untuk segera meninggalkan perairan Indonesia karena lintasnya sudah dianggap tidak damai lagi.
Di samping itu, sambil menunggu adanya alur-alur, Keputusan Presiden No. 16 tahun 1971 tentang wewenang pemberian izin belayar bagi segala kegiatan kendaraan air asing
dalam wilayah perairan Indonesia,memberikan penjelasan bahwa kapal-kapal perang dan kapal-kapal public asing yang melakukan lintas damai di perairan Indonesia harus
memberitahuakan terlebih dahulu pada Pemerintah. Itulah ketentuan-ketentuan dalam garis besarnya yang dikeluarkan pemerintah, baik
dalam bentuk undang-undang, pengumuman pemerintah, ataupun keputusan presiden, yang menentukan status hukum perairan Indonesia serta mengatur lalu lintas di perairan tersebut.
Demikianlah berdasarkan pelaksanaan Undang-undang No.4 Prp Tahun 1960, Indonesia telah mengadakan perjanjian-perjanjian garis batas laut wilayah dengan Negara-negara tentangga
seperti dengan Malaysia yang ditandatangani di Kuala Lumpur tanggal 17 maret 1970, mulai berlaku tanggal 8 Oktober 1971, dengan Australia mengenai garis batas tertentu antara
Indonesia dan Papua Nugini di Jakarta tanggal 12 Febuari 1973 dan dengan Singapura yang ditandatangani di Jakarta tanggal 25 Mei 1973 dan mulai berlaku tanggal 30 Agustus 1974.
2. Status Hukum Negara Kepulauan
Ketentuan Pasal 46 Konvensi Hukum Laut 1982 menetapkan definisi Negara Kepulauan dan Kepulauan, sebagai berikut :
a. “Negara Kepulauan”berarti suatu Negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih
kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain; b.
“kepulauan” berarti suatu gugusan pulau, termaksud bagian pulau, perairan di antaranya dan lain-lain wujud alamiah yang hubungannya satu sama lainnya demikian
eratnya sehingga pulau-pulau, perairan dan wujud alamiah lainnya itu merupakan suatu
Universitas Sumatera Utara
kesatuan geografi, ekonomi dan politik yang hakiki, atau yang secara historis dianggap sedemikian.
27
Dari uraian diatas tampak bahwa Negara kepulauan berarti suatu Negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau
lainnya.Pengertian kepulauan adalah suatu gugusan pulau, termasuk bagian pulau, peraian diantaranya dan lain-lain wujud alamiah yang hubungannya satu sama lainnya demukian
eratnya, sehingga pulau-pulau, perairan dan wujud alamiah lainnya itu merupakan satu kesatuan geografi, ekonomi, dan politik yang hakiki, atau yang secara historis dianggap
sebagai demikian. Adapun yang disebut pulau yaitu daratan yang tampak di permukaan laut baik pada saat air surut maupun pada saat air laut pasang.
Dalam kaitan ini, G. Colombos menyatakan bahwa dapat tidaknya suatu gugusan pulau membentuk kepulauan, selain ditentukan oleh keadaan geografisnya, juga tergantung pada
faktor sejarah dan factor-faktor lainnya.
28
Istilah Negara kepulauan
archipelago state
telah dikenal sebelum KonvensiHukum Laut 1982.
29
Tetapi konsepsi Negara kepulauan sebagai kaidah hukum laut internasional yang baru dan mendapatkan pengakuan dari masyarakat internasional, baru muncul setelah di
tandatanganinya Konvensi PBB tentang Hukum Laut pada tanggal 10 Desember 1982 di Montego Bay, Jarnaica.
30
Dengan diterimanya prinsip Negara kepulauan sebagai salah satu lembaga dalam hukum laut internasional sebagaimana termuat dalam Bab IV Konvensi
Hukum Laut 1982, maka masalah status hukum Negara kepulauan menjadi pasti.
27
Pasal 46 KHL 1982.
28
Atje Misbach Muhjiddin, Status Hukum Perairan Kepulauan Indonesia dan Hak Lintas Kapal Asing, Bandung: Penerbit Alumni, 1993, hlm. 17.
29
Lihat, Ali Nur,Azas Negara Kepulauan dan Konsekuensinya terhadap Aktualisasi Pengakuan Kedaulatan Wilayah Udara Indonesia,Taskap Kursus Singkat Angkatan VI,
Jakarta : Lembacas, 1996, hal, 12, Istilah Archipelagic berasal dari istilah Bahasaitalia archipelagos, arci artinya penting atau terutama sedangkan
pelagos artinya laut atau wilayah lautan, Sebelum istilah archipelagos tersebut lahir, naskah remi perjanjian
antara Replubik Vonezza dan Raja Micael Palnelogus pada tahun 1268 mengenalnya sebagai “Aigaius Pelagos”
yang berarti laut Aigaia yang dianggap sebagai laut terpenting, Dalam perkembangan selanjutnya pulau-pulau yang ada di dalam laut Aigaia dinamakan; Arc h ilago
”, yang mengandung arti wilayah lautan dengan pulau- pulau di dalamnya.
30
Atje Misbach, op. cit, hlm. 95.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 47 ayat 1 Konvensi Hukum Laut 1982 menetapkan bahwa negara-negara yang berdasarkan Pasal 46 Konvensi Hukum Laut 1982 merupakan negara kepulauan dapat
menarik garis pangkal lurus kepulauan
straight archipelagic baselines
yang menghubungkan titik-titik terluar pulau-pulau dan karang kering dari pulau itu, dengan akibat
bahwa kedaulatan Negara kepulauan luas hingga ke perairan yang tertutup karena penarikan garis pangkal lurus demikian, sampai ke ruang udara yang ada di atasnya, dasar laut dan
tanah dibawahnya serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, tetapi syarat-syarat berikut ini harus terpenuhi:
31
a. Garis pangkal harus mencakup pulau-pulau utama dan suatu daerah dimana
perbandingan antara perairan dan daerah daratan adalah 1:1 dan 9:1. b.
Panjang garis pangkal tidak boleh melebihi 100 mil laut, kecuali bahwa hingga 3 dari jumlah keseluruhan garis pangkal dapat melebihi kepanjangan tersebut hingga pada
suatu kepanjangan maksimun 125 mil laut. c.
Garis pangkal tidak boleh menyimpang terlalu jauh dari konfigurasi umum kepulauan tersebut.
d. Garis pangkal tersebut tidak boleh ditarik dari dan ke elevasi surut , kecuali jika
diatasnya telah dibangun mercu suar atau instalasi serupa atau apabila elevasi surut tersebut terletak seluruhnya atau sebagian pada suatu jarak yang tidak melebihi lebar
laut teritorial. e.
Garis pangkal tidak boleh diterapkan dengan cara sedemikian rupa sehingga memotong laut teritorial Negara lain dari laut lepas atau zona ekonomi eksklusif.
f. Apabila bagian perairan kepulauan terletak di antara dua bagian suatu Negara tetangga
yang lansung berdampingan, hak-hak dan kepentingan-kepentingan sah Negara yang disebut terakhir, dan semua hak yang ditetapkan dengan perjanjian antara kedua Negara
31
J.G.Starke, Penghantar Hukum Internasional, Jakarta: Sinar Grafika, 1989, hlm. 354.
Universitas Sumatera Utara
akan tetap berlaku dan harus dihormati. Lebar laut territorial, zona tambahan, zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen harus diukur dari garis pangkal .
3. Kedaualatan Negara Kepulauan di Perairan Kepulauan.