Hamonangan P. Sidauruk : Implementasi Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Menguji Undang-Undang Terhadap Undang Undang Dasar 1945” Study Kasus Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 5 Puu-V2007,
2008. USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan negara yang menyimpang dari ideologi Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 telah mengakibatkan ketidakseimbangan kekuasaan
diantara lembaga-lembaga negara. Ketidakseimbangan ini terlihat dari corak kekuasaan Presiden yang berlebihan dan absolut. Hal ini diperparah dengan tidak
berfungsinya lembaga-lembaga negara lainnya sebagaimana mestinya. Hal ini pada akhirnya melahirkan budaya korupsi, kolusi, dan nepotisme sehingga terjadi
krisis multidimensional pada hampir semua aspek kehidupan. Hal ini membangkitkan gerakan reformasi di seluruh tanah air.
Pada awal bergulirnya gerakan reformasi, tekad untuk memberantas segala bentuk penyelewengan sesuai dengan tuntutan reformasi seperti korupsi, kolusi,
dan nepotisme dan penyalahgunaan kekuasaan, ternyata belum diikuti dengan langkah nyata dan kesungguhan pemerintah serta aparat penegak hukum dalam
penerapan dan penegakkan hukum.
Hamonangan P. Sidauruk : Implementasi Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Menguji Undang-Undang Terhadap Undang Undang Dasar 1945” Study Kasus Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 5 Puu-V2007,
2008. USU Repository © 2009
Pada akhirnya sebagai reaksi dari tuntutan reformasi yang semakin kencang disuarakan oleh masyarakat, Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR
mengeluarkan ketetapan MPR Nomor IVMPR1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara GBHN Tahun 1999 – 2004, yang memuat beberapa hal penting
dalam hal arah kebijakan di bidang hukum, diantaranya: 1. Mengembangkan budaya hukum di semua lapisan masyarakat untuk
terciptanya kesadaran dan kepatuhan hukum dalam kerangka supremasi hukum dan tegaknya negara huku;
2. Menegakkan hukum secara konsistenuntuk lebih menjamin kepastian hukum,
keadilan dan kebenaran, supremasi hukum, serta menghargai hak asasi manusia;
3. Mewujudkan lembaga peradilan yang mandiri dan bebas dari pengaruh
penguasa dan pihak manapun.
1
Reformasi pada akhirnya membawa perubahan mendasar dalam sendi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, tidak terkecuali dalam bidang
hukum dan politik. Perubahan tersebut seakan telah membawa Negara Republik Indonesia ke alam yang lebih demokratis dan konstitusional.
Demokratisasi dan Konstitusionalisme telah menjadi semangat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk mewujudkan 2 dua hal tersebut
haruslah diawali dengan perubahan terhadap konstitusi yang merupakan dasar pijakan bagi negara demokrasi konstitusional.
Sebelum dilakukan amandemen, Undang-Undang Dasar 1945 mengandung banyak kelemahan, salah satunya adalah tidak tersedianya
Hamonangan P. Sidauruk : Implementasi Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Menguji Undang-Undang Terhadap Undang Undang Dasar 1945” Study Kasus Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 5 Puu-V2007,
2008. USU Repository © 2009
mekanisme check and balance, sehingga melumpuhkan kontrol yudisial terhadap pelaksanaan kekusaan, yang berakibat pada pelaksanaan kekuasaan yang
1
Tap MPR No. IVMPR1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara GBHN Tahun1999 - 2004
sentralistik dan otoriter. Pada akhirnya disadari bahwa untuk menciptakan pemerintahan yang
demokratis dan konstitusional, dibutuhkan lembaga yang memiliki kewenangan untuk melakukan kontrol yudisial judicial control terhadap penyelenggaraan
negara yaitu Mahkamah Konstitusi. Amandemen Konstitusi Republik Indonesia Undang-Undang Dasar 1945
melalui perubahan ketiga, yang dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR pada sidang tahunan MPR tahun 2001, akhirnya menyepakati
pembentukan Mahkamah Konstitusi MK. Sebuah lembaga baru yang sudah lama ditunggu-tunggu oleh kalangan pakar hukum tata negara, mengingat
eksistensinya dipandang sangat urgen dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Hal ini sebagai bentuk komitmen dan political wiil pemerintah, Majelis
Permusyawaratan Rakyat MPR, dan seluruh komponen bangsa untuk memperbaiki problem-problem dan penyimpangan-penyimpangan konstitusi yang
muncul dalam praktek ketatanegaraan selama ini. Pembentukan Mahkamah Konstitusi di Indonesia tidak dapat diingkari
terinspirasi oleh Mahkamah Konstitusi di negara lain, namun konsep Mahkamah Konstitusi yang telah ada tidak diresepsi secara keseluruhan dalam sistem
Hamonangan P. Sidauruk : Implementasi Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Menguji Undang-Undang Terhadap Undang Undang Dasar 1945” Study Kasus Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 5 Puu-V2007,
2008. USU Repository © 2009
ketatanegaraan Indonesia, karena setiap negara memiliki karakteristik sistem ketatanegaraan yang berbeda. Mahkamah Konstitusi hanya dikenal di 45 empat
puluh lima negara. Mahkamah Konstitusi menjadi trend terutama di negara- negara yang baru mengalami perubahan rezim dari otoriter ke rezim demokratis.
Sebagai salah satu lembaga yang baru,Mahkamah Konstitusi mempunyai wewenang khusus yang merupakan salah satu bentuk judicial control dalam
kerangka sistem check and balances diantara cabang-cabang kekuasaan pemerintah, Mahkamah Konstitusi sebagai salah satu pelaksana kekuasaan
kehakiman mempunyai peranan penting dalam usaha menegakkan konstitusi dan prinsip negara hukum sesuai dengan tugas dan wewenangnya sebagaimana
ditentukan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Kewenangan menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar
1945 yang diberikan kepada Mahkamah Konstitusi sebagai salah satu lembaga pelaksana kekuasaan kehakiman, dalam hal ini Mahkamah Konstitusi merupakan
suatu perkembangan paradigma baru dalam ketatanegaraan Indonesia, oleh karena kekuasaan kehakiman dalam hal ini Mahkamah Agung hanya diberi kewenangan
untuk menguji peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang dengan alasan bertentangan dengan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Mahkamah Konstitusi sebagai salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman yang berfungsi menangani perkara tertentu di bidang ketatanegaraan untuk
menjaga konstitusi agar dilaksanakan secara bertanggung jawab sesuai dengan kehendak rakyat dan cita-cita demokrasi.
Hamonangan P. Sidauruk : Implementasi Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Menguji Undang-Undang Terhadap Undang Undang Dasar 1945” Study Kasus Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 5 Puu-V2007,
2008. USU Repository © 2009
Pasal 24C ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 dan pasal 10 Undang- Undang No 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi menegaskan bahwa
Mahkamah Konstitusi berwenang untuk mengadili dan memutus pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final terhadap perkara-perkara
ketatanegaraan tertentu. Dalam menyelenggarakan peradilan tersebut Mahkamah Konstitusi harus mendasarkan pada ketentuan hukum beracara sesuai dengan
Pasal 28 Undang-Undang No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Kedudukan Undang-Undang No 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstiusi dalam pelaksanaan pasal 24C ayat6 Undang-Undang Dasar 1945 adalah Undang-Undang yang berfungsi untuk melaksanakan Undang-Undang
Dasar 1945 dan tidak membuat aturan baru yang bersifat membatasi pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945.
Pada Pasal 10 Undang-Undang No 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi yang mengatur secara khusus kewenangan Mahkamah Konstitusi
dalam menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
Undang-Undang Dasar 1945, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum pemilu.
Pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945 merupakan tugas yang mendominasi kewenangan Mahkamah Konstitusi
sebagaimana terlihat dalam permohonan yang masuk dan terdaftar di kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. Lembaga pengujian ini telah mengalami
sejarah yang panjang dan memperoleh bentuk serta substansi yang jelas.
Hamonangan P. Sidauruk : Implementasi Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Menguji Undang-Undang Terhadap Undang Undang Dasar 1945” Study Kasus Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 5 Puu-V2007,
2008. USU Repository © 2009
Konsekuensi dari pengujian undang-undang diterima dan pembentukan undang- undang dipandang terbukti bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945,
maka Undang-Undang yang dimohonkan pengujian tersebut akan dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945
Salah satu contoh kekuatan mengikat dari implementasi putusan Mahkamah Konstitusi dapat dilihat melalui Putusan Perkara No 5PUU-V2007
tentang ketentuan yang hanya membuka kesempatan bagi partai politik atau gabungan partai politik dalam pencalonan kepala daerah dan wakil kepala daerah
berdasarkan Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Kekuatan mengikat dari implementasi putusan Mahkamah Konstitusi tidak hanya
mengikat bagi pihak-pihak yang berperkara interpartes, tetapi implementasi putusan Mahkamah Konstitusi juga mengikat bagi semua orang, lembaga negara
dan badan hukum dalam wilayah Republik Indonesia.
B. Perumusan Masalah