adalah sebanyak 5 buah, sehingga kesempatan kegagalan yang terjadi dalam satu juta produk adalah sebanyak 207 unit.
2. Mengukur Level Sigma Untuk mengukur level sigma bisa digunakan alat bantu berupa tabel
konversi sigma ataupun kalkulator sigma, tapi disisni peneliti menggunakan kalkulator sigma
Dan hasilnya adalah nilai sigma = 5
Tabel 4.16 Nilai DPMO dan Sigma Bulan Januari – juni 2011
Keterangan Nilai
Total Pemeriksaan 56000
Total Defect 58
CTQ 5 DPMO 207
Sigma 5
4.3 Analyze
Tahap ini merupakan langkah operasional ketiga dalam siklus DMAIC dimana pada tahap ini dilakukan analisis hasil dari pengukuran yang telah
dilakukan pada tahap sebelumnya, dan juga dilakukan penentuan akar penyebab dari CTQ kunci dengan menggunakan alat bantu diagram sebab- akibat.
4.3.1 Analisis Hasil Pengukuran
Berdasarkan pengukuran dari tahap sebelumnya, telah diketahui tingkat DPMO dan level sigma selama bulan januari – juni 2011 yang kemudian akan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dijadikan baseline kinerja dari siklus DMAIC. Dengan hasil tersebut kita bisa mengetahui tingkat COPQ Cost of Poor Quality
Pada bulan januari – juni 2011 telah dilakukan pemeriksaan sebanyak 56000 kali dengan jumlah defect yang ditemukan sebanyak 58 dari 5 jenis defect
yang ada. Tingkat DPMO yang didapat adalah sebesar 207 dan level sigmanya adalah 5
Tabel 4.17 COPQ Cost of Poor Quality pada level sigma dan DPMO
COPQ Cost of Poor Quality
Tingkat pencapaian sigma
DPMO COPQ
1 ‐sigma
2 ‐sigma
3 ‐sigma
4 ‐sigma
5 ‐sigma
6 ‐sigma
691.462 sangat tidak kompetitif
308.538 rata2 industri indonesia
66.807 6.210
rata2 industri USA 233
3,4 industri kelas dunia
Tidak dapat dihitung
Tidak dapat dihitung
25 ‐40 dari penjualan
15 ‐25 dari penjualan
5‐15 dari penjualan 1 dari penjualan
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dengan level sigma sebesar 5 adalah mempunyai COPQ kira-kira sebesar 15 dari penjualan.
4.3.2 Menentukan Akar Penyebab
Berdasarkan pengukuran pada tahap sebelumnya, dapat diketahui ada lima defect yang harus diperbaiki yaitu pengelasan yang tidak rata, hasil las tidak
presisi, pemotongan pipa yang tidak rata, pipa pecah dalam mesin penekuk pipa, dan pengecatan yang tidak sempurna Dan dari kelima defect tersebut, terdapat
hasil las tidak presisi merupakan defect yang akan diprioritaskan untuk diperbaiki
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
karena menduduki peringkat pertama pada diagram pareto bulan januari – juni 2011 dengan persentase sebesar 29.31034 .
Untuk menentukan akar penyebab dari defect yang terjadi, maka diperlukan alat bantu brainstorming yaitu diagram sebab akibat. Dan gambar
berikut merupakan diagram sebab – akibat untuk potensial defect yang terjadi.
Analisa gambar: Dari diagram diatas dapat diketahui ada empat kategori penyebab kecacatan hasil
las tidak presisi yaitu : manusia, mesin, metode, dan lingkungan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1. Manusia
Kurang teliti : pada saat proses pengelasan, operator tidak teliti dalam ukuran kemiringan proses penyambungan pipa, sehingga sering terjadi
ketidak centeran dalam kemiringan pipa.
Skill kurang : terbatasnya keahlian yang di miliki oleh operator dalam
bidang pengelasan, sehingga operator tidak mengetahui bagaimana teknik pengelasan yang benar, sehingga dapat menambah tingkat kesalahan
produk. 2. Mesin
Kotor : Kondisi mesin yang kotor juga dapat menyebabkan defect pada
proses centering.
Karat : Adanya karat pada mesin menyebabkan proses pengukuran kemiringan centering pada pipa berubah.
Terhambat : operator tidak mengetahui kondisi mesin yang sedang
membutuhkan tambahan minyak, pelumas, terkena kotoran atau terhambat. 3. Matode
Pengelasan langsung dilakukan tanpa mengukur berulang kali pada mesin
centering : terjadi ketidak tepatan dalam ukuran kemiringan pengelasan karena pengelasan dilakukan tanpa mencocokan berulang kali pada mesin
centering.
Penempatan pipa tidak tepat pada mesin centering : penempatan pipa untuk pengukuran kemiringan pengelasan yang dilakukan oleh operator banyak
yang tidak tepat, hal ini bisa disebabkan karena geseran yang dilakukan oleh operator.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4. Lingkungan
Kurangnya pencahayaan : lokasi pengelasan yang kurang terang mempengaruhi penglihatan operator dalam proses pengelasan, sehingga
dapat menyebabkan ketidak tepatan dalam proses pengelasan.
Sirkulasi udara yang kurang baik : sirkulasi udara yang kurang baik mengakibatkan lokasi tersebut terasa pengap, sehingga mempengaruhi
konsentrasi pekerja dalam proses pengelasan.
Analisa gambar: Dari diagram diatas dapat diketahui ada tiga kategori penyebab kecacatan
pengecatan yang tidak sempurna yaitu : manusia, metode, dan lingkungan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1. Manusia
Kurang teliti : operataor banyak yang tidak teliti dalam melakukan proses pengecatan sehingga menyebabkan body pada sepeda tidak tertutup
rata oleh cat.
Skill kurang : terbatasnya keahlian yang di miliki oleh operator dalam
bidang pengecatan, sehingga operator tidak mengetahui bagaimana teknik pengecatan yang benar, sehingga dapat menambah tingkat kesalahan
produk. 2. Matode
Pencampuran cat yang tidak tepat: pencampuran cat yang tidak tepat dapat
mengakibatkan komponen cat menjadi tidak sama terlalu kentalcair, sehingga proses pengecatan menjadi tidak rata.
Tidak di lakukan pengamplasan pada bahan yang akan di cat : terdapatnya
kotoran kotoran pada bahan yang akan di cat, hal ini dapat menimbulkan benjolan benjolan pada hasil las, sehingga pengecatanpun menjadi tidak
rata. 3. Lingkungan
Kurangnya pencahayaan : lokasi pengecatan yang kurang terang
mempengaruhi penglihatan operator dalam proses pengecatan, sehingga dapat menyebabkan ketidak rataan dalam proses pengecatan.
Sirkulasi udara yang kurang baik : sirkulasi udara yang kurang baik
mengakibatkan lokasi tersebut terasa pengap, sehingga mempengaruhi konsentrasi pekerja dalam proses pengecatan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Analisa gambar: Dari diagram diatas dapat diketahui ada empat kategori penyebab kecacatan
pemotongan pipa yang tidak rata yaitu : manusia, mesin, metode, dan lingkungan. 1. Manusia
Kurang teliti : pada saat proses pemotongan pipa, operator tidak teliti
dalam proses pengukuran, sehingga sering terjadi ketidak tepatan ukuran dalam proses pemotongan pipa.
Skill kurang
: operator tidak mengetahui bagaimana teknik pemotongan pipa yang benar, sehingga dapat menambah tingkat kesalahan produk.
2. Mesin
Kotor : Kondisi mesin yang kotor juga dapat menyebabkan defect pada proses pemotongan pipa.
Karat : Adanya karat pada mesin menyebabkan proses pemotongan pipa
menjadi tidak rata.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3. Matode
Tidak di lakukannya pengukuran ulang : terjadi ketidak tepatan dalam proses pengukuran pipa sehingga menyebabkan ukuran pipa tidak sesuai
dengan yang di harapkan.
Penempatan pipa tidak tepat: penempatan pipa yang tidak tepat diakibatkan oleh geseran yang dilakukan oleh operator juga dapat merubah ukuran pipa
semula. 4. Lingkungan
Kurangnya pencahayaan : lokasi pemotongan pipa yang kurang terang
mempengaruhi penglihatan operator dalam proses pemotongan, sehingga dapat menyebabkan ketidak tepatan dalam proses pemotongan.
Sirkulasi udara yang kurang baik : sirkulasi udara yang kurang baik
mengakibatkan lokasi tersebut terasa pengap, sehingga mempengaruhi konsentrasi pekerja dalam proses pemotongan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Analisa gambar: Dari diagram diatas dapat diketahui ada tiga kategori penyebab kecacatan pipa
pecah dalam mesin penekuk pipa yaitu : manusia, metode, dan lingkungan. 1. Manusia
Skill kurang
: terbatasnya keahlian yang di miliki oleh operator dalam bidang pembentukan pipa pada body sepeda ,sehingga operator tidak
mengetahui bagaimana teknik yang benar, sehingga dapat menambah tingkat kesalahan produk.
Ceroboh
: pada saat proses pembentukan pipa, operator tidak cerrmat dalam memberikan tekanan pada pipa yang akan di bentuk sehingga
mengakibatkan pipa sering pecah 2. Matode
Tekanan yang terlalu besar dalam proses pembentukan pipa : tekanan yang
terlalu besar yang di berikan kepada operator dapat menyebabkan pipa yang akan di bentuk menjadi pecah.
Pemanasan pipa yang terlalu lama : pemanasan pipa yang terlalu lama
dapat menyebabkan pipa mudah leleh sehingga dalam proses pembentukan pipa akan mudah untuk lebur.
3. Lingkungan
Kurangnya pencahayaan : lokasi pembentukan pipa yang kurang terang mempengaruhi penglihatan operator, sehingga dapat menyebabkan
kesalahan dalam proses pengerjaan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Sirkulasi udara yang kurang baik : sirkulasi udara yang kurang baik
mengakibatkan lokasi tersebut terasa pengap, sehingga mempengaruhi konsentrasi pekerja.
Analisa gambar: Dari diagram diatas dapat diketahui ada tiga kategori penyebab kecacatan
pengelasan yang tidak rata yaitu : manusia, metode, dan lingkungan. 1. Manusia
Kurang teliti : pada saat proses pengelasan operator tidak teliti, sehingga
sering terjadi benjolan benjolan pada hasil pengelasan.
Skill kurang : operator tidak mengetahui bagaimana teknik pengelasan
yang benar, sehingga dapat menambah tingkat kesalahan produk.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2. Matode
Tidak di lakukannya pengamplasan terhadap barang yang akan di las: terdapatnya kotoran kotoran yang menempel pada bahan yang akan di las
dapat menimbulkan benjolan benjolan pada hasil pengelasan.
Dilakukannya pengelasan yang berulang ulang pada daerah yang sama: Dilakukannya pengelasan yang berulang ulang pada daerah yang sama
dapat mengakibatkan penumpukan hasil pengelasan yang tebal, sehingga pengelasanpun menjadi tidak rata.
3. Lingkungan
Kurangnya pencahayaan : lokasi pengelasan yang kurang terang mempengaruhi penglihatan operator dalam proses pengelasan, sehingga
dapat menyebabkan ketidak tepatan dalam proses pengelasan.
Sirkulasi udara yang kurang baik : sirkulasi udara yang kurang baik mengakibatkan lokasi tersebut terasa pengap, sehingga mempengaruhi
konsentrasi pekerja dalam proses pengelasan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.4 Improve