PENGARUH LABA RUGI DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Oleh : IDA MAYASARI 0613010116/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

TERHADAP AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN PROPERTI

DAN REAL ESTATE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK

INDONESIA

yang diajukan :

IDA MAYASARI 0613010116/FE/EA

disetujui untuk ujian lisan oleh

Pembimbing Utama

Drs. Ec. Eko Riadi, MAks Tanggal : ……….

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi NIP. 030.194.437


(3)

PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA Disusun Oleh :

IDA MAYASARI 0613010116/FE/EA

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur pada tanggal 26 Maret 2010

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Drs. Ec. Eko Riyadi, MAks Dr. Indrawati Yuhertiana, MM, Ak Sekretaris

Drs. Ec. Syafi’i, MM, Ak

Anggota

Drs. Ec. Eko Riyadi, MAks

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur

Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM NIP. 030 202 389


(4)

dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Pengaruh Laba Rugi dan Ukuran Perusahaan terhadap Audit Delay pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia”, dapat terselesaikan dengan baik.

Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.

Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. H. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Bapak Drs. Ec. Eko Riadi, MAks, selaku Dosen Pembimbing Utama, yang

telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan saran untuk penulis.

5. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Uneversitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur


(5)

7. Buat Mama dan Papaku yang tercinta, serta buat saudara – saudaraku yang tersayang, tiada kata yang bisa ananda ucapkan, selain kata terima kasih yang sebanyak - sebanyaknya, karena beliaulah yang selama ini telah memberi dorongan semangat baik material maupun spiritual, dan memberikan curahan kasih sayangnya sampai skripsi ini selesai.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan, memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.

Surabaya, Febuari 2010

Penulis


(6)

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

ABSTRAKSI... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah... 7

1.3. Tujuan Penelitian... 7

1.4. Manfaat Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 9

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1. Akuntansi Keuangan ... 12

2.2.1.1. Pengertian Akuntansi Keuangan ... 12

2.2.1.2. Tujuan Akuntansi Keuangan... 13

2.2.1.3. Hasil Akuntansi Keuangan... 13

2.2.2. Laporan Keuangan ... 14

2.2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 14

2.2.2.2. Tujuan Laporan Keuangan... 17

2.2.2.3. Jenis – Jenis Laporan Keuangan ... 18

2.2.3. Auditing... 19

2.2.3.1. Pengertian Auditing ... 19

2.2.3.2. Tujuan Auditing ... 20


(7)

2.2.3.6. Standart Auditng ... 27

2.2.3.7. Laporan Audit ... 29

2.2.4. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) ... 31

2.2.5. Audit Delay ... 32

2.2.6. Laba Rugi ... 35

2.2.6.1. Pengaruh Laba Rugi dengan Audit Delay... 36

2.2.7. Ukuran Perusahaan... 38

2.2.7.1. Pengertian Ukuran Perusahaan ... 38

2.2.7.2. Pengaruh Ukuran Perusahaan dengan Audit Delay ... 39

2.3. Kerangka Pikir ... 41

2.4. Hipotesis ... 42

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 43

3.2. Teknik Penentuan Populasi dan Sampel ... 44

3.2.1. Populasi ... 44

3.2.2. Sampel... 44

3.3. Teknik Pengumpulan Data... 46

3.3.1. Jenis Data ... 46

3.3.2. Sumber Data... 46

3.3.2. Pengumpulan Data ... 46


(8)

3.6. Teknik Analisis Dan Pengujian Hipotesis ... 48

3.6.1. Teknik Analisis ... 48

3.6.2. Uji Hipotesis... 49

3.6.2.1. Uji Kesesuaian Model... 49

3.6.2.2. Uji Parsial... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 51

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 58

4.3. Analisis Dan Uji Hipotesis... 61

4.3.1. Uji Normalitas... 61

4.3.2. Uji Asumsi Klasik ... 62

4.3.3. Teknik Analisis ... 65

4.3.4. Uji Hipotesis... 67

4.3.4.1. Uji Kesesuaian Model... 67

4.3.4.2. Uji Parsial... 68

4.4. Pembahasan... 70

4.4.1. Implikasi... 70

4.4.2. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya ... 72

4.4.3. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan Dan Manfaat... 72

4.4.4. Keterbatasan Penelitian... 73


(9)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

Tabel. 1 Data Audit Delay Perusahaan Property dan Real Estate Yang

Go Publik di BEI Tahun 2006 – 2008... 5

Tabel. 2 Rekapitulasi Data : “Audit Delay (Y)” Periode 2006 – 2008... 59

Tabel. 3 Rekapitulasi Data : “Laba Rugi (X1)” Periode 2006 – 2008... 60

Tabel. 4 Rekapitulasi Data : “Ukuran Perusahaan (X2)” Periode 2006 – 2008... 61

Tabel. 5 Hasil Uji Normalitas... 62

Tabel. 6 Hasil Uji Multikolinieritas… ... 63

Tabel. 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas… ... 65

Tabel. 8 Hasil Pendugaan Parameter Regresi Linier Berganda … ... 66

Tabel. 9 Hasil Analisis Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat … ... 67

Tabel. 10 Koefisien Determinasi (R Square / R2) … ... 68

Tabel. 11 Hasil Analisis Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat … ... 69


(11)

Gambar. 1. Diagram Kerangka Pikir ... 41


(12)

ix

Oleh :

IDA MAYASARI

Abstrak

Bagi pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan, pada umumnya menginginkan ketepatan waktu pengungkapan laporan keuangan. Ketepatan waktu ini terkait dengan manfaat dari laporan keuangan itu sendiri dan merupakan unsur penting dalam pengambilan keputusan investasi. Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Tahun 2008, BAPEPAM dan Lembaga Keuangan mengeluarkan lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-460/BL/2008 tentang kewajiban penyampaian laporan berkala yaitu bahwa perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit selambat-lambatnya sembilan puluh hari setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor (audit delay). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh laba rugi dan ukuran perusahaan terhadap

audit delay.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 perusahaan Property dan Real Estate yang go publik di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006 – 2008, Dan Sumber data berasal dari Bursa Efek Indonesia, dan Pusat Refrensi Pasar Modal. Data yang diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan Uji Regresi Linier Berganda dengan alat bantu komputer, yang menggunakan program SPSS. 16.0 For Windows

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 yang menyatakan bahwa laba rugi berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan Property dan Real Estate yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia, terbukti kebenarannya, dan untuk hipotesis 2 yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan Property dan Real Estate yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia, tidak terbukti kebenarannya.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perusahaan go public di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat, sehingga permintaan akan audit laporan keuangan semakin meningkat. Bursa Efek Indonesia dan Badan Pengawas Pasar Modal mewajibkan perusahaan-perusahaan yang go public yang tercatat di Bursa Efek Indonesia untuk mempublikasikan laporan keuangan auditan dalam periode tertentu setelah berakhirnya tahun buku. Perkembangan ini mengakibatkan permintaan akan audit laporan keuangan yang semakin meningkat. Permintaan akan publikasi laporan keuangan yang tepat waktu, akurat dan dapat digunakan dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi juga semakin meningkat. Hasil audit atas perusahaan publik mempunyai konsekuensi dan tanggung jawab yang besar. Adanya tanggung jawab yang besar ini memacu auditor untuk bekerja secara profesional. Dengan demikian, perkembangan pengauditan perusahaan go public tersebut menjadi tidak mudah. Karena pada satu sisi, pasar menuntut ketepatan waktu terbitnya laporan keuangan auditor dan penyajian laporan keuangan, sedangkan pada sisi lain pengauditan itu sendiri merupakan proses sistematis yang membutuhkan waktu sehingga kadang-kadang terjadi penundaan pengumuman laba dan penerbitan laporan keuangan.

Laporan auditan adalah laporan keuangan yang telah di audit oleh auditor. Laporan keuangan berguna sebagai bentuk pertanggungjawaban


(14)

manajemen kepada pemilik saham dan juga bagi pengambil keputusan. Hal ini dikarenakan laporan keuangan menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja perusahaan, dan perubahan posisi keuangan. Pada umumnya pihak yang membutuhkan laporan keuangan menginginkan ketepatan waktu pengungkapan laporan keuangan.

Laporan keuangan tersebut terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Ketepatan waktu ini terkait dengan manfaat dari laporan keuangan itu sendiri dan merupakan unsur penting dalam pengambilan keputusan investasi. Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu : dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan. Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat memengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa lalu (IAI 2007 : 5).

Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal. Untuk menyediakan informasi tepat waktu, sering kali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui, sehingga mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya,


(15)

jika pelaporan ditunda sampai seluruh aspek diketahui, informasi yang dihasilkan mungkin sangat andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambil keputusan. Dalam usaha mencapai keseimbangan antara relevansi dan keandalan, kebutuhan pengambil keputusan merupakan pertimbangan yang menentukan (IAI 2007: 8).

Menurut Generally Accepted Auditing Standards (GAAS), khususnya standar umum ketiga menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian dan standar pekerja lapangan menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan perencanaan yang matang dan pengumpulan alat-alat pembuktian yang cukup memadai (Boynton dan Kell, 2001). Hal ini yang kadang menyebabkan lamanya suatu proses pengauditan dilakukan, sehingga publikasi laporan keuangan yang diharapkan secepat mungkin, menjadi terlambat. Kondisi ini sering disebut juga sebagai audit delay.

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2001) khususnya tentang standar pekerjaan lapangan mengatur tentang prosedur dalam penyelesaian pekerjaan lapangan seperti perlu adanya perencanaan aktivitas yang akan dilakukan, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern dan pengumpulan bukti-bukti kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Pemenuhan standar audit oleh auditor dapat berdampak lamanya penyelesaian laporan audit, tetapi juga berdampak peningkatan kualitas hasil auditnya. Pelaksanaan audit yang semakin sesuai dengan


(16)

standar membutuhkan waktu semakin lama. Sebaliknya, semakin tidak sesuai dengan standar pekerjaan audit semakin pendek waktu yang diperlukan. Kondisi ini dapat menimbulkan suatu dilema bagi auditor.

Lamanya waktu penyelesaian audit ini dapat mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut dipublikasikan. Dyer dan McHugh (1975) menyimpulkan bahwa ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan elemen pokok bagi catatan laporan keuangan yang memadai. Para pemakai informasi akuntansi tidak hanya perlu memiliki informasi keuangan yang relevan dengan prediksi dan pembuatan keputusannya, tetapi informasi harus bersifat baru. Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan seharusnya disajikan pada suatu interval waktu, untuk menjelaskan perubahan dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pemakai informasi dalam membuat prediksi dan keputusan (Imam Subekti dan Novi Wulandari, 2004: 992).

Tahun 2008, BAPEPAM dan Lembaga Keuangan mengeluarkan lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-460/BL/2008 tentang kewajiban penyampaian laporan berkala yaitu bahwa perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit selambat-lambatnya sembilan puluh hari setelah tanggal laporan keuangan tahunan.

Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor. Perbedaan waktu ini dalam audit disebut audit delay.


(17)

Berikut ini merupakan data Audit Delay perusahaan Property dan Real Estate yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 – 2008, yang disajikan pada tabel 1, sebagai berikut :

Tabel 1 : Data Audit Delay

Perusahaan Property dan Real Estate Yang Go Publik di BEI Tahun 2006 – 2008

Tanggal

No Nama Perusahaan Tahun Tanggal

Tutup Buku Diterbitkannya Laporan Audit Selisih Hari

1 PT. Bakrieland Development Tbk 2006 31-Dec-06 4-Apr-07 94

2007 31-Dec-07 19-Mar-08 79

2008 31-Dec-08 16-Mar-09 75

2 PT. Bintang Mitra Semestaraya Tbk 2006 31-Dec-06 7-Mar-07 66

2007 31-Dec-07 24-Mar-08 84

2008 31-Dec-08 6-Apr-09 96

3 PT. Ciputra Surya Tbk 2006 31-Dec-06 17-Feb-07 48

2007 31-Dec-07 10-Mar-08 70

2008 31-Dec-08 16-Mar-09 75

4 PT. Duta Anggada Realty Tbk 2006 31-Dec-06 9-Mar-07 68

2007 31-Dec-07 28-Mar-08 88

2008 31-Dec-08 17-Apr-09 107

5 PT. Duta Pertiwi Tbk 2006 31-Dec-06 1-Mar-07 60

2007 31-Dec-07 27-Feb-08 58

2008 31-Dec-08 27-Feb-09 58

6 PT. Global Land Development Tbk 2006 31-Dec-06 15-Mar-07 74

2007 31-Dec-07 14-Mar-08 74

2008 31-Dec-08 30-Mar-09 89

7 PT. Indonesia Prima Property Tbk 2006 31-Dec-06 23-Mar-07 82

2007 31-Dec-07 12-Mar-08 72

2008 31-Dec-08 20-Mar-09 79

8 PT. Jakarta Int I Hotel & Dev Tbk 2006 31-Dec-06 9-Mar-07 68

2007 31-Dec-07 12-Mar-08 72

2008 31-Dec-08 20-Mar-09 79

9 PT. Jaya Real Property Tbk 2006 31-Dec-06 16-Mar-07 75

2007 31-Dec-07 10-Mar-08 70

2008 31-Dec-08 10-Mar-09 69

10 PT. Kawasan Industri Jababeka Tbk 2006 31-Dec-06 28-Mar-07 87

2007 31-Dec-07 27-Mar-08 87

2008 31-Dec-08 22-Apr-09 112

11 PT. Lippo Kawaraci Tbk 2006 31-Dec-06 2-Mar-07 61

2007 31-Dec-07 25-Feb-08 56

2008 31-Dec-08 2-Feb-09 33

12 PT. Pakuwon Jati Tbk 2006 31-Dec-06 16-Mar-07 75

2007 31-Dec-07 8-Apr-08 99

2008 31-Dec-08 20-Mar-09 79

13 PT. Summarecon Agung Tbk 2006 31-Dec-06 12-Mar-07 71

2007 31-Dec-07 14-Mar-08 74

2008 31-Dec-08 19-Mar-09 78

14 PT. Sentul City Tbk 2006 31-Dec-06 26-Mar-07 85

2007 31-Dec-07 25-Mar-08 85

2008 31-Dec-08 20-May-09 140

15 PT. Suryainti Permata Tbk 2006 31-Dec-06 31-Jan-07 31

2007 31-Dec-07 10-Mar-08 70

2008 31-Dec-08 27-Mar-09 86

Sumber : Bursa Efek Indonesia

Berdasarkan tabel 1 di atas, terlihat bahwa adanya keterlambatan menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit, Ketepatan


(18)

waktu dalam penyampaian laporan keuangan tahunan yang telah diaudit ini sangat terkait dengan manfaat dari laporan keuangan itu sendiri dan merupakan unsur penting dalam pengambilan keputusan investasi.

Suatu perusahaan akan mencapai prestasi yang baik dapat dilihat dari perusahaan tersebut mengalami laba atau rugi. Apabila perusahaan mendapatkan laba yang besar tidak ada alasan untuk menunda penerbitan laporan keuangan karena ini merupakan berita baik. Sebaliknya, perusahaan yang menderita kerugian akan berusaha memperlambat penerbitan laporan keuangan auditan.

Chambers and Penman (1984) dalam Imam Subekti (2004: 992) menyatakan pengumuman laba yang terlambat menyebabkan abnormal returns negatif sedangkan pengumuman laba yang lebih cepat menyebabkan hal yang sebaliknya. Keterlambatan pelaporan, secara tidak langsung juga diartikan oleh investor sebagai sinyal yang buruk bagi perusahaan.

Besar kecilnya perusahaan akan mempengaruhi kemampuannya dalam menanggung resiko yang mungkin timbul akibat berbagai situasi yang dihadapi perusahaan berkaitan dengan operasinya. Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan melaporkan informasi keuangan auditnya secara tepat, dikarenakan perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan pemerintah. Sebaliknya perusahaan yang memiliki ukuran lebih kecil mungkin akan memperlambat penyampaian informasi keuangan auditnya karena pengawasan yang dilakukan tidak terlalu ketat (Imam Subekti, 2004: 998)

Ditinjau dari begitu pentingnya ketepatan waktu pelaporan keuangan dan terdapatnya perbedaan hasil penelitian terdahulu sehingga belum


(19)

menunjukkan pengaruh secara konsistensi terhadap audit delay, maka mendorong peneliti untuk menguji kembali konsistensi pengaruh laba rugi dan ukuran perusahaan terhadap audit delay, untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Laba Rugi, dan Ukuran Perusahaan terhadap Audit Delay pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia”.

1.2. Perumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah laba rugi mempunyai pengaruh terhadap audit delay pada perusahaan Property dan Real Estate yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap audit delay

pada perusahaan Property dan Real Estate yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh laba rugi dan ukuran perusahaan terhadap audit delay pada perusahaan Property dan Real Estate yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia


(20)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat melatih berfikir secara alamiah dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah serta menambah wawasan dari teori yang diterima dengan kenyataan yang terjadi di lapangan, sehingga memperoleh gambaran yang dapat dipercaya.

2. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain dengan materi yang berhubungan dengan penelitian ini serta sebagai dharma bakti terhadap perguruan tinggi, khususnya Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) ”Veteran” Jawa Timur.

3. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pandangan teoritis terhadap masalah audit delay dan faktor-faktor yang mempengaruhi

audit delay di Indonesia, sehingga faktor-faktor dominasi tersebut dapat dikendalikan dalam upaya mempercepat publikasi laporan keuangan.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh peneliti lain yang dapat digunakan sebagai bahan masukan dan bahan pengkajian yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, pernah dilakukan oleh

1. Imam Subekti dan Novi Wulandari Widiyanti (2004) a. Topik

“Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Audit Delay di Indonesia”

b. Hipotesis

Variabel bebas dalam penelitian ini ternyata berpengaruh secara signifikan terhadap Audit Delay.

c. Kesimpulan

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kelima variabel yaitu tingkat profitabilitas, aktiva, jenis industri, opini dan auditor (ukuran KAP) berpengaruh signifikan terhadap variabel audit delay. Hal ini berarti pelaksanaan audit oleh KAP di Indonesia tidak terpengaruh kondisi krisis ekonomi. Pelaksanaan audit di Indonesia terhadap perusahaan publik terkait dengan peraturan BAPEPAM tentang batas akhir publikasi dan penyampaian laporan keuangan auditan oleh perusahaan pada publik, Bursa Efek Jakarta (BEJ) maupun pada BAPEPAM.


(22)

2. Yuliana dan A. Yanti Ardiati (2004) a. Topik

“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Di Indonesia” b. Hipotesis

Variabel bebas dalam penelitian sebagian mempunyai pengaruh terhadap audit delay, namun sebagian lagi diduga tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat yaitu audit delay. c. Kesimpulan

Total asset dan debt to equity ratio dan kualitas audit terbukti berpengaruh terhadap audit delay, namun faktor laba rugi perusahaan tidak terbukti berpengaruh terhadap audit delay yang terjadi di Indonesia.

3. Supriyati dan Yuliasri Rolinda (2007) a. Topik

”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay” (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur dan Finansial di Indonesia) b. Hipotesis

Ukuran perusahaan, debt to equity ratio, profitabilitas, ukuran KAP, jenis pendapat dan jenis industri perusahaan berpengaruh terhadap audit delay di Indonesia.

c. Kesimpulan

Ukuran KAP dan jenis industri perusahaan yang memberikan hasil signifikan mempengaruhi audit delay, sedangkan ukuran perusahaan, debt to equity ratio, tingkat profitabilitas dan jenis pendapat menunjukkan hipotesis yang diajukan tidak terbukti.


(23)

Tidak semua faktor dari penelitian yang pernah dilakukan dimasukkan sebagai variabel pada penelitian ini. Dalam penelitian ini, menggunakan tiga faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap audit delay

yaitu laba rugi, ukuran perusahaan dan jenis pendapat auditor. Faktor- faktor yang diteliti didasarkan pada penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Hal tersebut dimaksudkan untuk menguji lebih lanjut, apakah benar faktor tersebut berpengaruh karena penelitian-penelitian terdahulu masih menunjukkan hasil yang berbeda-beda.

Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu diantaranya :

1. Terdapat pada sampel yang diteliti yaitupada penentian ini lebih difokuskan pada perusahaan property dan real estate yang go publik di Bursa Efek Indonesia, sedangkan pada penelitian terdahulu menggunakan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (Imam Subekti dan Novi); perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa Efek Jakarta (Yuliana dan Ardiati); perusahaan manufaktur dan finansial yang go publik di Bursa Efek Jakarta (Supriyati dan Yuliasri Rolinda).

2. Pada penelitian ini data yang digunakan adalah tahun 2006-2008, sedangkan penelitian terdahulu menggunakan tahun 2001 (Imam Subekti dan Novi); 1997-2001 (Yuliana dan Ardiati); tahun 2004-2005 (Supriyati dan Yuliasri Rolinda).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan sekarang ini bukan merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya.


(24)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Akuntansi Keuangan

2.2.1.1. Pengertian Akuntansi Keuangan

Menurut Accounting Principles (APB) No. 4, Akuntansi Keuangan adalah kegiatan jasa yang mempunyai fungsi untuk menyediakan informasi kuantitatif tentang unit – unit usaha ekonomi terutama yang bersifat keuangan yang diperkirakan berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Sedangkan menurut Junaedi Yusuf (2000 : 8) Akuntansi Keuangan adalah akuntansi yang bertujuan menghasilkan informasi keuangan untuk memenuhi kepentingan pihak luar perusahaan, seperti pemegang saham pemilik, pemberi pinjaman pihak luar perusahaan lainnya. Informasi keuangan disajikan dalam laporan keuangan dan penyelenggaraan akuntansi keuangan harus sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Menurut Yuliati dan Wahyudi ((2006 : 10) Akuntansi Keuangan merupakan bidang akuntansi yang berkaitan dengan bagaimana pencatatan dan penyusunan laporan keuangan dari satu kesatuan unit usaha yang berpedoman pada prinsip – prinsip akuntansi umum (GAAP), dan disebut Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) di Indonesia. Soekarso menambahkan bahwa berpedoman pada prinsip – prinsip akuntansi umum (GAAP), merupakan kewajiban bagi perusahaan untuk mengikuti Standart Akuntansi Keuangan tersebut dalam menyusun laporan keuangan mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan kepada pihak – pihak luar.


(25)

2.2.1.2. Tujuan Akuntansi Keuangan

Mardiasmo (2000 : 6) Akuntansi Keuangan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pihak ekstern perusahaan. Selanjutnya Mulyadi (2007 : 2) mengemukakan bahwa pihak ekstern perusahaan meliputi pemegang saham, kreditur, pelanggan, para analis keuangan, karyawan dan berbagai instansi pemerintah. Sebagai contoh adalah seorang pemegang saham menghadapi dua alternative apakah ia akan membeli saham, sedangkan instansi pemerintahan memerlukan informasi laba perusahaan untuk menetapkan jumlah pajak yang menjadi kewajiban perusahaan.

Dengan demikian jelas bahwa informasi keuangan diperlukan oleh pihak luar sebagai petunjuk dalam pengambilan keputusan berdasarkan hubungan mereka dengan perusahaan yang bersangkutan.

2.2.1.3. Hasil Akuntansi Keuangan

Menurut Mulyadi (2007 : 5 - 6) Akuntansi keuangan menghasilkan laporan keuangan periodik yang pada umumnya terdiri dari neraca, laba rugi, laporan laba ditahan, laporan perubahan modal dan laporan arus kas. Laporan keuangan ini berisi informasi ringkasan posisi keuangan pada tanggal tertentu, hasil usaha, perubahan laba ditahan dan perubahan modal untuk periode tertentu, karena laporan tersebut ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pihak luar, maka informasi yang disajikan didalamnya bersifat ringkas dan mengenai kondisi perusahaan secara keseluruhan.


(26)

2.2.2. Laporan Keuangan

2.2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan

Pada awalnya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai “alat penguji” dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja, tetapi juga sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus kas dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga (IAI, 2007: 1).

Menurut Munawir (2000 : 2) laporan keuangan adalah merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktifitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.

Sedangkan menurut Baridwan (2000 : 17) laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan, laporan keuangan inilah yang menjadi dasar bagi para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan.


(27)

Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pembukuan yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama satu periode akuntansi dan dinyatakan dalam satuan uang.

Pihak yang bertanggungjawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan adalah manajemen. Pihak pemakai laporan keuangan menurut kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan (IAI, 2007 : 2-3) adalah :

1. Investor

Investor membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi yang mereka tanamkan.

2. Karyawan

Karyawan membutuhkan informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan, serta informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja.

3. Pemberi pinjaman

Pemberi pinjaman membutuhkan informasi yang membantu mereka memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dilunasi saat jatuh tempo.

4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya

Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang membantu untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan terbayar saat jatuh tempo.


(28)

5. Pelanggan

Pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan. 6. Pemerintah

Pemerintah berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan aktifitas peusahaan, sehingga pemerintah dapat mengatur aktifitas perusahaan, menetapkan kebijakan tentang paak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional.

7. Masyarakat

Laporan keuangan dapat membantu masyarakat untuk mendapat informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir dari kondisi perusahaan.

Menurut PSAK No. 1 paragraf 38 manfaat suatu laporan keuangan akan berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya. Suatu perusahaan sebaiknya mengeluarkan laporan keuangan paling lama 4 (empat) bulan setelah tanggal neraca. Faktor-faktor seperti kompleksitas operasi perusahaan tidak cukup menjadi pembenaran atas ketidakmampuan perusahaan menyediakan laporan keuangan tepat waktu.

Selain itu jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkanakan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal. Untuk menyediakan informasi tepat waktu, sering kali perlu melaporkan sebelum seluruh


(29)

aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui, sehingga mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya, jika pelaporan ditunda sampai seluruh aspek diketahui, informasi yang dihasilkan mungkin sangat andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambil keputusan. Dalam usaha mencapai keseimbangan antara relevansi dan keandalan. Kebutuhan pengambil keputusan merupakan pertimbangan yang menentukan (IAI 2007 : 8).

2.2.2.2. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya (IAI, 2007: 3).

Selanjutnya menurut Munawir (2000 : 3), laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk :

1. Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan.

2. Untuk menentukan atau mengukur efisiensi tiap-tiap bagian, proses atau produksi serta untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai perusahaan yang bersangkutan.

3. Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah diserahi wewenang dan tanggung jawab.

4. Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik.


(30)

2.2.2.3. Jenis – Jenis Laporan Keuangan

Di dalam penyajian suatu informasi keuangan perusahaan, biasanya mencakup semua laporan keuangan, yang terdiri dari neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan modal dan laporan aliran kas.

Berikut ini akan dijelaskan masing-masing laporan keuangan yang dihasilkan pada tiap periode sebagai berikut :

1. Neraca (Balance Sheet)

Menurut Munawir (2000 : 13) mendefinisikan neraca sebagai laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.

2. Laporan Laba-Rugi (Income Statement)

Menurut Munawir (2000 : 26) mendefinisikan laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, laba rugi yang di peroleh oleh perusahaan selama periode tertentu.

3. Laporan Perubahan Ekuitas (Owners Equity)

Menurut Munawir (2000 : 30) laporan perubahan modal adalah merupakan laporan atau ringkasan transaksi keuangan yang terjadi selama satu periode dan memberikan alasan mengenai perubahan-perubahan tersebut.

4. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow)

Menurut Munawir (2000 : 32), laporan arus kas adalah merupakan laporan yang disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode dan memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan pengeluarannya.


(31)

2.2.3. Auditing

2.2.3.1. Pengertian Auditing

Report of the Commitee on Basic Auditing Concept of the AmericanAccounting Association” (Boynton,et.al, 2003 : 5) yang artinya

auditing sebagai suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.

Menurut Arens (2003: 15), Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.

Sedangkan menurut Agoes (2004 : 3), pengertian Auditing adalah merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Auditing merupakan suatu proses pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak yang independen atas laporan keuangan perusahaan dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut


(32)

2.2.3.2. Tujuan Auditing

Tujuan umum atas laporan keuangan oleh auditor adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (Arens, 2003 : 200).

Terdapat empat tahap audit agar tujuan audit tersebut dapat tercapai (Arens, 2003 : 226), yaitu sebagai berikut :

1. Merencanakan dan merancang pendekatan audit. 2. Melakukan dan merancang pengendalian dan transaksi.

3. Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo. 4. Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit.

Tujuan auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik (IAI 2001 : 110.1), adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.

Menurut Mulyadi (2002 : 73), kewajaran laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi yang terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan.

Hasil dari pemeriksaan akuntansi (auditing) adalah yaitu sebagai berikut :

1. Berupa pernyataan pendapat dari auditor independen. 2. Yang dituangkan dalam laporan akuntan.


(33)

2.2.3.3. Manfaat Auditing

Sesuai peranannya dalam masyarakat, audit memberikan berbagai manfaat praktis kepada berbagai kelompok sosial (Holmes dan Burns, 1993: 5), yaitu :

1. Manfaat yang terutama akan dinikmati oleh pihak yang diaudit :

a. Audit yang independen menambah kredibilitas laporan keuangannya.

b. Audit berguna mengurangi kecurangan di kalangan manajemen dan para karyawan yang diaudit.

c. Laporan keuangan yang sudah diaudit dapat memberikan dasar yang lebih dipercaya untuk penyiapan surat pemberitahuan pajak dan laporan keuangan lain yang harus diserahkan kepada pemerintah, sehingga dengan demikian mengurangi audit oleh pemerintah.

d. Laporan keuangan yang sudah diaudit membuka pintu bagi masuknya sumber-sumber pembiayaan dari luar.

e. Audit yang independen seringkali menyingkapkan kesalahan dan penyimpangan moneter dalam catatan keuangan klien, sehingga dengan demikian dapat menemukan biaya atau pendapatan yang hilang.

f. Audit memberikan sumber jaminan yang tidak memihak pada kelompok perusahaan yang dikendalikan, bahwa kebijakan dan prosedur perusahaan tersebut betul-betul ditaati dengan cermat dan konsisten di seluruh perusahaan itu.


(34)

2. Manfaat yang terutama akan dinikmati oleh anggota-anggota lain dalam dunia usaha :

a. Laporan keuangan yang sudah diaudit memberikan dasar yang lebih menyakinkan kepada para rekanan dan para kreditor untuk mengambil keputusan yang menyangkut pemberian kredit.

b. Laporan keuangan yang sudah diaudit memberikan dasar yang terpercaya kepada para investor dan calon investor untuk menilai prestasi investasi dan kepengurusan manajemen.

c. Laporan keuangan yang sudah diaudit dapat memberikan dasar yang lebih meyakinkan kepada perusahaan-perusahaan asuransi untuk menyelesaikan klaim atas kerugian yang bisa diasuransikan.

d. Laporan keuangan yang sudah diaudit dapat memberikan dasar yang objektif kepada serikat buruh dan pihak yang diaudit untuk menyelesaikan sengketa mengenai upah dan tunjangan karyawan..

e. Laporan keuangan yang sudah diaudit memberikan dasar yang independen kepada pemberi maupun penjual untuk menemukan syarat-syarat penjualan, pembelian, atau penggabungan perusahaan.

f. Laporan keuangan yang sudah diudit memberikan dasar yang lebih meyakinkan kepada para pelanggan atau klien untuk menilai profitabilitas atau rentabilitas perusahaan itu, efisiensi operasionalnya, dan keadaan keuangannya.


(35)

3. Manfaat yang terutama akan dinikmati oleh badan pemerintah dan mereka yang bergerak dalam bidang hukum :

a. Suatu pemberitauan pajak dan laporan keuangan yang berisi informasi yang dikutip dari laporan keuangan yang sudah diaudit memberikan tambahan kepastian yang independen tentang kecermatan dan keterandalan kepada badan pemerintah.

b. Audit yang independen atas laporan keuangan dari badan-badan khusus yang melayani kepentingan umum, seperti bank dan pelayanan masyarakat lainnya, memberikan suatu sarana yang independen kepada berbagai badan pemerintah untuk membatasi usaha pemeriksaan khusus mereka.

c. Laporan keuangan yang sudah diaudit memberikan dasar yang independen kepada mereka yang bergerak di bidang hukum untuk mengurus harta warisan dan harta titipan, menyelesaikan masalah dalam kebangkrutan insolvensi, dan menentukan pelaksanaan perjanjian persekutuan dengan cara yang semestinya.

d. Audit yang independen memegang peranan yang menentukan dalam mencapai tujuan undang-undang keamanan nasional.

2.2.3.4. Jenis Audit

Menurut Arens, (2003: 18), audit umumnya terbagi menjadi tiga jenis yaitu :

1. Audit Operasional

Audit operasional adalah tinjauan atas bagian tertentu dari prosedur serta metode operasional organisasi tertentu yang bertujuan


(36)

mengevaluasi efisiensi serta efektivitas prosedur serta metode tersebut. Pada saat suatu audit operasional selesai dilaksanakan, manajemen biasanya akan mengharapkan sejumlah rekomendasi untuk meningkatkan kegiatan operasional perusahaan.

2. Audit Kepatuhan

Audit kepatuhan adalah menentukan apakah klien (auditee) telah mengikuti prosedur, tata cara, serta peraturan yang dibuat oleh otoritas yang lebih tinggi.

3. Audit atas Laporan Keuangan

Audit atas laporan keuangan dilaksanakan untuk menentukan apakah seluruh laporan keuangan (informasi yang diuji) telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu. Umumnya, kriteria tersebut adalah pernyataan standar akuntansi keuangan, walaupun merupakan hal yang umum untuk melaksanakan audit atas yang dibuat dengan metode kas atau metode akuntansi lainnya yang cocok bagi organisasi tersebut.

2.2.3.5. Jenis Auditor

Menurut Mulyadi (2002: 28-29), pada umumnya auditor terbagi menjadi tiga yaitu :

1. Auditor Independen

Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya.


(37)

Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai laporan keuangan seperti : kreditur, investor, calon kreditur, calon investor, dan instansi pemerintah (terutama instansi pajak).

Auditor independen harus telah lulus dari jurusan akuntansi fakultas ekonomi atau mempunyai ijazah yang disamakan, telah mendapat gelar dari Panitia Ahli Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntan, dan mendapat izin praktik dari Menteri Keuangan.

Profesi auditor independen memperoleh honorairum dari kliennya dalam menjalankan keahliannya, namun auditor independen harus independen, tidak memihak kepada kliennya.

2. Auditor Pemerintahan

Auditor pemerintahan adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Yang disebut auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), serta instansi pajak.

BPKP adalah instansi pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia dalam bidang pengawasan keuangan dan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Tugas pokoknya adalah melaksanakan audit atas laporan keuangan instansi pemerintah, projek-projek pemerintah, Badan


(38)

Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), projek pemerintah, dan perusahaan-perusahaan swasta yang pemerintah mempunyai modal yang besar didalamnya.

BPK adalah lembaga tinggi negara yang tugasnya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan Presiden Republik Indonesia dan aparat di bawahnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Instansi pajak adalah unit organisasi di bawah Departemen Keuangan yang tugas pokoknya adalah mengumpulkan beberapa jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah. Tugas pokok auditor yang bekerja di instansi pajak adalah mengaudit pertanggungjawaban keuangan masyarakat wajib pajak kepada pemerintah dengan tujuan untuk memverifikasi apakah kewajiban pajak telah dihitung oleh wajib pajak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam undang-undang pajak yang berlaku.

3. Auditor Intern

Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. Umumnya pemakai jasa auditor intern adalah Dewan Komisaris atau Direktur Utama perusahaan.


(39)

2.2.3.6. Standart Auditing

Pedoman utama bagi para auditor adalah 10 standar auditing atau 10 Generally Accepted Auditing Standards (GAAS) yang disusun oleh AICPA pada tahun 1947. Pada tahun 2001 standar tersebut diadaptasi oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) di Indonesia terdiri dari lima standar, salah satunya yaitu Standar Auditing. Standar auditing ini yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu: 1. Standar Umum

a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai seorang auditor.

b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

2. Standar Pekerjaan Lapangan

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang harus dilakukan.


(40)

c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

3. Standar pelaporan

a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.


(41)

2.2.3.7. Laporan Audit

Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya, dimana didalam laporan tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan (Mulyadi, 2002: 12).

Bentuk baku laporan audit menurut Arens (2003: 66) adalah sebagai berikut :

1. Judul laporan

Standar auditing mewajibkan setiap laporan diberi judul laporan, dan dalam judul tersebut tercantum pula kata independen. 2. Alamat laporan audit

Laporan ini umumnya ditujukan kepada perusahaan, para pemegang saham atau dewan direksi perusahaan. Dalam tahun-tahun terakhir ini, telah menjadi suatu kebiasaan untuk mengelamatkan laporan ini kepada para pemegang saham untuk menunjukkan bahwa auditor itu independen terhadap perusahaan dan dewan direksi perusahaan yang diaudit.

3. Paragraf pendahuluan

Dalam paragraf pendahuluan terdapat tiga pernyataan inti, yaitu sebagai berikut :

a. Pernyataan sederhana bahwa kantor akuntan publik bersangkutan telah melaksanakan suatu audit.

b. Mencantumkan laporan keuangan yang diaudit, termasuk tanggal nearaca, dan periode-periode akuntansi untuk laporan laba-rugi dan laporan arus kas.


(42)

c. Menyatakan bahwa laporan keuangan tersebut merupakan tanggung jawab manajemen dan bahwa tanggung jawab auditor adalah untuk menyatakan suatu pendapat atas laporan itu berdasarkan suatu audit.

4. Paragraf scope (lingkup audit)

Paragraf lingkup audit adalah pernyataan aktual mengenai apa yang telah dilakukan auditor didalam audit, menyatakan bahwa auditor bersangkutan mengikuti standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntansi Indonesia, bahwa audit dirancang untuk dapat memperoleh keyakinan memadai tentang laporan keuangan yang bebas dari salah saji yang material, juga mengenai bukti-bukti audit. 5. Paragraf pendapat

Paragraf terakhir dalam laporan audit standar memuat kesimpulan auditor berdasarkan hasil dari proses audit yang telah dilakukan. Paragraf ini dengan tegas menyatakan bahwa yang diberikan adalah suatu pendapat/ opini saja daripada sebagai suatu pernyataan yang mutlak atau suatu jaminan.

6. Nama KAP

Nama tersebut mengindentifikasikan kantor akuntan publik atau praktisi mana yang telah melaksanakan proses audit. Umumnya yang dituliskan adalah nama kantor akuntan publik karena seluruh bagian dari kantor akuntan publik tersebut bertanggung jawab, baik secara hukum maupun secara profesi, dalam memastikan agar kualitas pekerjaan audit memenuhi standar profesi.


(43)

7. Tanggal laporan audit

Tanggal yang tepat untuk dicantumkan dalam laporan audit adalah tanggal saat auditor menyelesaikan prosedur audit terpenting di lokasi pemeriksaan. Tanggal ini merupakan tanggal yang penting pula bagi para pengguna laporan keuangan karena tanggal tersebut menunjukkan kapan saat terakhir sang auditor masih bertanggung jawab atas peristiwa yang terjadi setelah tanggal laporan keuangan.

2.2.4. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)

Bapepam merupakan lembaga atau otoritas tertinggi di pasar modal yang melakukan pengawasan dan pembinaan atas pasar modal. Bapepam diharapkan dapat mewujudkan tujuan penciptaan kegiatan pasar modal yang teratur, wajar, transparan, efisien serta penegakan peraturan (law enforcement), dan melindungi kepentingan investor di pasar modal. Bapepam secara struktural ada di bawah pengawasan dan pengendalian Menteri Keuangan (Tjiptono dan Hendy, 2001: 14).

Pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan pasar modal Indonesia sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 1548/KMK.013/1990 tentang pasar modal, yaitu salah satunya Bapepam yang merupakan lembaga pemerintah yang bertugas untuk (Sunariyah 2004: 45) :

1. Mengikuti perkembangan dan mengatur pasar modal sehingga efek dapat ditawarkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat umum.


(44)

2. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap lembaga-lembaga dan profesi-profesi penunjang yang terkait dalam pasar modal.

3. Memberi pendapat kepada menteri keuangan mengenai pasar modal beserta kebijakan operasionalnya.

Sekalipun sebagian besar informasi yang diminta oleh BAPEPAM tidak memerlukan keterlibatan langsung seorang akuntan publik, ketentuan yang berlaku mewajibkan pula disertakannya laporan keuangan, yang dilampiri dengan opini akuntan publik sebagai bagian dari pernyataan pendaftaran emisi dan laporan-laporan selanjutnya.

2.2.5. Audit Delay

Sejauh ini belum ada teori yang membahas secara mendalam tentang audit delay, meskipun sudah banyak penelitian yang dilakukan berkaitan dengan audit delay. Di lain pihak kita tahu bahwa auditing

merupakan kegiatan yang memakan waktu dan diperlukan ketelitian sehingga kadang-kadang publikasi dari laporan keuangan tersebut menjadi tertunda.

Menurut Ashton et.al (1987: 272) dalam Varianada Halim (2000)

audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit atas suatu laporan keuangan perusahaan yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan keuangan auditan. Jangka waktu tersebutlah yang menjadi pembahasan yang disebut audit delay.

Audit delay adalah perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit terbitan, yang mengidentifikasikan


(45)

tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor (Subekti dan Wulandari, 2004 : 992). Semakin panjang audit delay, maka semakin lama auditor menyelesaikan auditnya. Jika audit delay semakin panjang, maka kemungkinan keterlambatan penyampaian laporan keuangan akan semakin besar. Suatu laporan keuangan yang dipublikasikan harus terlebih dahulu diaudit oleh auditor yang tergabung dalam KAP.

Tujuan menyeluruh dari suatu audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (Supriyati dan Rolinda, 2007 : 112)

Penyampaian dan publikasi laporan keuangan auditan kepada regulator dan publik merupakan suatu keharusan bagi emiten yang diatur dalam suatu perundang-undangan pasar modal, yaitu Keputusan BAPEPAM dan Lembaga Keuangan No: KEP-460/BL/2008 tentang kewajiban penyampaian laporan berkala yaitu bahwa perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit selambat-lambatnya sembilan puluh hari terhitung sejak tanggal berakhirnya tahun buku. Aturan ini mewajibkan emiten menyampaikan laporan keuangan berkala (akhir tahun dan tengah tahunan) yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dari Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). Aturan ini juga mewajibkan laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan Akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (sembilan puluh hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan serta


(46)

harus diumumkan dalam sekurang-kurangnya 2 (dua) surat kabar harian berbahasa Indonesia yang satu diantaranya mempunyai peredaran nasional dan lainnya yang terbit di tempat kedudukan Emiten.

Keterkaitan lamanya waktu yang dibutuhkan akuntan publik untuk menyelesaikan proses pengauditan hingga penyajian opininya atas laporan keuangan tahunan, merupakan faktor utama yang mempengaruhi proses penyajiannya publik, dibawah ketentuan batas waktu yang diharuskan oleh regulator pasar modal.

Apabila ketepatan ini dilanggar, maka BAPEPAM akan mengenakan sanksi bagi perusahaan yang tidak mematuhinya. Manajemen perusahaan sangat menghargai jika auditor mampu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Dan auditor memerlukan waktu yang cukup agar dapat mengumpulkan bukti-bukti kompeten yang dapat mendukung opini auditor; yang sesuai dengan standar pekerjaan lapangan ketiga bahwa audit kompeten harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay diantaranya yaitu tingkat profitabilitas, laba/rugi, debt to equity ratio (rasio hutang), ukuran perusahaan, umur perusahaan, jenis industri, jenis pendapat akuntan publik (opini), kualitas audit, KAP, lamanya menjadi klien KAP, bulan penutupan tahun buku. Namun tidak semua faktor dari penilitian yang pernah dilakukan dimasukkan dalam penelitian ini, dalam penelitian ini diteliti tiga faktor yang berpengaruh terhadap audit delay yaitu Laba/Rugi, Ukuran Perusahaan, dan Jenis Pendapat Auditor.


(47)

2.2.6. Laba / Rugi

Laporan Laba Rugi (Income Statement) merupakan salah satu komponen laporan keuangan yang sangat penting bagi pemakai informasi laporan keuangan. Laporan laba rugi menunjukkan pendapatan dari penjualan, berbagai biaya dan laba yang diperoleh selama periode tertentu. (Suad Husnan 2001 : 36 )

Menurut Jay.M. Smith.Jr,K. Freed Skousen, (1984) menyatakan bahwa perhitungan laba/rugi adalah laporan yang mengikhtisarkan aktivitas-aktivitas usaha untuk suatu periode tertentu dan melaporkan laba/rugi bersih hasil operasi dan dari aktivitas tertentu lainnya (Soetedjo, 2006 : 82).

Selanjutnya menurut Baridwan (2000 : 30-31), laporan laba atau rugi (income statement) adalah merupakan suatu laporan yang menunjukkan pendapatan - pendapatan dan biaya-biaya dari satu unit usaha untuk suatu periode tertentu. Dan selisih antara pendapatan dan biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh perusahaan.

1. Laba (Gains)

Adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama satu periode kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi oleh pemilik.

2. Rugi (Loss)

Adalah penurunan modal (aktiva besih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha


(48)

dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama periode kecuali yang timbul dari biaya (expense) atau distribusi pada pemiliknya.

Rugi atau laba bersih untuk periode berjalan menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 25 Tahun 2007, dengan dinyatakan dalam paragraf 7, 8, 9 seperti berikut ini:

a. Semua unsur pendapatan dan beban yang diakui dalam periode tercakup dalam penetapan laba atau rugi bersih untuk periode tersebut kecuali jika standar akuntansi keuangan yang berlaku mensyaratkan atau memperbolehkan sebaliknya.

b. Biasanya semua unsur atau beban yang diakui dalam satu periode tercakup dalam penetapan laba atau rugi bersih untuk periode tersebut. Termasuk juga pos luar biasa dan dampak perubahan estimasi akuntansi. Tetapi dalam keadaan tertentu mungkin diperlukan untuk mengeluarkan unsur-unsur tertentu dari laba atau rugi bersih untuk periode selanjutnya.

c. Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan terdiri atas unsur-unsur berikut yang masing-masing harus diungkapkan pada laporan laba atau rugi yaitu laba atau rugi dari aktivitas normal dan pos luar biasa.

2.2.6.1. Pengaruh Laba/Rugi dengan Audit Delay

Perusahaan yang mengalami keuntungan akan menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu (Dyer dan McHugh, 1975 dalam


(49)

Saleh, 2004: 900) karena dengan mengumumkan labanya maka akan berdampak positif terhadap penilaian pihak lain atas kinerja perusahaannya. Penilaian yang baik atas kinerja tersebut akan berdampak positif bagi posisi finansial dan non finansial perusahaan. Misalnya akan ada investor yang tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan yang labanya cukup tinggi atau pada perusahaan yang labanya stabil dan tidak pernah merugi. Hal tersebut tentu akan memperkuat posisi finansial perusahaan yang bersangkutan.

Dan sebaliknya, pada perusahaan yang mengalami kerugian akan melaporkan terlambat (Dyer dan McHugh, 1975 dalam Saleh, 2004: 900) karena dengan mengumumkan terjadinya rugi, maka akan membawa reaksi negatif dari pasar dan turunnya penilaian atas kinerja perusahaannya. Rendahnya penilaian atas kinerja dapat membawa dampak negatif bagi posisi finansial maupun non finansial perusahaan.

Menurut Givoly dan Palmon bahwa ketepatan waktu dan keterlambatan pengumuman laba tahunan dipengaruhi oleh isi laporan keuangan. Jika pengumuman laba berisi berita baik pihak manajemen akan cenderung melaporkan tepat waktu dan sebaliknya (Saleh: 2004: 900).

Ashton et. Al (1987) menghasilkan bukti bahwa audit delay cenderung panjang bagi perusahaan publik yang mengumumkan kerugian. Ini berkaitan dengan akibat yang dapat ditimbulkan oleh pasar terhadap pengumuman rugi tersebut bagi perusahaan. Oleh karena itu, auditor cenderung berhati-hati dan mengambil prosedur-prosedur audit


(50)

yang menurun dapat memastikan nilai kerugian atau tingkat profitabilitas yang menurun tersebut. Ini berarti memperpanjang audit delay (Halim: 2000: 66).

Menurut penelitian Carslaw dan Kaplan (1991) bahwa perusahaan yang melaporkan kerugian mungkin akan meminta auditor untuk mengatur waktu auditnya lebih lama dibandingkan biasanya (Subekti dan Widiyanti: 2004: 993).

Menurut Made Gede (2004) juga menyatakan bahwa perusahaan yang melaporkan kerugian mungkin akan meminta auditor untuk mengatur waktu auditannya lebih lama dibandingkan biasanya. Sebaliknya, jika perusahaan melaporkan laba yang tinggi, maka perusahaan berharap laporan keuangan auditan dapat diselesaikan secepatnya sehingga good news tersebut segera dapat disampaikan kepada para investor dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya (Supriyati dan Rolinda: 2007: 114).

2.2.7. Ukuran Perusahaan

2.2.7.1. Pengertian Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan variabel yang paling sering diteliti, karena ukuran perusahaan sebagai salah satu karakteristik perusahaan yang terkait dengan ketepatwaktuan laporan keuangan dan juga merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan. Oleh karena itu, semakin besar perusahaan maka akan melaporkan dengan lebih banyak sumber informasi.


(51)

Dalam penelitian ini ukuran perusahaan menggunakan indikator total aktiva (total assets). Definisi dari total aktiva adalah segala sesuatu yang sah dimiliki oleh perusahaan (Stice, et. al 2004: 137). Sedangkan FASB dalam Concept No 3 – Element of Financial Statement of Business Enterprises menyatakan bahwa aktiva adalah manfaat ekonomis di masa yang akan dating yang diharapkan akan diterima oleh suatu badan usaha sebagai hasil dari transaksi-transaksi di masa lalu (Baridwan, 1997: 20).

Menurut Riyanto (2001 : 299) suatu perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar dengan luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya control dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya perusahaan yang kecil dimana sahamnya hanya tersebar di lingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya control dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan, dengan demikian maka pada perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan perusahaan yang kecil.

2.2.7.2. Pengaruh Ukuran Perusahaan dengan Audit Delay

Audit delay akan semakin panjang jika yang diaudit skalanya makin besar. Hal tersebut berkaitan dengan semakin banyaknya jumlah sampel yang harus diambil dan semaki luas prosedur audit yang harus ditempuh (Halim, 2000).


(52)

Menurut SPAP seksi 319 paragraf 41, sifat dan luasnya prosedur yang dilaksanakan umumnya bervariasi dari suatu entitas ke entitas lain serta dipengaruhi oleh ukuran dan kompleksitas entitas tersebut.

Berdasarkan literatur Boynton dan Kell (2001: 24) bahwa audit delay akan semakin lama apabila ukuran perusahaan yang akan diaudit semakin besar. Hal ini berkaitan dengan semakin banyaknya jumlah sampel yang harus diambil dan semakin luas prosedur audit yang harus ditempuh (Halim: 2000: 110).

Berbeda dengan pernyataan diatas, menurut Courtis (1976), Gilling (1977), Ashton et. al (1987) bahwa faktor ukuran perusahaan dengan indikator total aktiva memiliki pengaruh yang besar terhadap audit delay. Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin besar nilai aktiva perusahaan klien, maka akan semakin pendek audit delay dan sebaliknya (Subekti dan Widiyanto: 2004 : 992).

Dyer dan McHugh (1975) menyatakan bahwa perusahaan besar diduga akan menyelesaikan auditnya lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor, salah satunya adalah manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan intensif untuk mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan pemerintah. Pihak-pihak ini sangat berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan.

Oleh karena itu perusahaan berskala besar cenderung mengalami tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan hasil audit lebih


(53)

awal (Subekti dan Widiyanti, 2004 : 993). Dengan demikian tampak bahwa ukuran perusahaan sebagai suatu fungsi dari ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan.

Selain itu kecenderungan yang terjadi, semakin besar ukuran perusahaan maka semakin baik struktur pengendalian intern perusahaan. Hal tersebut akan memudahkan auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya, karena dengan struktur pengendalian intern perusahaan yang baik maka akan sedikit pengujian yang harus dilakukan oleh auditor.

Berdasarkan dari uaraian di atas dapat ditarik disimpulkan bahwa ukuran perusahaan akan sangat berpengaruh terhadap ketepatwaktuan laporan auditan.

2.3. Kerangka Pikir

Sesuai dengan perumusan masalah serta fakta-fakta pendukung yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat disusun sebuah kerangka pikir seperti ini ditunjukkan pada gambar 1, sebagai berikut :

Regresi Linier Berganda Gambar. 1 : Diagram Kerangka Pikir Laba Rugi

(X1)

Audit Delay.

(Y) Ukuran Perusahaan


(54)

2.4. Hipotesis

Berawal pada latar belakang, penelitian terdahulu, dan landasan teori yang mendukung dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan yang berupa hipotesis yaitu diduga :

1. Bahwa laba rugi berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan Property dan Real Estate yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia. 2. Bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay pada

perusahaan Property dan Real Estate yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia.


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan (Nazir, 2005 : 126).

Variabel yng digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 1 (satu) variabel terikat (Y) yaitu audit delay, dan 2 (dua) variabel bebas (X) yaitu laba / rugi (X1) dan ukuran perusahaan (X2).

Agar dapat memperjelas definisi dan untuk memudahkan pengukuran terhadap masing-masing variabel yang digunakan, maka diperlukan definisi operasional atas variabel-variabel tersebut.

Adapun definisi operasional dan pengukuran variabel dari setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Audit Delay (Y)

Merupakan jarak waktu antara tanggal penutupan tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio, dan satuan pengukurannya adalah jumlah hari

2. Laba/Rugi (X1)

Merupakan selisih antara pendapatan dan biaya-biaya. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio, dan satuan pengukurannya adalah rupiah


(56)

3. Ukuran Perusahaan (X2)

Merupakan ukuran besar atau kecilnya kekayaan perusahaan yang diukur dari total aktiva berdasarkan nilai buku. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio, dan satuan pengukurannya adalah rupiah

3.2. Teknik Penentuan Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2006: 121). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Property dan Real Estate yang go publik di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006 – 2008, yang berjumlah 39 perusahaan

3.2.2. Sampel

Sampel adalah subkelompok atau sebagian dari populasi. Dengan mempelajari sampel, peneliti akan mampu menarik kesimpulan yang dapat digeneralisasikan terhadap populasi penelitian (Sekaran, 2006: 123).. Dalam melakukan penarikan sampel digunakan metode “Purposive Sampling”, yaitu teknik penarikan sampel dimana setiap sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang telah ditentukan, yaitu antara lain :

1. Perusahaan masuk dalam daftar market capitalization tahun 2006-2008.


(57)

3. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan lengkap untuk tahun 2006 -2008.

4. Perusahaan memiliki akhir tahun buku per 31 Desember. Hal ini bertujuan untuk menghindari perbedaan kinerja akibat jangka waktu yang tidak sama.

5. Ketersediaan data yang ada di Bursa Efek Indonesia. 6. Laporan keuangan yang disajikan dalam satuan rupiah.

Dari hasil kriteria diatas, maka perusahaan yang dijadikan penelitian ini adalah 15 perusahaan Property dan Real Estate, yaitu :

1. PT. Bakrieland Development Tbk 2. PT. Bintang Mitra Semestaraya Tbk 3. PT. Ciputra Surya Tbk

4. PT. Duta Anggada Realty Tbk 5. PT. Duta Pertiwi Tbk

6. PT. Global Land Development Tbk 7. PT. Indonesia Prima Property Tbk 8. PT. Jakarta Int I Hotel & Dev Tbk 9. PT. Jaya Real Property Tbk

10. PT. Kawasan Industri Jababeka Tbk 11. PT. Lippo Kawaraci Tbk

12. PT. Pakuwon Jati Tbk

13. PT. Summarecon Agung Tbk 14. PT. Sentul City Tbk


(58)

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Ditinjau dari sifatnya, jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif, sedangkan dilihat dari cara memperolehnya, data yang digunakan merupakan data sekunder yaitu data keuangan perusahaan seperti neraca dan laporan laba rugi, serta data laporan auditan perusahaan Property dan Real Estate yang go publik di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006 – 2008.

3.3.2. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD), JSX Statistik, dan Pusat Refrensi Pasar Modal (PRPM) pada perpustakaan PT. Bursa Efek Indonesia.

3.3.3. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi yaitu mengkopi, mencatat, mempelajari, dan menganalisa laporan keuangan tahunan (Anual report), Indonesian Capital Market Directory (ICMD), JSX Statistik yang tersedia di PT. Bursa Efek Indonesia.

3.4. Uji kualitas data 3.4.1. Uji Normalitas

Uji Normalitas merupakan alat uji yang digunakan untuk menguji apakah dari variabel - variabel yang digunakan dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal, dapat diuji dengan metode Kolmogorov Smirnov.


(59)

Dasar analisis yang digunakan yaitu nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya (Asymp sig (2-tailed) > 5%, maka data tersebut berdistribusi normal(Sumarsono, 2004 :40)

3.5. Uji Asumsi Klasik

Dalam suatu persamaan regresi harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya dalam pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias (Sesuai dengan tujuan) Kondisi ini akan terjadi jika di penuhi beberapa asumsi klasik yaitu :

1. Multikolinieritas

Multikolinieritas artinya adanya hubungan linier yang ”sempurna” atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Alat uji yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dalam penelitian ini dengan melihat besarnya nilai Variance Inflation Factor (VIF).

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10, maka hal ini berarti dalam persamaan regresi tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau bebas Multikolinieritas (Ghozali, 2002 : 57-59)

2. Autokorelasi

Autokorelasi artinya adanya korelasi antar anggota abservasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu. Alat uji yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi adalah uji Durbin Watson.


(60)

Menurut Santoso (2001 : 218) deteksi adanya Autokolerasi adalah :

a. Angka D-W di bawah - 2, hal ini berarti ada Autokolerasi positif. b. Angka D-W diantara -2 sampai +2, hal ini berarti tidak ada

Autokolerasi.

3. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas artinya variance variabel dalam model tidak sama (konstan). Alat uji yang digunakan untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas secara kuantitatif dalam suatu persamaan regresi dapat dilakukan dengan uji korelasi Rank Spearman.

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Sig (2-tailed) > 0,05, maka hal ini berarti dalam model regresi tidak terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya atau bebas Heteroskedastisitas (Santoso, 2001 : 301)

3.6. Teknik Analisis dan Hipotesis 3.6.1. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linier Berganda, dengan model persamaan regresi yang digunakan yaitu sebagai berikut

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + e Keterangan :

Y : Audit Delay


(61)

X2 : Ukuran Perusahaan

β0 : Konstanta

β1,2 : Koefisien Regresi e : Kesalahan

3.6.2. Uji Hipotesis

3.6.2.1. Uji Kesesuaian Model

Uji F digunakan untuk mengetahui sesuai tidaknya model regresi yang dihasilkan guna melihat pengaruh laba rugi dan ukuran perusahaan terhadap audit delay.

Berilut ini prosedur uji F :

1. Ho : β1 = 0, menunjukkan model regresi yang dihasilkan tidak cocok guna melihat pengaruh laba rugi, dan ukuran perusahaan terhadap audit delay

H1 : β1 ≠ 0, menunjukkan model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat pengaruh laba rugi dan ukuran perusahaan terhadap audit delay

2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 3. Kriteria keputusan

i. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti model regresi yang dihasilkan tidak cocok guna melihat pengaruh laba rugi dan ukuran perusahaan terhadap audit delay

ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat pengaruh laba rugi dan ukuran perusahaan terhadap audit delay


(62)

3.6.2.2. Uji Parsial

Uji t digunakan untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh laba rugi dan ukuran perusahaan secara parsial terhadap

audit delay.

Berilut ini prosedur uji t :

1. Ho : β1 = 0, menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan laba rugi dan ukuran perusahaan secara parsial terhadap audit delay

H1 : β1≠ 0, menunjukkan ada pengaruh yang signifikan laba rugi dan ukuran perusahaan secara parsial terhadap audit delay

2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 3. Kriteria keputusan

i. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan laba rugi dan ukuran perusahaan secara parsial terhadap audit delay

ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada pengaruh yang signifikan laba rugi dan ukuran perusahaan secara parsial terhadap audit delay


(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

Berdasarkan pada teknik penentuan sampel yang digunakan, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 15 perusahaan Property dan Real Estate yang go publik di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006 – 2008 dan untuk lebih jelasnya, berikut ini merupakan gambaran dari masing-masing perusahaan yang dijadikan sampel, yaitu :

1. PT. Bakrieland Development, Tbk

PT. Bakrieland Development, Tbk, didirikan pada tanggal 12 Juni 1990, dengan berdasarkan akta Notaris No. 209 yang dibuat dihadapkan John Leonard Waworuntuh, S.H.

Perseroan bergerak dalam bidang pembangunan, perdagangan dan jasa, termasuk usaha jasa manajemen dan penyertaan pada perusahaan yang berhubungan dengan real estate dan property, serta dalam bidang infrastruktur, dengan kantor pusat yang berkedudukan di Gedung Wisma Bakrie 1 lantai 6 dan 7, Jl. H. R. Rasuna Said Kav. B1, Jakarta Selatan, dan Perseroan memulai kegiatan operasi secara komersial pada tahun 1990.

2. PT. Bintang Mitra Semestaraya, Tbk

PT. Bintang Mitra Semestaraya, Tbk, didirikan pada tanggal 16 November 1989, dengan berdasarkan akta Notaris No. 240 yang dibuat dihadapkan Nyonya Siti Pertiwi Henny Shidik, S.H. yang telah diubah


(1)

4.4.2. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya

Adapun persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama membahas mengenai faktor – faktor yang berpengaruh terhadap audit delay, sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada objek, jumlah sampel dan periode penelitian, sehingga penelitian ini bukan merupakan replikasi.

Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat pengaruh laba rugi dan ukuran perusahaan terhadap audit delay pada perusahaan Property dan Real Estate yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia, hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Imam Subekti dan Novi Wulandari Widiyanti (2004).

4.4.3. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan Dan Manfaat

Berdasarkan dari tujuan penelitian yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh laba rugi dan ukuran perusahaan terhadap audit delay pada perusahaan Property dan Real Estate yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia telah tercapai.

Dari manfaat yang telah dikemukakan, maka hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pembuatan kebijakan dalam penyampaian laporan keuangan auditan sehingga para investor dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya akan tertarik untuk malakukan investasi.


(2)

73

4.4.4. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dirasakan oleh peneliti sudah dilakukan secara optimal, namun peneliti merasa dalam hasil penelitian ini adanya

keterbatasan, yaitu antara lain :

1. Sampel yang diambil relatif kecil, sehingga kurang dapat mengukur pengaruh laba rugi dan ukuran perusahaan terhadap audit delay.

2. Kendala yang bersifat situasional, yaitu berupa situasi yang dapat dirasakan peneliti pada saat melakukan penelitian, yang mana pada saat ini situasi negara dalam keadaan krisis ekonomi sehingga dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.

3. Dari hasil penelitian juga dapat dilihat adanya pengaruh dari variabel – variabel lain yang diteliti, sehingga dalam penelitian yang akan datang hendaknya diperhitungkan variabel lain yang kemungkinan berpengaruh terhadap audit delay.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hipotesis 1 yang menyatakan bahwa laba rugi berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan Property dan Real Estate yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia, terbukti kebenarannya.

2. Hipotesis 2 yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan Property dan Real Estate yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia, tidak terbukti kebenarannya.

5.2. Saran

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang kiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan dimasa yang akan datang, yaitu antara lain :

1. Bagi pihak manajemen perusahaan harus dapat menciptakan kesan adanya manajemen yang baik bagi perusahaan yaitu dengan memilih akuntan yang independen, dan dapat mempertahankan integritas, obyektivitas serta menjaga kode etik profesi, karena reputasi auditor sangat menentukan kredibilitas laporan keuangan.

2. Manajemen perusahaan hendaknya dapat lebih memperhatikan struktur pengendalian intern perusahaan. Hal tersebut akan memudahkan auditor


(4)

75

dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya, karena dengan struktur pengendalian intern perusahaan yang baik maka akan sedikit pengujian yang harus dilakukan oleh auditor.

3. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya memperhatikan dari adanya pengaruh dari variabel – variabel lain yang diteliti, sehingga dalam penelitian yang akan datang hendaknya diperhitungkan variabel lain yang kemungkinan berpengaruh terhadap audit delay.


(5)

Anonim, 2003, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi Jurusan

Akuntansi, Penerbit FE UPN ”Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Agoes, Sukrisno, 2006, Auditing (Pemeriksaan Akuntan Oleh Kantor Publik), Jilid 1, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Arens, Alvin A, Randal J. Elder, Mark S. Beasley 2003, Auditing dan Pelayanan

Verifikasi, Edisi Kesembilan, Jilid 1, Pendekatan Terpadu, Penerbit

Indeks.

Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Kelima, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Baridwan, Zaki, 2000, Intermidiate Accounting, Edisi Ketujuh, Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta.

Boynton,et.al, 2003, Modern Auditing, Edisi Ketujuh, Penerbit Erlangga, Jakarta. Darmadji, Tjiptono dan Hendy M.Fakhruddin, 2001, Pasar Modal di Indonesia

Pendekatan Tanya Jawab, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Holmes, Arthur W dan Burns, David C, 1993, Auditing Norma dan Prosedur, Edisi Kesembilan, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Husnan, Suad, 2001, Dasar – Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas,

Edisi Kedua, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta

IAI, 2001, Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. 2007, Standar Profesional Akuntan Publik, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Mulyadi, 2002, Auditing, Edisi Keenam, Jilid 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Riyanto, Bambang, 2001, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Sekaran, Uma, 2006, Research Method for Business Metodologi Penelitian


(6)

Soemarsono, 2002, Metodologi Penelitian Akuntansi, Penerbit FE UPN ”Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Stice, et. al, 2004, Intermediate Accounting, Edisi Kelima belas, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Sunariyah, 2004, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Keempat, Penerbit UPP-AMP YKPN, Yogyakarta.

Jurnal

Halim, Varianada, 2000, ”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay: Studi Empiris pada Perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal

Bisnis dan Akuntansi, Vol. 2, No. 1, Hal. 63-75, April.

Hananto, Bandi Santoso Tri, 2002, ”Ketepatan Waktu Atas Laporan Keuangan Perusahaan Indonesia”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 4, No. 2, Hal 155-164, Agustus.

Rachmawati, Sistya, 2008, ” Pengaruh Faktor Internal dan Ekternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness”, Jurnal Akuntansi dan

Keuangan, Vol. 10, No. 1, Hal 1-10, Mei.

Saleh Rachmaf, 2004, ”Study Empiris Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional

Akuntansi II IAI, Hal. 897-913, 2-3 Desember, Bali.

Subekti Imam dan Widiyanti, Novi Wulandari, 2004, ”Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay di Indonesia”, Simposium Nasional

Akuntansi II IAI, Hal 991-1002, 2-3 Desember, Bali.

Supriyati dan Rolinda, Yuliasri, 2007, ”Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur dan Finansial di Indonesia)”, Ventura, Vol. 10, No. 3, Hal 109-126, Desember.

Wirakusuma, Made Gede, 2004, ”Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rentang Waktu Penyajian Laporan Keuangan ke Publik (Studi Empiris Mengenai Keberadaan Divisi Internal Audit Pada Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta)”, Simposium Nasional Akuntansi II IAI, Hal. 1202-1222, 2-3 Desember, Bali.

Yuliana dan Ardiati, Aloysia Yanti, 2004, ”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay di Indonesia”, Modus, Vol. 16(2), Hal. 135-146.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 71 88

PENGARUH FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PERUSAHAAN TERHADAP AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA

0 14 23

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Properti dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 11 109

PENGARUH LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (PERIODE 2008-2012).

0 1 26

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 9 102

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTEK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 86

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, OPINI AUDIT, DAN UMUR PERUSAHAAN TERHADAP AUDIT DELAY (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2012-2014).

0 5 138

UKURAN PERUSAHAAN SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH KEPEMILIKAN PUBLIK KOMITE AUDIT DAN LABA RUGI TERHADAP AUDIT DELAY

0 0 9

PENGARUH LABA RUGI DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 20

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTEK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 22