1.6 Metodologi Pembahasan
Perencanaan suatu daerah irigasi baik secara teknis maupun non teknis, pada umumnya mengacu pada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi,
terutama dalam merencanakan jaringan irigasi mulai dari bangunan pengambilan, saluran pembawa, saluran pembuang dan bangunan air pelengkap yang
dibutuhkan dalam suatu jaringan irigasi meliputi : 1.
Mengumpulkan basis pengetahuan knowledge base mengenai system jaringan irigasi dan dari beberapa buku yang berkenaan dengan system
perencanaan irigasi. 2.
Mengumpulkan data-data yang diperlukan terdiri dari : a Data primer merupakan data yang diperoleh dengan pengamatan
langsung dilapangan yaitu melakukan survey terhadap areal yang tersedia b Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi-instansi
terkait dalam permasalahan dan penyelesaian potensi areal yang tersedia 3.
Pengolahan data dilakukan melalui tahap-tahap berikut: a Inventarisasi data curah hujan harian atau tengah bulanan
b Perhitungan debit andalan dengan metode Dr. F.J. mock 4.
Survey areal potensi irigasi di Sei Kepayang menggunakan metode survey visual, yaitu untuk mengetahui kondisi existing areal irigasi nantinya dengan
pengamatan secara langsung. 5.
Penentuan dan Pembagian areal yang berpotensi, Penentuan areal tersebut diambil berdasarkan Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi KP-01 dan
Bagian Petak Tersier KP-05
1.7 SISTEMATIKA PENULISAN
Guna memahami lebih jelas laporan tugas akhir ini, dilakukan dengan cara mengelompokkan materi menjadi beberapa sub bab dengan sistematika penulisan
sebagai berikut: Bab I. Pendahuluan
Merupakan bingkai studi atau rancangan yang akan dilakukan meliputi tinjauan umum, latar belakang, tujuan dan manfaat, ruang lingkup pembahasan,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Bab II. Metodologi
Bab ini menguraikan tentang metode atau langkah-langkah dalam penulisan tugas akhir ini serta mencantumkan data-data dan yang tersedia untuk
daerah rawa di Sei Kepayang, dalam metodologi ini juga mencantumkan dasar dasar teori yang digunakan sebagai petunjuk untuk mengelola data.
Bab III. Hasil dan Pembahasan Menganalisa kebutuhan air daerah rawa di Sei Kepayang dengan
menggunakan metode-metode yang berguna sebagai lahan pertanian. Bab IV. Kesimpulan dan Saran
Merupakan kumpulan dari butir-butir kesimpulan hasil analisa dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan juga disertai dengan
rekomendasi yang ditujukan untuk penelitian selanjutnya atau untuk penerapan hasil penelitian di lapangan.
7
BAB II DASAR TEORI
2.1 PERHITUNGAN HIDROLOGI
2.1.1 Umum
Persediaan air hujan dunia hampir seluruhnya didapatkan dalam bentuk hujan sebagai hasil dan penguapan air. Proses-proses yang tercakup dalam peralihan uap
lengas dari laut ke daratan dan kembali ke laut lagi membentuk apa yang disebut daur hidrologi.
Air di bumi ini mengulangi terus menerus sirkulasi penguapan, presipitasi dan pengaliran keluar outflow. Air menguap ke udara dari permukaan tanah dan
laut, berubah menjadi awan sesudah melalui beberapa proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju presipitasi ke permukaan laut atau daratan. Sebelum tiba ke
permukaan bumi sebagian Iangsung menguap ke udara dan sebagian mencapai permukaan tanah. Sebagian akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan di mana sebagian
akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh atau mengalir melalui dahan-dahan ke permukaan tanah.
Sebagian air hujan yang tiba ke permukaan tanah akan masuk ke dalam tanah berinfiltrasi ke dalam tanah dan bergerak menurun sebagai perkolasi. Air ini akan
mengisi lekuk-lekuk permukaan tanah. kemudian mengalir ke daerah-daerah yang rendah, masuk ke sungai-sungai dan akhimya ke laut. Dalam perjalanannya ke laut
sebagian akan menguap dan kembali ke udara. Sebagian air yang masuk ke dalam
8 tanah keluar kembali segera ke sungai-sungai disebut aliran interflow. Tetapi
sebagian besar akan tersimpan sebagai air tanah groundwater yang akan keluar sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang lama ke permukaan tanah di daerah-
daerah yang rendah disebut groundwater runoff = limpasan air tanah.
2.1.2 Penentuan Curah Hujan Rata-Rata DAS
Semua air yang bergerak di dalam bagian daur hidrologi secara langsung maupun tidak langsung berasal dari hujan presipitasi. Udara yang diserap oleh air
membawa air yang diuapkan dan bergerak hingga air tersebut mendingin sampai di bawah titik embun dan mempresipitasikan uap air sebagai hujan maupun bentuk
presipitasi yang lain. Suatu DAS adalah daerah yang dianggap sebagai wilayah dari suatu titik
tertentu pada suatu sungai dan dipisahkan dari DAS-DAS di sebelahnya oleh suatu pembagi, atau punggung bukitgunung yang dapat ditelusuri pada peta topografi.
Daerah aliran disebut juga sebagai cathment area atau drainage basin. Data hujan dari beberapa stasiun hujan digunakan dalam analisa data hujan untuk mencari
curah hujan rata-rata daerah aliran. Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan
air adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah hujan ini disebut curah hujan wilayahdaerah
dan dinyatakan dalam mm.
9 Beberapa cara perhitungan untuk mencari curah hujan rata-rata daerah aliran,
yaitu :
1. Arithmatic Mean Method Ini merupakan cara yang paling sederhana dan diperoleh dengan menghitung
rata-rata arithmatic dan semua total penakar hujan di suatu kawasan. Cara ini sesuai pada daerah yang datar dan mempunyai banyak penakar hujan
yang didistribusikan secara merata pada lokasi-lokasi yang mewakili. Cara Arithmatic Mean dapat dirumuskan sebagai berikut :
R = 1n R
1
+ R
2
+ R
3
+ ... + Rn …...……………………………………...…2.1 Dimana :
R = Curah hujan rata-rata mm
Rn = Tinggi hujan tiap stasiun n mm
n = Banyaknya stasiun penakar hujan
2. Thiessen Method Cara ini dengan memperhitungkan luas daerah yang diwakili oleh stasiun
yang bersangkutan luas daerah pengaruh. Untuk digunakan sebagai faktor dalam menghitung hujan rata-rata.
Menurut Thiessen luas daerah pengaruh dari setiap stasiun dengan menggunakan cara :
10 1. Menghubungkan stasiun-stasiun dengan suatu garis sehingga membentuk
poligon-poligon segitiga. 2. Menarik sumbu-sumbu dan poligon-poligon segitiga.
3. Perpotongan sumbu-sumbu ini akan membentuk luasan daerah pengaruh dari tiap-tiap stasiun.
Luas daerah pengaruh masing-masing stasiun dibagi dengan luas daerah aliran disebut sebagai Koefisien Thiessen masing-masing stasiun weighting factor.
Hujan rata-rata di daerah aliran dirumuskan sebagai berikut :
R = A
1
. R
1
+ A
2
. R
2
+ A
3
. R
3
+ .. + A
n
. R
n
A A A
A = W
1
.R
1
+ W
2
.R
2
+ W
3
.R
3
+ ... + Wn.R………………………………2.2
Dimana: A
= Luas daerah aliran km
2
An = Luas daerah pengaruh stasiun n km
2
Wn = Faktor pembobot daerah pengaruh stasiun n Rn
= Tinggi hujan pada stasiun n mm Metode Thiessen sesuai untuk daerah dengan jarak penakar hujan yang tidak
merata.
3. Isohyet Method Isohyet adalah garis yang menunjukkan tempat-tempat yang mempunyai
tinggi hujan yang sama.
11 Cara ini adalah cara yang paling teliti, tetapi cukup sulit pembuatannya. Pada
umumnya digunakan untuk hujan tahunan, karena terlalu banyak variasinya, sehingga isohyet akan berubah-ubah.
Hujan rata-rata di daerah aliran dirumuskan sebagai berikut :
R = A
1,2
. R
1,2
+ A
2,3
. R
2,3
+ ... + A
n,n+1