Cara Masyarakat Masa Pra Aksara Mewariskan Sejarah

3 4

Bab 2 Melestarikan Tradisi Sejarah Masa Pra Aksara dan Masa Aksara

Pada masyarakat yang belum mengenal tulisan, memiliki cara yang berbeda dengan masyarakat yang sudah mengenal tulisan, dalam menjelaskan peristiwa-peristiwa yang mereka anggap penting. Peristiwa- peristiwa penting itu dapat berupa peristiwa-peristiwa alam, seperti gunung meletus, gempa bumi, banjir, asal-usul suatu tempat, dan lain-lain. Selain peristiwa alam, ada pula peristiwa yang terjadi dalam lingkungan sosial kehidupan manusia itu sendiri seperti asal-usul kelompok masyarakatnya, peperangan, peran seorang tokoh, dan lain-lain. Peristiwa-peristiwa pada masyarakat yang belum mengenal tulisan tidak meninggalkan bukti-bukti tertulis. Jika menjelaskan suatu asal-usul tempat, maka yang dijadikan bukti hanya bukti benda atau artefak dari benda itu sendiri. Penjelasan terhadap asal-usul suatu tempat itu lebih banyak berupa cerita lisan. Dalam masyarakat yang belum mengenal tulisan terdapat upaya untuk mengabadikan pengalaman masa lalunya melalui cerita yang disampaikan secara lisan dan terus-menerus diwariskan dari generasi ke generasi. Pewarisan ini dilakukan dengan tujuan masyarakat yang menjadi generasi berikutnya memiliki rasa kepemilikan atau mencintai cerita masa lalunya. Bahkan masa lalunya harus diyakini sehingga menjadi kepercayaan yang harus dipegang teguh. Masa lalu merupakan suatu pengajaran yang berharga bagi kehidupannya.

A. Cara Masyarakat Masa Pra Aksara Mewariskan Sejarah

Gambar: Memperhatikan orang yang sedang bercerita Sumber: www.google.com Berpikir Kreatif Gambar apakah di atas? Apakah gambar di atas digolongan kepada tradisi masyarakat belum mengenal tulisan atau sudah mengenal tulisan? Apa informasi atau keterangan yang kalian peroleh dari gambar tersebut? Sumber: www.google.com Masyarakat Indonesia memiliki cara yang unik dalam mengabadikan pengalaman hidupnya. Bagi masyarakat masa pra-aksara, mengabadikan sejarah kehidupannya melalui tradisi lisan. Sedangkan masyarakat masa aksara atau sudah mengenal tulisan, sejarahnya diabadikan dalam bentuk naskah yang ditulis dengan berbagai bahasa, khususnya bahasa daerah. Pada bab kedua ini, kalian akan mempelajari kebiasaan atau tradisi masyarakat masa pra-aksara dalam mengabadikan pengalaman hidupnya dan jenis-jenis tradisi lisan yang berkembang di masyarakat Indonesia. Selain itu, kajian juga mempelajari tradisi masyarakat masa aksara untuk mengabadikan perjalanan hidupnya. Diharapkan dengan mempelajari materi tersebut, kalian dapat menghargai dan melestarikan berbagai tradisi lisan dan tulisan yang dijadikan sebagai asset sejarah bangsa Indonesia. Kata Kunci: tradisi lisan, foklor, legenda, dongeng, upacara, lagu, tradisi tulisan, dan penulisan sejarah Indonesia. Bagi masyarakat yang belum mengenal tulisan, pengalaman masa lalu berfungsi bukan hanya sebagai pengetahuan belaka, akan tetapi berfungsi pula sebagai pegangan atau pedoman bagi kehidupannya. Tradisi lisan merupakan cara Di unduh dari : Bukupaket.com Sejarah SMA Kelas X 3 5 mewariskan sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan, dalam bentuk pesan-pesan verbal yang berupa pernyataan-pernyataan yang pernah dibuat di masa lampau oleh generasi yang hidup sebelum generasi yang sekarang ini. Ada beberapa hal yang menjadi ciri dari tradisi lisan, yaitu pertama menyangkut pesan-pesan yang berupa pernyataan-pernyataan lisan yang diucapkan, dinyanyikan atau disampaikan lewat musik. Kedua, tradisi lisan berasal dari generasi sebelum generasi sekarang, paling sedikit satu generasi sebelumnya. Berbeda halnya dengan sejarah lisan oral history , disusun bukan dari generasi sebelumnya tapi disusun oleh generasi sejaman. Asal tradisi lisan dari generasi sebelumnya karena memiliki fungsi pewarisan, sedangkan di dalam sejarah lisan tidak ada upaya untuk pewarisan. Sebelum kalian mempelajari materi mengenai Foklor, Mitologi, Dogeng, Upacara dan Lagu, coba kalian cari kata-kata dalam kotak di bawah ini yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas. Suripan Sadi Hutomo 1991 juga menjelaskan bahwa tradisi lisan mencakup beberapa hal, yaitu: 1. Kesusastraan lisan, 2. Teknologi tradisional, 3. Pengetahuan folk di luar pusat-pusat istana dan kota metropolitan, 4. Unsur-unsur religi dan kepercayaan folk di luar batas formal agama-agama besar, 5. Kesenian folk di luar pusat-pusat istana dan kota metropolitan, 6. Hukum adat. Menurut Edy Sedyawati dalam Muslihah 2002, tradisi lisan adalah segala wacana yang disampaikan secara lisan, mengikuti tata cara atau adat istiadat yang telah memola dalam suatu masyarakat. Kandungan isi wacana tersebut dapat meliputi berbagai hal seperti: berbagai jenis cerita atau pun berbagai jenis ungkapan seremonial dan ritual. Cerita-cerita yang disampaikan secara lisan itu bervariasi dari uraian genealogi, mitos, legenda hingga keberbagai cerita kepahlawanan. Suripan Sadi Hutomo 1991 mengemukakan ciri-ciri mengenai tradisi lisan, seperti yang terlihat pada bagan di bawah ini: Ciri-Ciri Tradisi Lisan Penyebarannya melalui mulut, maksudnya ekspresi budaya yang disebarkan baik dari segi waktu maupun ruang melalui mulut Lahir di dalam masyarakat yang masih bercorak desa, masyarakat di luar kota atau masyarakat yang belum mengenal huruf Tidak mementingkan fakta dan kebenaran, lebih menekankan pada aspek khayalan yang tidak diterima oleh masyarakat modern Bercorak puitis, teratur, dan berulang-ulang; maksudnya, a untuk menguatkan ingatan; b untuk menjaga keaslian sastra lisan supaya tidak cepat berubah. Tidak diketahui siapa pengarangnya, dan karena itu menjadi milik masyarakat Terdiri dari berbagai versi dan menggunakan gaya bahasa lisan sehari-hari, mengandung dialek, diucapkan tidak lengkap. Menggambarkan ciri-ciri budaya sesuatu masyarakat, sebab sastra lisan itu merupakan warisan budaya yang menggambarkan masa lampau, tetapi menyebut pula hal-hal baru. Di unduh dari : Bukupaket.com 3 6

Bab 2 Melestarikan Tradisi Sejarah Masa Pra Aksara dan Masa Aksara