga tinggi negara yang tugasnya melakukan
audit atas pertanggungjawaban keuangan Presiden Republik Indonesia dan aparat di bawahnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat
DPR. Instansi pajak adalah unit organisasi di bawah Departemen
Keuangan yang tugas pokoknya adalah mengumpulkan beberapa jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah. Tugas pokok auditor yang
bekerja di instansi pajak adalah mengaudit pertanggungjawaban keuangan masyarakat wajib pajak kepada pemerintah dengan tujuan
untuk memverifikasi apakah kewajiban pajak telah dihitung oleh wajib pajak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam undang-
undang pajak yang berlaku. 3.
Auditor Intern Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan
perusahaan negara maupun perusahaan swasta yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan
informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. Umumnya pemakai jasa auditor intern adalah Dewan Komisaris atau Direktur
Utama perusahaan.
2.2.3.6. Standart Auditing
Pedoman utama bagi para auditor adalah 10 standar auditing atau 10 Generally Accepted Auditing Standards GAAS yang disusun oleh
AICPA pada tahun 1947. Pada tahun 2001 standar tersebut diadaptasi oleh Ikatan Akuntansi Indonesia IAI di Indonesia terdiri dari lima
standar, salah satunya yaitu Standar Auditing. Standar auditing ini yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari
sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu: 1.
Standar Umum a.
Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai seorang
auditor. b.
Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor. c.
Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat
dan seksama. 2.
Standar Pekerjaan Lapangan a.
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern
harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang harus dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan yang diaudit. 3.
Standar pelaporan a.
Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia. b.
Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya. c.
Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan
auditor. d.
Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang
jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
2.2.3.7. Laporan
Audit
Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya, dimana didalam
laporan tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan Mulyadi, 2002: 12.
Bentuk baku laporan audit menurut Arens 2003: 66 adalah sebagai berikut :
1. Judul laporan
Standar auditing mewajibkan setiap laporan diberi judul laporan, dan dalam judul tersebut tercantum pula kata independen.
2. Alamat laporan audit
Laporan ini umumnya ditujukan kepada perusahaan, para pemegang saham atau dewan direksi perusahaan. Dalam tahun-tahun
terakhir ini, telah menjadi suatu kebiasaan untuk mengelamatkan laporan ini kepada para pemegang saham untuk menunjukkan bahwa
auditor itu independen terhadap perusahaan dan dewan direksi perusahaan yang diaudit.
3. Paragraf pendahuluan
Dalam paragraf pendahuluan terdapat tiga pernyataan inti, yaitu sebagai berikut :
a. Pernyataan sederhana bahwa kantor akuntan publik bersangkutan
telah melaksanakan suatu audit. b.
Mencantumkan laporan keuangan yang diaudit, termasuk tanggal nearaca, dan periode-periode akuntansi untuk laporan laba-rugi
dan laporan arus kas.
c. Menyatakan bahwa laporan keuangan tersebut merupakan
tanggung jawab manajemen dan bahwa tanggung jawab auditor adalah untuk menyatakan suatu pendapat atas laporan itu
berdasarkan suatu audit. 4.
Paragraf scope lingkup audit Paragraf lingkup audit adalah pernyataan aktual mengenai apa
yang telah dilakukan auditor didalam audit, menyatakan bahwa auditor bersangkutan mengikuti standar auditing yang ditetapkan
Ikatan Akuntansi Indonesia, bahwa audit dirancang untuk dapat memperoleh keyakinan memadai tentang laporan keuangan yang
bebas dari salah saji yang material, juga mengenai bukti-bukti audit. 5.
Paragraf pendapat Paragraf terakhir dalam laporan audit standar memuat
kesimpulan auditor berdasarkan hasil dari proses audit yang telah dilakukan. Paragraf ini dengan tegas menyatakan bahwa yang
diberikan adalah suatu pendapat opini saja daripada sebagai suatu pernyataan yang mutlak atau suatu jaminan.
6. Nama KAP
Nama tersebut mengindentifikasikan kantor akuntan publik atau praktisi mana yang telah melaksanakan proses audit. Umumnya
yang dituliskan adalah nama kantor akuntan publik karena seluruh bagian dari kantor akuntan publik tersebut bertanggung jawab, baik
secara hukum maupun secara profesi, dalam memastikan agar kualitas pekerjaan audit memenuhi standar profesi.
7. Tanggal laporan audit
Tanggal yang tepat untuk dicantumkan dalam laporan audit adalah tanggal saat auditor menyelesaikan prosedur audit terpenting
di lokasi pemeriksaan. Tanggal ini merupakan tanggal yang penting pula bagi para pengguna laporan keuangan karena tanggal tersebut
menunjukkan kapan saat terakhir sang auditor masih bertanggung jawab atas peristiwa yang terjadi setelah tanggal laporan keuangan.
2.2.4. Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM
Bapepam merupakan lembaga atau otoritas tertinggi di pasar modal yang melakukan pengawasan dan pembinaan atas pasar modal. Bapepam
diharapkan dapat mewujudkan tujuan penciptaan kegiatan pasar modal yang teratur, wajar, transparan, efisien serta penegakan peraturan law
enforcement, dan melindungi kepentingan investor di pasar modal. Bapepam secara struktural ada di bawah pengawasan dan pengendalian
Menteri Keuangan Tjiptono dan Hendy, 2001: 14. Pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan pasar modal Indonesia
sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 1548KMK.0131990 tentang pasar modal, yaitu salah satunya Bapepam
yang merupakan lembaga pemerintah yang bertugas untuk Sunariyah 2004: 45 :
1. Mengikuti perkembangan dan mengatur pasar modal sehingga efek
dapat ditawarkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat umum.
2. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap lembaga-lembaga
dan profesi-profesi penunjang yang terkait dalam pasar modal. 3.
Memberi pendapat kepada menteri keuangan mengenai pasar modal beserta kebijakan operasionalnya.
Sekalipun sebagian besar informasi yang diminta oleh BAPEPAM tidak memerlukan keterlibatan langsung seorang akuntan publik, ketentuan
yang berlaku mewajibkan pula disertakannya laporan keuangan, yang dilampiri dengan opini akuntan publik sebagai bagian dari pernyataan
pendaftaran emisi dan laporan-laporan selanjutnya.
2.2.5. Audit Delay
Sejauh ini belum ada teori yang membahas secara mendalam tentang audit delay, meskipun sudah banyak penelitian yang dilakukan
berkaitan dengan audit delay. Di lain pihak kita tahu bahwa auditing merupakan kegiatan yang memakan waktu dan diperlukan ketelitian
sehingga kadang-kadang publikasi dari laporan keuangan tersebut menjadi tertunda.
Menurut Ashton et.al 1987: 272 dalam Varianada Halim 2000 audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit atas suatu laporan
keuangan perusahaan yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan keuangan auditan. Jangka
waktu tersebutlah yang menjadi pembahasan yang disebut audit delay. Audit delay adalah perbedaan waktu antara tanggal laporan
keuangan dengan tanggal opini audit terbitan, yang mengidentifikasikan
tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor Subekti dan Wulandari, 2004 : 992. Semakin panjang audit delay, maka
semakin lama auditor menyelesaikan auditnya. Jika audit delay semakin panjang, maka kemungkinan keterlambatan penyampaian laporan keuangan
akan semakin besar. Suatu laporan keuangan yang dipublikasikan harus terlebih dahulu diaudit oleh auditor yang tergabung dalam KAP.
Tujuan menyeluruh dari suatu audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah menyajikan
secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum Supriyati dan Rolinda, 2007 : 112
Penyampaian dan publikasi laporan keuangan auditan kepada regulator dan publik merupakan suatu keharusan bagi emiten yang diatur
dalam suatu perundang-undangan pasar modal, yaitu Keputusan BAPEPAM dan Lembaga Keuangan No: KEP-460BL2008 tentang
kewajiban penyampaian laporan berkala yaitu bahwa perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit
selambat-lambatnya sembilan puluh hari terhitung sejak tanggal berakhirnya tahun buku. Aturan ini mewajibkan emiten menyampaikan
laporan keuangan berkala akhir tahun dan tengah tahunan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan SAK dari Ikatan Akuntansi
Indonesia IAI. Aturan ini juga mewajibkan laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan Akuntan dengan pendapat yang lazim dan
disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga sembilan puluh hari setelah tanggal laporan keuangan tahunan serta
harus diumumkan dalam sekurang-kurangnya 2 dua surat kabar harian berbahasa Indonesia yang satu diantaranya mempunyai peredaran nasional
dan lainnya yang terbit di tempat kedudukan Emiten. Keterkaitan lamanya waktu yang dibutuhkan akuntan publik untuk
menyelesaikan proses pengauditan hingga penyajian opininya atas laporan keuangan tahunan, merupakan faktor utama yang mempengaruhi proses
penyajiannya publik, dibawah ketentuan batas waktu yang diharuskan oleh regulator pasar modal.
Apabila ketepatan ini dilanggar, maka BAPEPAM akan mengenakan sanksi bagi perusahaan yang tidak mematuhinya. Manajemen
perusahaan sangat menghargai jika auditor mampu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Dan auditor memerlukan waktu yang cukup agar
dapat mengumpulkan bukti-bukti kompeten yang dapat mendukung opini auditor; yang sesuai dengan standar pekerjaan lapangan ketiga bahwa audit
kompeten harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan yang diaudit. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay diantaranya
yaitu tingkat profitabilitas, labarugi, debt to equity ratio rasio hutang, ukuran perusahaan, umur perusahaan, jenis industri, jenis pendapat akuntan
publik opini, kualitas audit, KAP, lamanya menjadi klien KAP, bulan penutupan tahun buku. Namun tidak semua faktor dari penilitian yang
pernah dilakukan dimasukkan dalam penelitian ini, dalam penelitian ini diteliti tiga faktor yang berpengaruh terhadap audit delay yaitu LabaRugi,
Ukuran Perusahaan, dan Jenis Pendapat Auditor.
2.2.6. Laba Rugi
Laporan Laba Rugi Income Statement merupakan salah satu komponen laporan keuangan yang sangat penting bagi pemakai informasi
laporan keuangan. Laporan laba rugi menunjukkan pendapatan dari penjualan, berbagai biaya dan laba yang diperoleh selama periode tertentu.
Suad Husnan 2001 : 36 Menurut Jay.M. Smith.Jr,K. Freed Skousen, 1984 menyatakan
bahwa perhitungan labarugi adalah laporan yang mengikhtisarkan aktivitas-aktivitas usaha untuk suatu periode tertentu dan melaporkan
labarugi bersih hasil operasi dan dari aktivitas tertentu lainnya Soetedjo, 2006 : 82.
Selanjutnya menurut Baridwan 2000 : 30-31, laporan laba atau rugi income statement adalah merupakan suatu laporan yang
menunjukkan pendapatan - pendapatan dan biaya-biaya dari satu unit usaha untuk suatu periode tertentu. Dan selisih antara pendapatan dan biaya
merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh perusahaan. 1.
Laba Gains Adalah kenaikan modal aktiva bersih yang berasal dari
transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi
badan usaha selama satu periode kecuali yang timbul dari pendapatan revenue atau investasi oleh pemilik.
2. Rugi Loss
Adalah penurunan modal aktiva besih dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha
dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama periode kecuali yang timbul dari biaya expense atau
distribusi pada pemiliknya. Rugi atau laba bersih untuk periode berjalan menurut Standar
Akuntansi Keuangan No. 25 Tahun 2007, dengan dinyatakan dalam paragraf 7, 8, 9 seperti berikut ini:
a. Semua unsur pendapatan dan beban yang diakui dalam periode
tercakup dalam penetapan laba atau rugi bersih untuk periode tersebut kecuali jika standar akuntansi keuangan yang berlaku
mensyaratkan atau memperbolehkan sebaliknya. b.
Biasanya semua unsur atau beban yang diakui dalam satu periode tercakup dalam penetapan laba atau rugi bersih untuk periode
tersebut. Termasuk juga pos luar biasa dan dampak perubahan estimasi akuntansi. Tetapi dalam keadaan tertentu mungkin
diperlukan untuk mengeluarkan unsur-unsur tertentu dari laba atau rugi bersih untuk periode selanjutnya.
c. Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan terdiri atas unsur-
unsur berikut yang masing-masing harus diungkapkan pada laporan laba atau rugi yaitu laba atau rugi dari aktivitas normal dan
pos luar biasa.
2.2.6.1. Pengaruh LabaRugi dengan
Audit Delay
Perusahaan yang mengalami keuntungan akan menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu Dyer dan McHugh, 1975 dalam
Saleh, 2004: 900 karena dengan mengumumkan labanya maka akan berdampak positif terhadap penilaian pihak lain atas kinerja
perusahaannya. Penilaian yang baik atas kinerja tersebut akan berdampak positif bagi posisi finansial dan non finansial perusahaan. Misalnya akan
ada investor yang tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan yang labanya cukup tinggi atau pada perusahaan yang labanya stabil dan tidak
pernah merugi. Hal tersebut tentu akan memperkuat posisi finansial perusahaan yang bersangkutan.
Dan sebaliknya, pada perusahaan yang mengalami kerugian akan melaporkan terlambat Dyer dan McHugh, 1975 dalam Saleh, 2004: 900
karena dengan mengumumkan terjadinya rugi, maka akan membawa reaksi negatif dari pasar dan turunnya penilaian atas kinerja
perusahaannya. Rendahnya penilaian atas kinerja dapat membawa dampak negatif bagi posisi finansial maupun non finansial perusahaan.
Menurut Givoly dan Palmon bahwa ketepatan waktu dan keterlambatan pengumuman laba tahunan dipengaruhi oleh isi laporan
keuangan. Jika pengumuman laba berisi berita baik pihak manajemen akan cenderung melaporkan tepat waktu dan sebaliknya Saleh: 2004:
900. Ashton et. Al 1987 menghasilkan bukti bahwa audit delay
cenderung panjang bagi perusahaan publik yang mengumumkan kerugian. Ini berkaitan dengan akibat yang dapat ditimbulkan oleh pasar
terhadap pengumuman rugi tersebut bagi perusahaan. Oleh karena itu, auditor cenderung berhati-hati dan mengambil prosedur-prosedur audit
yang menurun dapat memastikan nilai kerugian atau tingkat profitabilitas yang menurun tersebut. Ini berarti memperpanjang audit delay Halim:
2000: 66. Menurut penelitian Carslaw dan Kaplan 1991 bahwa perusahaan
yang melaporkan kerugian mungkin akan meminta auditor untuk mengatur waktu auditnya lebih lama dibandingkan biasanya Subekti dan
Widiyanti: 2004: 993. Menurut Made Gede 2004 juga menyatakan bahwa perusahaan
yang melaporkan kerugian mungkin akan meminta auditor untuk mengatur waktu auditannya lebih lama dibandingkan biasanya.
Sebaliknya, jika perusahaan melaporkan laba yang tinggi, maka perusahaan berharap laporan keuangan auditan dapat diselesaikan
secepatnya sehingga good news tersebut segera dapat disampaikan kepada para investor dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya Supriyati dan
Rolinda: 2007: 114.
2.2.7. Ukuran Perusahaan
2.2.7.1. Pengertian Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan variabel yang paling sering diteliti, karena ukuran perusahaan sebagai salah satu karakteristik perusahaan
yang terkait dengan ketepatwaktuan laporan keuangan dan juga merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan. Oleh karena itu,
semakin besar perusahaan maka akan melaporkan dengan lebih banyak sumber informasi.
Dalam penelitian ini ukuran perusahaan menggunakan indikator total aktiva total assets. Definisi dari total aktiva adalah segala sesuatu
yang sah dimiliki oleh perusahaan Stice, et. al 2004: 137. Sedangkan FASB dalam Concept No 3 – Element of Financial Statement of Business
Enterprises menyatakan bahwa aktiva adalah manfaat ekonomis di masa yang akan dating yang diharapkan akan diterima oleh suatu badan usaha
sebagai hasil dari transaksi-transaksi di masa lalu Baridwan, 1997: 20. Menurut Riyanto 2001 : 299 suatu perusahaan yang besar
dimana sahamnya tersebar dengan luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan
hilangnya atau tergesernya control dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya perusahaan yang kecil dimana
sahamnya hanya tersebar di lingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya
control dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan, dengan demikian maka pada perusahaan yang besar dimana sahamnya
tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan
dibandingkan dengan perusahaan yang kecil.
2.2.7.2. Pengaruh Ukuran Perusahaan dengan
Audit Delay
Audit delay akan semakin panjang jika yang diaudit skalanya makin besar. Hal tersebut berkaitan dengan semakin banyaknya jumlah
sampel yang harus diambil dan semaki luas prosedur audit yang harus ditempuh Halim, 2000.
Menurut SPAP seksi 319 paragraf 41, sifat dan luasnya prosedur yang dilaksanakan umumnya bervariasi dari suatu entitas ke entitas lain
serta dipengaruhi oleh ukuran dan kompleksitas entitas tersebut. Berdasarkan literatur Boynton dan Kell 2001: 24 bahwa audit
delay akan semakin lama apabila ukuran perusahaan yang akan diaudit semakin besar. Hal ini berkaitan dengan semakin banyaknya jumlah
sampel yang harus diambil dan semakin luas prosedur audit yang harus ditempuh Halim: 2000: 110.
Berbeda dengan pernyataan diatas, menurut Courtis 1976, Gilling 1977, Ashton et. al 1987 bahwa faktor ukuran perusahaan
dengan indikator total aktiva memiliki pengaruh yang besar terhadap audit delay. Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin besar nilai aktiva
perusahaan klien, maka akan semakin pendek audit delay dan sebaliknya Subekti dan Widiyanto: 2004 : 992.
Dyer dan McHugh 1975 menyatakan bahwa perusahaan besar diduga akan menyelesaikan auditnya lebih cepat dibandingkan dengan
perusahaan kecil. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor, salah satunya adalah manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan
intensif untuk mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan
pemerintah. Pihak-pihak ini sangat berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan.
Oleh karena itu perusahaan berskala besar cenderung mengalami tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan hasil audit lebih
awal Subekti dan Widiyanti, 2004 : 993. Dengan demikian tampak bahwa ukuran perusahaan sebagai suatu fungsi dari ketepatwaktuan
penyampaian laporan keuangan. Selain itu kecenderungan yang terjadi, semakin besar ukuran
perusahaan maka semakin baik struktur pengendalian intern perusahaan. Hal tersebut akan memudahkan auditor dalam menyelesaikan pekerjaan
auditnya, karena dengan struktur pengendalian intern perusahaan yang baik maka akan sedikit pengujian yang harus dilakukan oleh auditor.
Berdasarkan dari uaraian di atas dapat ditarik disimpulkan bahwa ukuran perusahaan akan sangat berpengaruh terhadap ketepatwaktuan
laporan auditan.
2.3. Kerangka Pikir