Perancangan Ulir PERENCANAAN WORM SCREW

Martua S.M Sitorus : Perancangan Dan Pembuatan Worm Screw Dengan Kapasitas Olahan 10 Ton TbsJam Untuk PKS Dengan Proses Pengecoran, 2010. Maka diperoleh : Vp = L x A A = 2 , 1 0910 , 3 m A = 0,0758 m 3 Maka diperoleh diameter silinder adalah : A = 4 π x D 2 D = π A . 4 D = π 0785 , 4 x D = 0965 , D = 0,310 m = 310 mm Dengan mengambil clereance antar diameter worm screw dan silinder sebesar 2,5 mm, maka diperoleh harga diameter worm screw : D o = 310 mm – 2 x 2,5 D o = 305 mm.

3.3 Perancangan Ulir

Sistem kerja screw press sangat tergantung pada ulir yang terdapat pada worm screw. Ulir inilah yang membawa adukan sawit tadi hingga ke ujung dari ulir. Pada perancangan ulir ini, direncanakan screw press memiliki 5 daun. Dengan jarak picth yang semakin kecil. Martua S.M Sitorus : Perancangan Dan Pembuatan Worm Screw Dengan Kapasitas Olahan 10 Ton TbsJam Untuk PKS Dengan Proses Pengecoran, 2010. Gambar 3.2 Gambar bentuk Worm Screw Ulir yang terdapat pada worm screw ini termasuk jenis ulir berpuncak acme thread. Gambar detail dari worm screw ini dapat kita lihat beserta ukuran- ukuran standart dapat kita lihat pada gambar 3.3 Do = diameter luar Dp = diameter picth Di = diameter dalam Ht = tinggi ulir Gambar 3.3 Detail dari ulir berpuncak Dari gambar diatas dapat kita peroleh diameter picth rata-rata Dp = Do – 0,5p – 0,1 literatur 2 hal 671 Rumus berlaku bila Do dan P dalam satuan inchi Dimana : P = jarak antara ulir pada titik atau bagian yang sama P rata-rata = 205 mm = 8,070 inchi Do = diameter Worm screw = 305 mm = 12,01 inchi Martua S.M Sitorus : Perancangan Dan Pembuatan Worm Screw Dengan Kapasitas Olahan 10 Ton TbsJam Untuk PKS Dengan Proses Pengecoran, 2010. Maka : Dp = 12,01 – 0,5 8,070 – 0,1 Dp = 7,875 inchi = 200 mm = 20 cm Diameter poros root ulir = 110 mm Maka tinggi ulir : h t = 2 Di Do − h t = 2 110 305 − h t = 97,5 mm Dalam proses penekanannya terhadap adukan sawit, maka adukan ini memberikan reaksi terhadap pergerakan ulir. Tekanan yang disebabkan oleh adukan ini adalah sekitar 50 bar data survey PTPN NUSANTARA II KEBUN SAWIT HULU,LANGKAT. P A = 50 bar = 50.10 5 Nm 2 = 5,099.10 5 Kgm 2 Jadi beban yang terjadi pada ulir ini adalah : W = P A x A A = Luas permukaan ulir yang mengalami pembebanan A = Ao – Ai A = 4 4 2 2 Di Do π π − A = 4 2 Di Do − π Martua S.M Sitorus : Perancangan Dan Pembuatan Worm Screw Dengan Kapasitas Olahan 10 Ton TbsJam Untuk PKS Dengan Proses Pengecoran, 2010. Dimana : Do = diameter puncak = 305 mm Di = diameter akar poros = 110 mm Sehingga : A = 4 2 Di Do − π A = 4 110 305 2 − π A = 29849,625 mm 2 A = 0,0298 m 2 Maka : W = P A x A W = 5,099.10 5 Kgm 2 x 0,0298 m 2 W = 0,152.10 5 Kg Tegangan sebenarnya atau tegangan lentur dapat ditaksir pada dasar atau poros ulir dengan rumus : Tegangan lentur SI = 2 4 Di W A W π = literatur 3 hal 391 Dimana : Di = diameter poros ulir Maka : SI = mm x 2 5 110 10 152 , 4 π SI = 16,002.10 5 Kgm 2 Martua S.M Sitorus : Perancangan Dan Pembuatan Worm Screw Dengan Kapasitas Olahan 10 Ton TbsJam Untuk PKS Dengan Proses Pengecoran, 2010. Tegangan geser pada dasar ulir poros Ss = 3 16 Di T π literatur 3 hal 391 Dimana : T = momen torsi T = W             − + α µ θ µ α θ tan cos tan . cos 2 n n Dp literatur 2 hal 674 Dimana : T = torsi yang digunakan untuk memutar batang ulit W = beban yang diterima batang ulir total D p = diameter rata-rata picth = koefisien gesekan ulir 0,16 c = koefisien gesek pada kollar = 0 = sudut kemiringan ulir n = sudut kemiringan alur Sudut kemiringan ulir = tan -1     Dp L π literatur 2 hal 672 L = m x p Ulir ini termasuk ulir L alur maka m = 1 Sehingga : L = 1 x 205 = 205 mm = tan -1     200 205 π Martua S.M Sitorus : Perancangan Dan Pembuatan Worm Screw Dengan Kapasitas Olahan 10 Ton TbsJam Untuk PKS Dengan Proses Pengecoran, 2010. = tan -1 0,3265 = 18,08 Sudut kemiringan alur n n = tan -1 cos tan 2 literatur 2 hal 674 dan untuk ulir berpuncak = 29 literatur 2 hal 669 Maka : n = tan -1 cos tan 2 n = tan -1 cos 18,08 . tan 29 n = tan -1 0,2454 n = 13,81 Maka : T = W         + − + m c n n p r d . tan cos tan . cos 2 µ α µ θ µ α θ T = 0,152 .10 5         + − + m r . 08 , 18 tan 16 , 81 , 13 cos 16 , 08 , 18 tan . 81 , 13 cos 2 200 T = 0,152 .10 5         + − + m r . 326 , . 16 , 971 , 16 , 326 , . 971 , 2 200 T = 0,152.10 5     918858382 , 6546 , 47 T = 788315,0812 Kg mm T = 788,315 Kg m Maka tegangan geser pada dasar ulir poros Ss = 3 16 Di T π Martua S.M Sitorus : Perancangan Dan Pembuatan Worm Screw Dengan Kapasitas Olahan 10 Ton TbsJam Untuk PKS Dengan Proses Pengecoran, 2010. Ss = 3 9 3 10 . 110 315 , 788 . 16 m m kg − π Ss = 004179340 , 04 , 12613 2 m Kg Ss = 30,17950.10 5 2 m Kg Tegangan lentur yang dialami oleh ulir adalah : SI max = 2 SI + Ss max SI max = 5 5 10 . 17950 , 30 2 10 . 002 , 16 + SI max = 38,1805 .10 5 Kgm 2 Untuk pemilihan bahan perlu ditentukan kekuatan tarik dari bahan rancangan : Ss = 2 1 Sf x Sf t σ literatur 4 hal 8 Dimana : t = kekuatan tarik Sf 1 = faktor keamanan yang tergantung pada jenis bahan, kita ambil 6 Sf 2 = faktor keamanan yang tergantung pada bentuk yang berkisar antara 1,3 – 3, dan kita ambil 2,5. t = Ss Sf 1 x Sf 2 t = 30,17950.10 5 6 x 2,5 t = 45269250 Kgm 2 t = 45,269 Kgmm 2 Martua S.M Sitorus : Perancangan Dan Pembuatan Worm Screw Dengan Kapasitas Olahan 10 Ton TbsJam Untuk PKS Dengan Proses Pengecoran, 2010. Dari kekuatan tarik tersebut maka disesuaikan dengan bahan yang akan dipilih pada tabel 3.1, maka bahan yang dipilih S30C Tabel 3.1 Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinisi dingin untuk poros Standar dan macam Lambang Perlakuan panas Kekuatan tarik kgmm 2 Keterangan Baja karbon konstruksi mesin JIS G 4501 S30C S35C S40C S45C S50C S55C Penormalan Penormalan Penormalan Penormalan Penormalan Penormalan 48 52 55 58 62 66 Batang baja yang difinisi dingin S35C – D S45C – D S55C – D - - - 53 60 72 Ditarik dingin, digerinda, dibubut, atau gabungan antara hal-hal tersebut Sumber : Sularso dan Suga Kiyokatsu, dasar perancangan dan pemilihan elemen mesin, PT. Pradnya Paramita, Jakarta 1980 hal 3

3.4 Perancangan Poros Penghubung dan Pasak