7 4
Bab 4 Mengabadikan Kehidupan Awal Masyarakat Indonesia
Pada masa perundagian, manusia purba sangat taat kepada adat diantaranya adat gotong-royong, tolong menolong, sambat-sinambat.
Kebiasaan hidup berkelompok berkembang menjadi lebih luas dalam kehidupan masyarakat desa secara bergotong royong. Gotong royong
merupakan kewajiban bagi setiap anggota masyarakat. Hal ini dapat di lihat dalam pembuatan alat-alat, dimana semuanya dilakukan secara
bergotong royong.
B. Kehidupan Ekonomi Awal Masyarakat Indonesia
a. Zaman Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, sungai memiliki peran yang penting, yaitu dengan cara menyusuri sungai mereka bergerak dari
satu tempat ke tempat yang lain untuk mencari makanan. Namun, pada masa ini manusia purba belum mengenal alat pelayaran sungai.
Gambar: Alat Pelayaran Sungai
Sumber: Nugroho Notosusanto 1992:
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan mereka belum mengenal cara memasak makanan, karena mereka belum mengenal bagaimana
menggunakan periuk belanga, yang dibuktikan dari peninggalan- peninggalan mereka. Untuk memasak makanan diperlukan api, namun
kita belum mengetahui dengan pasti sejak kapan manusia prasejarah mulai menggunakan api dalam kehidupannya. Api mula-mula dikenal dari gejala
alam, misalnya percikan gunung berapi, kebakaran hutan yang kering ditimbulkan oleh halilintar atau nyala api yang bersumber dari dalam bumi,
karena mengandung gas. Secara lambat laun mereka dapat menyalakan api dengan cara menggosokkan batu dengan batu yang mengandung unsur
besi, sehingga menimbulkan percikan api. Percikan-percikan api ditampung dengan semacam lumut kering, sehingga terjadi bara api.
b. Zaman Bercocok Tanam
Pada masa bercocok tanam, manusia purba sudah melakukan usaha pertanian secara berpindah-pindah menurut kesuburan tanah. Pertanian
berbentuk perladangan dengan cara membakar hutan terlebih dahulu, kemudian dibersihkan dan ditebarkan benih-benih tanaman. Tumbuh-
tumbuhan yang mula-mula ditanam adalah kacang-kacangan, mentimun, umbi-umbian dan biji-bijian seperti jawawut, jenis padi, dan sebagainya.
Adanya kegiatan bercocok tanam ini didasarkan pada beberapa temuan di kawasan Asia Tenggara. Orang-orang di Asia Tenggara sudah
menemukan suatu bentuk pertanian sederhana, yaitu pertanian ladang atau perladangan. Di Asia Tenggara sistem perladangan berpindah sudah
dilakukan manusia pada masa akhir Pletosen atau kira-kira 9000 tahun Sebelum Masehi. Cara manusia bercocok tanam pada sistem perladangan
adalah pertama-tama mereka menebang hutan lalu membakar ranting-
Di unduh dari : Bukupaket.com
Sejarah SMA Kelas X
7 5
ranting, daun, dan pohonnya. Sesudah dibersihkan baru mereka menanam sejenis umbi-umbian. Setelah masa panen, mereka akan meninggalkan
tempat itu dan mencari tempat yang baru dengan cara yang sama, yakni tebang dan bakar. Oleh karena itu, sistem perladangan ini disebut slash
and burn
yang artinya tebang dan bakar. Cara bercocok tanam pada masa bercocok tanam adalah dengan berhuma,
yaitu dengan menebangi hutan dan menanaminya. Dengan pengolahan tanah yang sangat sederhana, mereka menanami ladang itu dengan kedelai,
ketela pohon atau ubi jalar. Kalau ladang yang mereka tanami mulai berkurang kesuburannya, mereka membuka ladang baru dengan cara
menebang dan membakar bagian-bagian hutan yang lain. Alat-alat yang digunakan pada masa bercocok tanam masih terbuat dari bahan-bahan
yang digunakan pada masa sebelumnya, yaitu dari batu, tulang binatang, tanduk, dan kayu.
Cara bercocok tanam yang mula-mula dikenal adalah berladang atau berhuma. Yang ditanam yaitu semacam padi-padian yang tumbuh liar di
mana-mana. Mereka pun telah mulai memelihara binatang. Sejalan dengan kemampuan bercocok tanam mereka telah pula berhasil membuat wadah
berupa gerabah. Wadah tersebut dibuat untuk menyimpan persediaan makanan. Kadang-kadang gerabah itu diberi hiasan. Dari hiasan itu dapat
diduga bahwa manusia pada masa bercocok tanam sudah mengenal tenunan. Banyak pula gelang-gelang dari batu indah dan manik-manik.
Hal tersebut menunjukkan bahwa manusia bercocok tanam sudah mulai menghias diri.
Dalam masyarakat yang sepenuhnya sudah mencurahkan perhatian pada kegiatan pertanian, kehidupan mereka semakin teratur dan memiliki banyak
waktu luang. Di sela-sela waktu tanam panen itulah dimanfaatkan untuk kegiatan lain yang dapat menunjang kehidupannya, baik itu untuk kepuasan
jasmani maupun rohani. Untuk pemuasan jasmani, misalnya mereka mengadakan kontak-kontak perdagangan dengan kelompok lain. Sekalipun
bentuk perdagangan pada waktu itu berupa perdagangan barter, namun dalam perdagangan mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari yang
tidak dihasilkan di daerah asalnya.
Barang-barang dagangan biasanya dibawa sampai jarak jauh melalui darat, sungai atau lautan. Barang-barang yang dipertukarkan tidak hanya berupa
hasil-hasil pertanian tetapi juga hasil-hasil industri rumah tangga, seperti gerabah, perhiasan, ikan garam, dan hasil-hasil laut lainnya. Adapun untuk
pemenuhan kepuasan rohani dapat kita lihat dari peninggalan-peninggalan yang berupa hasil-hasil seni, baik itu seni lukis, seni kerajinan, maupun
seni bangunan.
Gambar: Masyarakat zaman dulu sedang bercocok tanam
Sumber:
Cradies of Civilization
Di unduh dari : Bukupaket.com
7 6
Bab 4 Mengabadikan Kehidupan Awal Masyarakat Indonesia