Gadai hanya diberikan atas benda bergerak

Nazariah : Penyalahgunaan Hak Atas Benda Jaminan yang Dikaitkan dengan Gadai, 2008. USU Repository © 2009 c Selanjutnya terhadap piutang-piutang atas nama, maka gadai baru sah dan berlaku manakala pemberitahuan kepada siapa gadai harus dilaksanakan, telah dilakukan. 32 2 Tentang sebab yang halal dalam pemberian gadai Sebab yang halal diatur dalam pasal 1335 KUH Perdata, yang menyatakan bahwa : “Suatu perjanjian tanpa sebab, atau yang telah dibuat karena suatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan.” Dari rumusan pasal tersebut diatas, dijelaskan bahwa yang disebut dengan sebab yang halal adalah : a Bukan tanpa sebab. b Bukan sebab yang palsu. c Bukan sebab yang terlarang. 33 Selanjutnya dalam pasal 1336 KUH Perdata, dinyatakan lebih lanjut bahwa : “Jika tidak dinyatakan suatu sebab, tetapi ada suatu sebab yang halal, atau jika ada suatu sebab lain daripada yang dinyatakan itu, perjanjian itu adalah sah.” Adapun proses pemberian gadai adalah sebagai berikut :

1. Gadai hanya diberikan atas benda bergerak

32 Ibid, hal 156. 33 Ibid, hal 165. Nazariah : Penyalahgunaan Hak Atas Benda Jaminan yang Dikaitkan dengan Gadai, 2008. USU Repository © 2009 Unsur pertama dari suatu gadai seperti dikatakan sebelumnya hanya dapat diberikan terhadap benda yang bergerak, yang dalam hal ini menurut ketentuan pasal 1152, pasal 1152 bis, dan pasal 1153 KUH Perdata, dapat diberikan terhadap : a Benda bergerak, yang berwujud dan piutang-piutang kepada pembawa, yang dilaksanakan dengan cara melepaskan benda tersebut dari penguasaan pemberi gadai. Hal ini berdasar kepada pasal 1152 KUH Perdata yang berbunyi : Hak gadai atas benda-benda bergerak dan atas piutang-piutang bawa diletakkan dengan membawa barang gadainya di bawah kekuasaan kreditur atau seorang pihak ketiga, tentang siapa telah disetujui oleh kedua belah pihak. Tak sah adalah hak gadai atas segala benda yang dibiarkan tetap dalam kekuasaan debitur atau pemberi gadai, ataupun yang kembali atas kemauan kreditur. Hak gadai hapus apabila barangnya keluar dari kekuasaan penerima gadai ini atau dicuri daripadanya, maka berhaklah ia menuntutnya kembali, sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 1977 ayat kedua, sedangkan apabila barang gadai didapatnya kembali, hak gadai dianggap tidak pernah hilang. Hal tidak berkuasanya pemberi gadai untuk bertindak bebas dengan barang gadainya, tidaklah dapat dipertanggungjawabkan kepada kreditur yang telah menerima barang tersebut dalam gadai, dengan tak mengurangi hak yang kehilangan atau kecurian barang itu untuk menuntutnya kembali. b Piutang kepada pihak yang ditunjuk, yang pemberian gadainya dilakukan dengan cara endosemen yang disertai dengan penyerahan surat piutang atas tunjuk tersebut. Berdasar pasal 1152 bis KUH Perdata, yang berbunyi: “Untuk meletakkan hak gadai atas surat-surat tunjuk diperlukan, selainnya endosemennya, penyerahan suratnya.” Nazariah : Penyalahgunaan Hak Atas Benda Jaminan yang Dikaitkan dengan Gadai, 2008. USU Repository © 2009 c piutang-piutang atas nama, pemberian gadainya hanya sah jika telah diberitahukan mengenai pemberian gadai tersebut kepada orang, terhadap siapa gadai tersebut akan dilaksanakan. 34 Dari penjelasan yang diberikan dimuka dapat diketahui bahwa sebagai benda bergerak, maka gadai harus dikeluarkan dari kekuasaan pemberi gadai, yang caranya dilakukan menurut wujud masing-masing dari benda bergerak tersebut. Bagi benda bergerak yang berwujud dan bagi piutang-piutang kepada pembawa, maka cara mengeluarkan benda gadai dari pemberi gadai adalah dengan menyerahkannya kepada penerima gadai, yang dapat merupakan kreditur atau pihak ketiga yang ditunjuk atau disepakati bersama. Selanjutnya bagi benda bergerak yang tidak berwujud dalam bentuk piutang atas tunjuk, maka surat piutang atas tunjuk tersebut harus di “endorse” dan selanjutnya diserahkan kepada pemegang gadai. Dalam hal piutang atas nama, maka wujud pengeluarang piutang tersebut dari penguasaan pemberi gadai dilakukan dengan cara pemberitahuan akan gadai yang diberikan tersebut kepada orang terhadap siapa gadai dilaksanakan.

2. Gadai harus dikeluarkan dari kekuasaan pemberi gadai