Perlakuan Akuntansi Terhadap Aktiva Tetap dan Penerapan Metode Depresiasi pada RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

(1)

SKRIPSI

PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP AKTIVA TETAP DAN PENERAPAN METODE DEPRESIASI PADA RSUD DR. DJASAMEN

SARAGIH PEMATANGSIANTAR

OLEH

NAMA : DESY AFRIYANI NIM : 080522060

DEPARTEMEN : AKUNTANSI EKS.

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Perlakuan Akuntansi terhadap Aktiva Tetap dan Penerapan Metode Depresiasi pada RSUD dr. Djasamen Saragih PematangSiantar” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam hal penulisan skripsi level Program S-1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan info yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Program S-1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juni 2011

Yang membuat pernyataan

Desy Afriyani Nim: 080522060


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT yang

telah melimpahkan segala nikmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini, guna melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program strata 1 akuntansi extension Fakultas Ekonomi, Universitas sumatera Utara.

Terima kasih yang tak terhingga kepada ayahanda dan Ibunda atas semua dukungan berupa moril, material, dan do’a yang tiada hentinya serta kerja keras yang menghantarkan penulis meraih cita-cita. Juga buat bu Ika, penulis mengucapkan terima kasih atas semua pengorbanan dan dukungan semangat selama mengikuti perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M. Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi Strata 1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nurzaimah, MM, Ak. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan fikirannya untuk membimbing dan memberikan petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak M. Simba Sembiring, SE. selaku Ka. Sub. Bag. Akademik.


(4)

5. Pimpinan dan pegawai RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar, yang telah memberikan kesempatan serta izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di rumah sakit yang bersangkutan.

6. Adik- adik ku tersayang: Pandu, Kaka, Koko dan Yayang, yang selalu memberikan keceriaan dan kebahagiaan di hati penulis.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua bantuan yang diberikan. Penulis menyadari skripsi minor ini jauh dari kesempurnaan oleh karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu , dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi peningkatan mutu penulisan skripsi minor ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi minor ini dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita semua, terima kasih.

Medan, Juli 2011

Desy Afriyani NIM. 080522060


(5)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perlakuan akuntansi terhadap aktiva aetap dan penerapan metode depresiasi pada RSUD dr. Djasamen Saragih PematangSiantar sudah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16.

Dalam penelitian yang dilakukan penulis menggunakan metode deskriptif, metode deskriptif adalah menyimpulkan, menafsirkan dan mengklarifikasi data sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang didapat penulis dari hasil wawancara langsung dengan staf dan supervisor bagian akuntansi RSUD dr. Djasamen Saragih PematangSiantar.

Setelah melakukan penelitian, penulis memperoleh hasil penelitian dengan satu kesimpulan bahwa RSUD dr. Djasamen Saragih PematangSiantar telah menerapkan SAK dengan baik, hanya saja belum melakukan depresiasi terhadap Aktiva Tetap yang dimilikinya.


(6)

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine whether the accounting treatment of fixed assets and the application of depreciation methods in RSUD dr. Djasamen Saragih PematangSiantar is in conformity with Statement of Financial Accounting Standards No. 16.

In research, writer use descriptive method. Descriptive method is to collect, interpreting and clarifying data as according to condition which in fact. Data type the used is primary data and data of secondary got by writer from result direct interview with head and supervisor acoounting of RSUD dr. Djasamen Saragih PematangSiantar.

Research heaving taken steps, writer obtain get result of research with one conclution that RSUD dr. Djasamen Saragih PematangSiantar have applied SAK to plant assets, but only it has’nt done depreciation to their own fix assets.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... i i ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 3

D. Kerangka Konseptual ... 5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ……… 6

A. Tinjauan Teoritis ... 6

1. Pengertian Aktiva Tetap ... 6

2. Perolehan Aktiva Tetap ... 7

3. Pengeluaran Selama Masa Penggunaan Aktiva Tetap ... 26

4. Pengertian Dan Metode Depresiasi Aktiva Tetap ... 30

5. Penghentian Aktiva Tetap ... 45

6. Penggolongan Aktiva Tetap ... 53

7. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan ... 54

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 56

BAB III : METODE PENELITIAN ……… 59

A. Jenis Penelitian ... 59

B. Jenis Data ... 59

C. Teknik Pengumpulan Data ... 59

D. Teknik Analisa Data ... 60


(8)

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI ………. 61

A. Data Penelitian ... 61

1. Gambaran Umum RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar ... 61

1.1Sejarah Singkat Perusahaan ... 61

1.2Struktur Organisasi ... 62

1.3Uraian Tugas ... 64

B. Analisa Hasil Penelitian ... 75

1. Perolehan Aktiva Tetap ... 75

2. Pengeluaran Selama Masa ... 76

Penggunaan Aktiva Tetap 3. Metode Depresiasi Aktiva Tetap ... 77

4. Penghentian Aktiva Tetap ... 77

5. Penggolongan Aktiva Tetap ... 78

6. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan Perusahaan ... 79

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ……… 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR GAMBAR


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Pengalokasian Bunga yang ditangguhkan ………..13 Tabel 2.2 Pembayaran PT. Handaka ………...18 Tabel 2.3 Penyusutan Menurut Metode Straight Line ………... 32 Tabel 2.4 Penyusutan Menurut Metode sum of the years digit ………..33 Tabel 2.5 Penyusutan Menurut Metode declining/double

declining balance ………..34

Tabel 2.6 Penyusutan Menurut Metode service hours ………... 36 Tabel 2.7 Penyusutan Menurut Metode productive output ……….37 Tabel 2.8 Penyusutan Menurut Metode group and composite

tanpa disposisi penjualan ………38 Tabel 2.9 Penyusutan Menurut Metode kelompok-kelompok tertutup dengan disposisi penjualan ………...40 Tabel 2.10 Penyusutan Menurut Metode kelompok-kelompok

Terbuka dengan disposisi penjualan ………41 Tabel 2.11 Alokasi Harga Perolehan Menurut Metode

Penyusutan Komposit ……….42 Tabel 2.12 Penyusutan Menurut Metode annuity ……….44 Tabel 2.13 Perhitungan indikasi keuntungan

dari PT.Handaka dan PT. Pandu ...49 Tabel 2.14 Perhitungan indikasi keuntungan dan indikasi


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

Lampiran I Daftar Aktiva Tetap RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Lampiran II Bagan Struktur Organisasi RSUD dr. Djasamen Saragih


(12)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perlakuan akuntansi terhadap aktiva aetap dan penerapan metode depresiasi pada RSUD dr. Djasamen Saragih PematangSiantar sudah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16.

Dalam penelitian yang dilakukan penulis menggunakan metode deskriptif, metode deskriptif adalah menyimpulkan, menafsirkan dan mengklarifikasi data sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang didapat penulis dari hasil wawancara langsung dengan staf dan supervisor bagian akuntansi RSUD dr. Djasamen Saragih PematangSiantar.

Setelah melakukan penelitian, penulis memperoleh hasil penelitian dengan satu kesimpulan bahwa RSUD dr. Djasamen Saragih PematangSiantar telah menerapkan SAK dengan baik, hanya saja belum melakukan depresiasi terhadap Aktiva Tetap yang dimilikinya.


(13)

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine whether the accounting treatment of fixed assets and the application of depreciation methods in RSUD dr. Djasamen Saragih PematangSiantar is in conformity with Statement of Financial Accounting Standards No. 16.

In research, writer use descriptive method. Descriptive method is to collect, interpreting and clarifying data as according to condition which in fact. Data type the used is primary data and data of secondary got by writer from result direct interview with head and supervisor acoounting of RSUD dr. Djasamen Saragih PematangSiantar.

Research heaving taken steps, writer obtain get result of research with one conclution that RSUD dr. Djasamen Saragih PematangSiantar have applied SAK to plant assets, but only it has’nt done depreciation to their own fix assets.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Informasi keuangan disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan utama yang dihasilkan dari proses akuntansi adalah neraca dan laporan rugi laba. Salah satu pos dalam neraca adalah aktiva tetap. Aktiva tetap dalam neraca yang dibahas merupakan aktiva tetap berwujud yang digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan usahanya, tidak dimaksudkan untuk diperjual belikan dan mempunyai masa manfaat atau kegunaan lebih dari satu tahun serta mempunyai nilai material.

Aktiva tetap mempunyai peranan yang sangat besar ditinjau dari segi fungsinya. Dari segi jumlah dana yang diinvestasikan diperlukan dana yang besar, disamping pembuatannya yang memerlukan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu , dibutuhkan suatu perencanaan dan pengawasan yang baik oleh manajemen yaitu pertimbanagan-pertimbangan yang tepat, misalnya kebijakan cara perolehan aktiva tetap, metode penyusutan dan pengeluaran-pengeluaran saat pemakaian aktiva tetap dari operasi normal perusahaan.

Akuntansi aktiva tetap sangat berarti terhadap kelayakan laporan keuangan, kesalahan dalam menilai aktiva tetap berwujud dapat mengakibatkan kesalahan yang cukup material karena nilai investasi yang ditanamkan pada aktiva tetap relatif besar. Mengingat pentingnya akuntansi aktiva tetap dalam laporan


(15)

keuangan tersebut, maka perlakuannya harus berdasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.16).

Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara yakni dengan membeli secara tunai, secara kredit, atau angsuran, pertukaran, dibangun sendiri, sumbangan atau donasi. Cara perolehan tersebut akan mempengaruhi pencatatan harga perolehan. Aktiva tetap mempunyai batas waktu tertentu untuk tetap beroperasi secara layak. Oleh karena itu aktiva tetap membutuhkan perbaikan dan pemeliharaan yang membutuhkan dana tidak sedikit untuk itu perlu ditetapkan pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan aktiva tersebut apakah sebagai pengeluaran modal (capital expenditure) atau pengeluaran pendapatan (revenue expenditure)

Penulis melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar. Sebelumnya RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar bernama Rumah Sakit Umum Daerah Kota Pematangsiantar kemudian Pada tanggal 23 April 2007 nama Rumah Sakit Umum Kota Pematangsiantar berubah menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Djasamen

Saragih berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 515/ MENKES/SK/IV/2007. Fenomena yang terjadi pada Rumah Sakit Umum

Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar menyangkut aktiva tetap berwujudnya, yaitu RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar tidak melakukan penyusutan pada pencatatan aktiva tetapnya, jika ada barang yang rusak dan tidak bisa diperbaiki lagi maka akan dilakukan penghapusan terhadap aktiva tetap tersebut. Aktiva tetap berwujud yang diperoleh perusahaan seharusnya dilakukan


(16)

penyusutan secara periodik untuk mengetahui nilai bukunya pada akhir periode akuntansi dan dilaporkan dalam laporan keuangan di dalam neraca berupa akumulasi penyusutan serta dalam laporan rugi laba berupa beban penyusutan.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk membahas masalah aktiva tetap ini dalam bentuk skripsi dengan judul “ Perlakuan Akuntansi Terhadap

Aktiva Tetap dan Penerapan Metode Depresiasi pada RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah penerapan akuntansi aktiva tetap pada RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar telah sesuai dengan pernyataan standar akuntansi keuangan No. 16 ?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Apakah penerapan akuntansi aktiva tetap pada RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar telah sesuai dengan pernyataan standar akuntansi keuangan No. 16.

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, Penelitian ini berguna untuk pengembangan pengetahuan dan wawasan di dalam pemahaman tentang pengelolaan aktiva tetap dalam suatu perusahaan.


(17)

2. Hasil dari penelitian dapat memberikan masukan bagi perusahaan yang diteliti dan melalui penelitian perusahaan dapat menyelesaikan masalah yang terjadi pada perusahaannya, yaitu tentang akuntansi aktiva tetap berwujud agar dapat dijalankan dengan baik untuk kemajuan perusahaan. 3. Sebagai bahan masukan bagi orang lain yang ingin melakukan penelitian


(18)

D. Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kerangka konseptual untuk membantu melakukan pemahaman dan pembahasan masalah seperti di bawah ini:

Gambar 1.1

Keterangan:

Kerangka konseptual di atas menerangkan tentang perbandingan perlakuan akuntansi aktiva tetap yang diterapkan di RSUD Djasamen Saragih Pematangsiantar dengan PSAK No. 16, kemudian di analisis dan dari hasil analisis tersebut penulis memberikan kesimpulan dan saran.

Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap Dan Metode

Depresiasi

Akuntansi Aktiva Tetap Menurut

PSAK NO. 16 Akuntansi Aktiva

Tetap RSUD Dr. Djasamen Saragih

Pematangsiantar

Analisis

Kesimpulan dan saran


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pengertian Aktiva Tetap

Dalam penelitian ini yang dibahas adalah akuntansi aktiva tetap dan penyajiannya dalam laporan keuangan. Sebelum membahas lebih lanjut kita harus mengetahui terlebih dahulu landasan teoritis tentang pengertian akuntansi dan aktiva tetap.

Aktiva tetap aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai baik melalui pembelian maupun dibangun lebih dahulu yang digunakan dalam kegiatan usaha perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

Menurut Mulyadi (2002 : 110) “Aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual.

Menurut IAI (2007 : 16.2)

Aktiva tetap adalah aset berwujud yang:

(a) Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan

(b) Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.


(20)

Karakteristik aktiva tetap berwujud adalah bahwa aktiva yang dimiliki perusahaan untuk digunakan secara terus menerus dan umur manfaatnya relative lebih panjang dibandingkan aktiva lancar dan nilainya material. Akuntansi aktiva tetap sangat berarti terhadap kelayakan laporan keuangan, kesalahan dalam menilai aktiva tetap dapat mengakibatkan kesalahan yang cukup material karena nilai investasi yang ditanamkan pada aktiva tetap relatif besar. Oleh karena itu, perlakuannya harus berdasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.16) dan diterapkan secara konsisten dari suatu periode ke periode selanjutnya.

Selama masa pemakaian kemampuan suatu aktiva untuk menghasilkan pendapatan dan jasa biasanya semakin menurun, baik secara fisik maupun fungsinya. Oleh karena itu perlu adanya pengakuan terhadap penurunan nilai aktiva tetap berwujud. Caranya adalah dengan mengalokasikan harga perolehan aktiva tetap berwujud secara sistematis sebagai beban selama beberapa periode akuntansi yang menerima manfaat dari aktiva tetap berwujud tersebut. Pengalokasian harga perolehan itulah yang disebut dengan depresiasi.

2. Perolehan Aktiva Tetap

Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing-masing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan. Cara perolehan aktiva tetap adalah sebagai berikut:

a. Pembelian tunai

Aktiva yang dibeli dengan tunai dicatat sebesar uang yang dikeluarkan untuk pembelian itu ditambah dengan biaya-biaya sehubungan dengan pembelian


(21)

aktiva itu, dikurangi potongan harga yang diberikan baik karena pembelian dalam partai besar maupun karena pembayaran yang dipercepat.

Contoh.

PT. Handoko membeli bangunan seharga Rp 500.000.000,-, biaya lain-lain yang dikeluarkan adalah biaya perantara Rp 1000.000,-, biaya akte notaries Rp 1000.000,-, dan biaya pembersihan Rp 500.000,-. Perhitingan harga perolehan bangunan adalah sebagai berikut :

Harga beli Rp 500.000.000,- Biaya akte notaries 1.000.000,- biaya perantara 1.000.000,- biaya pembersihan 500.000,- total Rp 502.500.000,- jurnal saat pembelian :

Bangunan Rp 502.500.000,-

Kas Rp 502.500.000,-

Jika ada potongan harga maka potongan tersebut langsung mengurangi harga beli dan bukan merupakan keuntungan, karena keuntungan hanya diperoleh dari penjualan bukan dari pembelian. Apabila potongan harga tersebut tidak dimanfaatkan perusahaan, maka harus dilaporkan sebagai kerugian atau biaya bunga.

Contoh.

Sebuah mesin dibeli seharga Rp 50.000.000,-, jika dibeli secara kontan maka harganya Rp 47.500.000,-, maka jurnalnya :

1. Jika potongan harga dimanfaatkan Mesin Rp 47.500.000,-


(22)

2. Jika potongan harga dimanfaatkan Mesin Rp 50.000.000,-

Kas Rp 50.000.000,-

Jika aktiva tetap dibeli sekaligus dengan harga borongan (lump sump) maka harus dipisahkan nilai masing-masing aktiva. Dalam penentuan nilai masing-masing dari aktiva tersebut maka dibuatlah suatu angka perbandingan sebagai berikut :

1. Harga pasar yang wajar. Untuk menentukan nilai pasar yang wajar salah satu cara berikut dapat digunakan : penaksiran untuk tujuan asuransi, penilaian yang ditetapkan untuk tujuan pajak, atau penaksiran independent oleh seorang insinyur atau penaksir lainnya. Jika harga pasar yang wajar tidak ada, maka :

2. Harga penilaian menurut lembaga penilaian yang objektif (Independent

Appraisal Company).

Sebagai ilustrasi dari kondisi di atas, sebuah perusahaan memutuskan untuk membeli beberapa aktiva berupa lahan, peralatan dan bangunan dengan harga Rp 8.000.000,-, berdasarkan informasi pasar yang diketahui aktiva ini berharga :

Nilai Buku Nilai Pasar Lahan Rp 3.000.000,- Rp 5.000.000,- Peralatan Rp 2.000.000,- Rp 2.500.000,- Bangunan Rp 3.000.000,- Rp 2.500.000,- Rp 8.000.000,- Rp 10.000.000,-


(23)

Harga beli sebesar Rp 8.000.000,-, akan dialokasikan atas dasar nilai pasar yang wajar dengan cara berikut :

Lahan Rp 8.000.000,- = Rp 4.000.000,- Peralatan Rp 8.000.000,- = Rp 2.000.000,- Bangunan Rp 8.000.000,- = Rp 2.000.000,- Maka jurnal dari transaksi di atas adalah :

Lahan Rp 4.000.000,- Peralatan Rp 2.000.000,- Bangunan Rp 2.000.000,-

Kas Rp 8.000.000,-

Jika aktiva tetap yang dibeli merupakan aktiva bekas maka harus dicatat sebesar harga beli ditambah biaya-biaya reparasi dan perbaikan sehingga bias dipakai. Tidak perlu diperhatikan nilai buku dari penjual.

b. Pembelian secara kredit jangka panjang

Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam hal harga perolehan tidak boleh termasuk bunga, dalam kontrak pembelian dapat menyebutkan bahwa pembelian akan dilakukan dalam beberapa kali angsuran ditambah dengan pembayaran bunga. Pembebanan bunga atas kredit ada dua kemungkinan:

1. Dalam angsuran tidak termasuk bunga

Pembebanan bunga atas kredit jangka panjang menurut cara ini ada dua,yaitu Secara flat dan berdasarkan sisa utang. Secara flat yaitu biaya bunga


(24)

sama untuk pembayaran angsuran setiap semester. Berdasarkan sisa hutang, yaitu biaya bunga dihitung dari sisa hutang terakhir.

Contoh.

PT. Handaka membeli lahan dengan membeli lahan dengan harga Rp 100.000.000,-. Pembayaran atas pembelian lahan ini dilakukan dengan pemberian uang muka sebesar Rp 40.000.000,-. Sisa hutang atas pembelian tersebut dilakukan secara angsuran dalam 10 kali angsuran per semester. Bunga per tahun adalah 12%.

Pada saat pembelian jurnal yang dicatat adalah : Lahan Rp 100.000.000,-

Kas Rp 40.000.000,- Utang Kontrak/ Angsuran Rp 60.000.000,-

Secara flat pembayaran angsuran selama 10 kali per semester akan dicatatkan sebagai berikut :

Utang Kontrak/ Angsuran Rp 6.000.000,- Biaya Bunga* Rp 3.600.000,-

Kas Rp 9.600.000,- *(6% x Rp 60.000.000,-)

Akan tetapi jika pembebanan bunga atas pembelian kredit tersebut didasarkan atas sisa utang maka akan dijurnal sebagai berikut :

Angsuran semester I :

Utang Kontrak/ Angsuran Rp 6.000.000,- Biaya Bunga* Rp 3.600.000,-

Kas Rp 9.600.000,- *(6% x Rp 60.000.000,-)


(25)

Angsuran semester II :

Utang Kontrak/ Angsuran Rp 6.000.000,- Biaya Bunga** Rp 3.240.000,-

Kas Rp 9.240.000,- **(6% x Rp 54.000.000,-)

Pembayaran ini akan diteruskan sampai utang tersebut lunas. 2. Dalam angsuran sudah termasuk bunga

Jumlah angsuran yang dibayarkan tiapperiode dalam cara ini sudah termasuk bunga yang telah diperhitungkan terlebih dahulu. Pada waktu pembelian, bunga dicatat pada perkiraan biaya bunga yang ditangguhkan di debet. Sedangkan waktu pembayaran angsuran, biaya bunga yang ditangguhkan tersebut dicatat di kredit. Bunga dihitung berdasarkan pokok utang.

Untuk menghitung pokok utang ditentukan dengan faktor annuity nilai sekarang. Atau sering disebut dengan Present Value Annuity.

Bunga = suku bunga x pokok utang Pokok utang = angsuran x

Keterangan :

i = suku bunga per periode

n = jumlah periode contoh.

PT. Pandu tanggal 1 Januari 2007 membeli peralatan dengan cara angsuran tiap tahun sebesar Rp 12.500.000,- selama tiga tahun. Uang muka Rp 7.000.000,-. Bunga pertahun 15%. Jurnal transaksi tersebut adalah :


(26)

Untuk mencatat pembelian tanggal 1 Januari 2007

Peralatan Rp 35.540.000,- Beban Bunga Ditangguhkan Rp 8.960.000,-

Kas Rp 7.000.000,- Utang Kontrak/ Angsuran Rp 37.500.000,- Perhitungan:

Diketahui: n = 3 tahun

i = 15 % per tahun

Pokok utang = Rp 12.500.000,- x

= Rp 12.500.000,- x 2,2832 = Rp 28.540.000,- Bunga selama angsuran dihitung sebagai berikut:

Jumlah angsuran Rp 37.500.000,- Pokok utang Rp 28.540.000,- Bunga yang ditangguhkan Rp 8.960.000,-

Bunga yang ditangguhkan sebesar Rp 8.960.000,-akan dialokasikan dalam jangka waktu 3 tahun dengan perhitungan sebagai berikut:

Tabel 2.1

Pengalokasian Bunga yang ditangguhkan (dalam ribuan rupiah)

Tahun Angsuran Bunga Pokok

Angsuran

Pokok Utang

0 - - - 28.540

1 12.500 15% x 28.540 = 4.281 8.219 20.321 2 12.500 15%x 20.321 = 3.048,15 9.451,85 10.869,15 3 12.500 15% x 10.869,15 = 1.630,373 10.869,15 0


(27)

Untuk mencatat pembayaran angsuran tanggal 1 Januari 2008

Utang Kontrak/ Angsuran Rp 12.500.000,- Biaya Bunga Rp 4.281.000,-

Kas Rp 12.500.000,-

Beban Bunga Ditangguhkan Rp 4.281.000,-

Untuk mencatat pembayaran angsuran tanggal 1 Januari 2009

Utang Kontrak/ Angsuran Rp 12.500.000,- Biaya Bunga Rp 3.048.150,-

Kas Rp 12.500.000,-

Beban Bunga Ditangguhkan Rp 3.048.150,-

Untuk mencatat pembayaran angsuran tanggal 1 Januari 2010

Utang Kontrak/ Angsuran Rp 12.500.000,- Biaya Bunga Rp 1.630.373,-

Kas Rp 12.500.000,-

Beban Bunga Ditangguhkan Rp 1.630.373,-

c. Pembelian dengan surat berharga

Pembelian Aktiva tetap dengan surat berharga adalah dengan pengeluaran obligasi atau saham milik perusahaan untuk ditukar dengan aktiva tetap. Aktiva tetap tersebut harus dicatat sebesar harga pasar obligasi atau saham pada saat pembelian. Nilai surat berharga tersebut dicatat sebesar nilai pari atau nilai nominalnya. Selisih antara harga pembelian aktiva tetap dengan nilai nominal saham atau obligasi dicatat sebagai agio atau disagio dari saham atau obligasi tersebut.

Apabila harga pasar saham atau obligasi itu tidak diketahui, harga perolehan aktiva tetap ditentukan sebesar harga pasar aktiva tersebut. Kadang-kadang harga pasar surat berharga dan aktiva tetap yang ditukar tidak diketahui,


(28)

dalam keadaan seperti ini, nilai pertukaran ditentukan oleh keputusan pimpinan perusahaan.

Contoh.

PT. Yayang membeli sebidang tanah dengan mengeluarkan 1500 lembar saham dengan nilai nominal @ Rp 7.000,-. Harga kurs saat pembelian adalah :

1. Sebesar 99 2. Sebesar 115

Transaksi di atas akan dijurnal:

1. Jika kurs adalah 99, saham akan bernilai Rp 10.395.000,- (Rp 7.000,- x 1.500 lembar x 0,99).

Tanah Rp 10.395.000,- Disagio Saham Rp 105.000,-

Modal Saham Rp 10.500.000,-

2. Jika kurs adalah 115, saham akan bernilai Rp 12.075.000,- (Rp 7.000,- x 1.500 lembar x 1,15).

Tanah Rp 12.075.000,-

Modal Saham Rp 10.500.000,- Agio Saham Rp 1.575.000,- d. Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah/donasi

Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara dihadiahkan maka transaksi ini disebut nonreciprocal transfer (transfer yang tidak memerlukan umpan balik). Aktiva yang diperoleh melalui donasi atau sumbangan pada hakikatnya tidak menyebabkan pengeluarn modal. Kalupun ada hanyalah biaya yang dikeluarkan untuk memindahkan aktiva tetap tersebut sehingga dapat digunakan sesuai dengan tujuannya. Aktiva ini harus dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau


(29)

berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh pihak perusahaan penilai yang independent.

Contoh.

PT. Handoko menyumbangkan tanah dan bangunan kepada PT. Yayang dengan masing-masing memiliki nilai pasar wajarnya sebesar Rp 17.000.000,- dan Rp 25.000.000,-

PT. Yayang akan mencatatnya sebagai berikut: Tanah Rp 17.000.000,- Bangunan Rp 25.000.000,-

Modal donasi Rp 42.000.000,- e. Aktiva tetap yang dibangun sendiri

Dalam pembuatan aktiva, semua biaya yang langsung (biaya variable), yaitu bahan dan upah langsung serta overhead pabrik yang digunakan untuk pembangunan ini harus dikapitalisasi.

Ada tiga permasalahan yang selalu muncul dalam pembangunan aktiva tetap sendiri.

1. Biaya Overhead yang Dibebankan

Untuk berapa besar biaya overhead yang akan dibebankan terhadap aktiva tetap yang dibangun sendiri menurut Harahap (2002:31) ada 2 yaitu:

1. Metode incremental cost

Dalam hal ini biaya overhead yang dibebankan adalah kenaikan (tambahan) biaya overhead akibat adanya pembangunan aktiva tersebut. 2. Metode proporsional

Dalam metode ini yang dibebankan bukan saja kenaikan overhead itu tetapi juga dibebankan biaya overhead tetap secara pro-rata baik untuk kegiatan biasa maupun untuk kegiatan pembangunan itu sendiri.


(30)

2. Laba Rugi Pembangunan Sendiri

Dalam pembangunan sendiri aktiva tetap, yang diharapkan adalah biaya pembangunan sendiri akan lebih rendah dibandingkan jika pembangunan tersebut diborongkan. Jika hal tersebut terjadi maka kondisi yang sepertinya menghasilkan laba tersebut tidak dapat dianggap sebagai keuntungan bagi perusahaan.

Tetapi ada kondisi yang mengakibatkan biaya pembangunan sendiri lebih besar dibandingkan jika diborongkan. Jika hal ini terjadi maka perlu dipertanyakan dan dicari tahu mengapa hal tersebut dapat terjadi. Apabila biaya yang lebih tinggi ini terjadi disebabkan hal-hal yang tidak efisien atau karena kelalaian maka harus dicatat sebagai kerugian. Jadi harga pokok dari aktiva tetap yang dibangun tersebut dicatat sebesar jumlah biaya yang sesungguhnya dikeluarkan untuk pembangunan tersebut.

3. Biaya Bunga Selama Masa Pembangunan/ Kontruksi

Tiga pendekatan telah diusulkan Kieso (2002:6) untuk memperlakukan bunga yang muncul dalam pembiayaan kontruksi atau akuisisi property, pabrik, dan peralatan :

1. Tidak mengkapitalisasi beban selama periode kontruksi.

Menurut pendekatan ini, bunga dianggap sebagai biaya pendanaan dan bukan sebagai biaya kontruksi. Jadi dapat disimpulkan bahwa jika perusahaan menggunakan pembiayaan dengan saham dan bukan dengan utang, maka beban ini tidak akan muncul.

2. Membebankan semua biaya dana yang digunakan, baik yang dapat diidentifikasi maupun yang tidak kekontruksi.

Metode ini mengatakan bahwa satu bagian dari biaya kontruksi merupakan biaya pendanaan, apakah dengan utang, kas atau saham. Suatu aktiva harus dibebankan dengan semua biaya yang diperlukan untuk membuat aktiva tersebut siap digunakan. Bunga, baik actual maupun terkait (imputed), merupakan biaya pembangunan, seperti halnya dengan biaya tenega kerja, lahan dan overhead.


(31)

3. Hanya mengkapitalisasi biaya bunga actual yang terjadi selama kontruksi.

Pendekatan ini mengandalkan konsep biaya historis yang hanya mencatat transaksi actual.

Prinsip yang digunakan Kieso (2002 : 9) dalam memilih suku bunga yang tepat yang diaplikasikan pada akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang adalah :

4.Untuk bagian akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang yang kurang dari atau sama dengan jumlah yang secara khusus dipinjam untuk membiayai pembuatan aktiva, gunakan suku bunga yang terjadi atas pinjaman khusus tersebut.

5.Untuk bagian akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang yang lebih besar dari setiap utang yang dipinjam khusus untuk membiayai pembuatan aktiva, gunakan suku bunga rata-rata tertimbang yang terjadi atas semua utang lainnya yang beredar selama periode berjalan.

Contoh.

Sebagai ilustrasi atas masalah pengkapitalisasian bunga, di asumsikan bahwa pada tanggal 1 Oktober 2005, PT. Handaka telah menandatangani kontrak dengan PT. Yayang untuk membangun sebuah bangunan senilai Rp. 250.000.000,- di atas tanah yang mempunyai harga pokok Rp 50.000.000,- (dibeli dari kontraktor dan dimasukkan kedalam pembayaran pertama). PT. Handaka telah melakukan pembayaran berikut kepada perusahaan kontruksi selama lima tahun 2006 :

Tabel 2.2

Pembayaran PT. Handaka (dalam ribuan rupiah)

1 Januari 1 Mei 1 September 31 Desember Total Rp 75.000 Rp 75.000 Rp 75.000 Rp 75.000 Rp300.000


(32)

Pembangunan telah selesai dilaksanakan dan PT. Handaka siap untuk memakai bangunan tersebut pada tanggal 31 Desember 2006. PT. Handaka memiliki utang yang beredar berikut pada tanggal 31 Desember 2006 :

Utang Kontruksi Khusus

• Wesel bayar 3 tahun, bunga 15%, untuk membiayai pembelian tanah dan pembuatan bangunan, tertanggal 31 Desember 2005 Rp 90.000.000,-

Utang Lainnya

• Wesel bayar 5 tahun, bunga 10%, tertanggal 31 Desember 2002, dan bunga dibayar secara tahunan setiap tanggal 31 Desember Rp 75.000.000,-

• Obligasi 10 tahun, bunga 12%, dikeluarkan tanggal 31 Desember 2001, dan bunga dibayar secara tahunan setiap tanggal 31 Desember Rp 80.000.000,-

Akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang selama tahun 2006 dihitung sebagai berikut :

Pengeluaran Periode Kapitalisasi Akumulasi Pengeluaran Tgl Jumlah Tahun Berjalan Rata-Rata Tertimbang 1 Jan Rp 75.000.000,- 12/12 Rp 75.000.000,- 1 Mei Rp 75.000.000,- 8/12 Rp 50.000.000,- 1 Sep Rp 75.000.000,- 4/12 Rp 25.000.000,- 31 Des Rp 75.000.000,- Rp

Rp 300.000.000,- Rp 150.000.000,- Perhatikan bahwa pengeluaran yang dilakukan pada tanggal 31 Desember, yaitu hari terakhir tahun berjalan, tidak memiliki biaya bunga.


(33)

Bunga yang dapat dihindarkan dihitung sebagai berikut :

Akumulasi Pengeluaran Bunga yang Dapat Rata-Rata Tertimbang Suku Bunga Dihindarkan Rp 90.000.000,- 0,15 (wesel kontruksi) Rp 13.500.000,- Rp 60.000.000,-* 0,1103 (rata-rata tertimbang Rp 661.800,- Rp 150.000.000,- utang lainnya) Rp 14.161.800,- *Rp 60.000.000,- adalah jumlah dimana akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang melebihi pinjaman kontruksi khusus (Rp 150.000.000,- Rp 90.000.000,-)

Perhitungan suku bunga rata-rata tertimbang hutang lainnya :

Pokok Bunga Wesel 5 tahun, bunga 10% Rp 75.000.000,- Rp 7.500.000,- Obligasi 10 tahun, bunga 12% Rp 80.000.000,- Rp 9.600.000,- Rp 155.000.000,- Rp 17.100.000,- Suku bunga rata-rata tertimbang 11,03% Biaya bunga aktual yang merupakan jumlah maksimum yang dapat dikapitalisasi selama tahun 2006, dihitung sebagai berikut :

Wesel kontruksi Rp 90.000.000,- 0,15 : Rp 13.500.000,- Wesel 5 tahun Rp 75.000.000,- 0,1 : Rp 7.500.000,- Obligasi 10 tahun Rp 80.000.000,- 0.12 : Rp 9.600.000,-

Bunga Aktual Rp 30.600.000,-

Biaya bunga yang akan dikapitalisasi adalah bunga terkecil antara bunga yang dapat dihindari (Rp 14.161.800,-) dengan bunga actual (Rp 30.600.000,-), yaitu Rp 14.161.800,-

Sebagai pencatat atas transaksi selama tahun 2006 yang dilakukan PT. Handaka maka dibuatlah jurnal sebagai berikut :

1Januari 2006

Tanah Rp 50.000.000,- Bangunan/ Kontruksi dalam Proses Rp 25.000.000,-


(34)

1 Mei 2006

Bangunan Rp 75.000.000,-

Kas Rp 75.000.000,-

1 September 2006

Bangunan Rp 75.000.000,-

Kas Rp 75.000.000,-

31 Desember 2006

Bangunan Rp 75.000.000,-

Kas Rp 75.000.000,-

Bangunan (bunga yang dikapitalisasi) Rp 14.161.800,- Beban bunga* Rp 16.438.200,-

Kas** Rp 30.600.000,- * Rp 30.600.000,- Rp 14.161.800,-

** Rp 13.500.000,- Rp 7.500.000,- Rp 9.600.000,-

f. Aktiva tetap yang diperoleh secara pertukaran

Menurut cara ini aktiva tetap diperoleh dengan cara menukarkan aktiva tetap yang kita miliki dengan aktiva tetap lainnya yang dimilliki pihak lain baik itu yang sejenis maupun tidak sejenis. Transaksi pertukaran bisa bersih tanpa tambahan-tambahan lain atau dapat juga ditambah dengan transaksi tambahan lainnya, misalnya kas. Transaksi pertukaran aktiva tetap memiliki permasalahan yang khusus dalam pencatatannya.

Kieso (2002: 16), mengatakan :

Akuntansi yang tepat untuk pertukaran aktiva non-moneter (seperti persediaan serta properti, pabrik dan peralatan) masih diperdebatkan atau masih kontroversial. Sebagian akuntan berpendapat bahwa akuntansi untuk jenis pertukaran ini harus didasarkan atas nilai wajar aktiva yang diberikan atau nilai wajar aktiva yang diterima, dengan mengakui suatu keuntungan atau kerugian. Sebagian lagi berpendapat bahwa akuntansi harus didasarkan atas jumlah yang tercatat (nilai buku) dari aktiva yang diberikan, tanpa mengakui keuntungan atau kerugian. Sementara yang lainnya lagi memilih pendekatan yang akan


(35)

mengakui kerugian dalam semua kasus, tetapi menangguhkan keuntungan dalam situasi khusus.

IAI (2007 : 16.6) sendiri dalam menjelaskan tentang pertukaran aktiva tetap adalah :

Entitas menentukan apakah suatu transaksi pertukaran memiliki substansi komersial atau tidak dengan mempertimbangkan sejauh mana arus kas masa depan diharapkan dapat berubah sebagai akibat dari transaksi ini.suatu transaksi pertukaran memiliki substansikomersial jika:

(a) Konfigurasi (risiko, waktu, dan jumlah) arus kas atas aset yang diterima berbeda dari konfigurasi dari aset yang diserahkan; atau

(b) Nilai khusus entitas dari kegiatan operasional entitas yang dipengaruhi oleh transaksi tersebut berubah sebagai akibat dari pertukaran; dan

(c) Selisih antara (a) dan (b) adalah relatif signifikan terhadap nilai wajar dari aset yang dipertukarkan.

Jika pertukaran aktiva tetap dilakukan atas dasar yang tidak sejenis, maka perbedaan antara nilai buku aktiva tetap yang diserahkan dengan nilai aktiva yang diperoleh lansung dicatat sebagai laba atau rugi pertukaran aktiva tetap. Pertukaran aktiva tetap yang sejenis dilakukan dengan kondisi tidak adanya pembayaran kas ataupun adanya kas. Kedua kondisi ini akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Bila pertukaran tidak dissertai dengan pembayaran

Nilai perolehan aktiva tetap dicatat sebesar nilai buku dari aktiva yang bersangkutan.

b. Bila pertukaran disertai dengan pembayaran

Harga perolehan aktiva tetap dapat dilihat dari kedua belah pihak yang melakukan transaksi, yaitu :


(36)

• Pihak yang menyerahkan uang

Bagi pihak yang menyerahkan uang, harga perolehan dicatat sebesar nilai buku aktiva tetap yang diserahkan ditambah pembayan kas, dan tidak boleh dicatatkan laba.

• Pihak yang menerima uang

Bila pembayaran disertai disertai oleh pembayaran kas, maka ada dua hal yang mempengaruhi pengakuan keuntungan, yaitu :

1. Apabila kas yang diterima sebesar kurang dari 25% dari nilai pasar aktiva tetap yang diterima, maka keuntungan diakui sebagian jika uang diterima.

Bagi pihak yang menerima uang, diperlakukan bahwa transaksi itu mengandung realisasi laba walaupun transaksi itu bukan kegiatan utama perusahaan. Pihak yang menerima kas harus mencatat bagian laba yang timbul dari penerimaan kas tersebut. Jadi ada keuntungan yang diakui (realized gain)

realized gain dapat dihitung sebagai berikut :

Indicated Gain (total keuntungan) adalah laba yang ditujukkan dari

transaksi pertukaran tersebut dihitung dari harga pasar aktiva tetap yang diberikan dikurangi dengan nilai bukunya. Atau dapat pula dihitung dengan cara harga pasar aktiva tetap yang diterima


(37)

dikurangi dengan nilai buku aktiva tetap yang diserahkan dikurangi kas yang dibayar.

2. Apabila kas yang diterima sebesar lebih dari 25% dari nilai pasar aktiva tetap yang diterima, maka semua keuntungan diakui.

Contoh.

PT. Pandu menukar mesin sejenis yang nilai perolehannya sebesar Rp 15.000.000,-, akumulasi penyusutannya sebesar Rp 9.000.000,-, dan harga pasar Rp 6.375.000,- dengan mesin milik PT. Handaka yang nilai perolehannya sebesar Rp 18.000.000,- akumulasi penyusutannya Rp 12.000.000,- dan harga pasar Rp 6.750.000,- maka transaksi ini akan dijurnal sebagai berikut :

Mesin (baru) Rp 6.000.000,- Akumulasi penyusutan mesin Rp 9.000.000,-

Mesin (lama) Rp 15.000.000,- Dari contoh diatas dianggap PT. Pandu sebagai pihak yang menukarkan mesin dan PT. Handaka sebagai pihak yang memberikan mesin dan menerima kas sebesar Rp 375.000,-

1. Dalam hal ini apabila kas yang dibayar PT. Pandu lebih kecil dari 25% harga pasar mesin tersebut.

Untuk menghitung harga perolehan atas aktiva tetap yang diterimanya : Harga pasar mesin yang diterima Rp 6.750.000,- (-) Laba yang ditangguhkan Rp 375.000,- Nilai perolehan mesin yang diterima Rp 6.375.000,- Atau

Nilai buku mesin yang diserahkan Rp 6.000.000,- (+) Kas yang dibayar Rp 375.000,-


(38)

Nilai perolehan mesin yang diterima Rp 6.375.000,-

Transaksi di atas akan dijurnal sebagai berikut : Mesin (baru) Rp 6.375.000,- Akumulasi penyusutan Rp 9.000.000,-

Kas Rp 375.000,- Mesin (lama) Rp 15.000.000,-

Sebagai pihak penerima uang maka PT. Handaka akan memperhitungkan sebagian keuntungan yang diakuinya diterimanya. Keuntungan yang diakui tersebut akan dihitung sebagai berikut :

Harga pasar mesin yang diserahkan Rp 6.750.000,- (-) Nilai buku mesin yang diserahkan Rp 6.000.000,- Total keuntungan Rp 750.000,- Atau

Harga pasar mesin yang diterima Rp 6.375.000,- (-) Nilai buku mesin yang diserahkan Rp 6.000.000,- (+) Kas yang diterima Rp 375.000,- Total keuntungan Rp 750.000,-

Keuntungan yang diakui = Rp 750.000,- = Rp 41.666,67

Aktiva yang diperolehnya akan dinilai :

= Nilai buku aktiva tetap yang diserahkan – penerimaan kas (boot) + keuntungan yang diakui

= Rp 6.000.000,- Rp 375.000,- + Rp 41.666,67 = Rp 5.666.666,67 Untuk mencatat transaksi di atas maka PT.Handaka akan menjurnal : Mesin (baru) Rp 5.666.666,67


(39)

Kas Rp 375.000,-

Mesin (lama) Rp 18.000.000,- Laba pertukaran Rp 41.666,67

2. Apabila PT. Handaka menerima kas lebih besar dari 25% harga pasar aktiva tetap yang diterimanya dari PT. Pandu, yaitu menerima kas sebesar Rp 1.912.500,- (30% dari harga pasar mesin yang diterima). Maka dalam hal ini transaksi dianggap sebagai pertukaran moneter, dimana semua keuntungan dan kerugian diakui, dan aktiva tetap yang diterima dicatat berdasarkan nilai pasarnya.

PT.Handaka mencatat transaksinya sebagai berikut : Kas Rp 1.912.500,- Mesin (baru) Rp 6.000.000,- Akumulasi penyusutan Rp 12.000.000,-

Mesin Rp 18.000.000,- Laba pertukaran Rp 1.912.500,-

3. Pengeluaran Selama Masa Penggunaan Aktiva Tetap

Selama penggunaan aktiva tetap perusahaan tidak dapat menghindarkan diri dari pengeluaran-pengeluaran untuk aktiva tetap itu. Pengeluaran itu ada dua macam, yaitu:

a. Pengeluaran Pendapatan (revenue expenditure)

Pengeluaran pendapatan adalah pengeluaran-pengeluaran yang hanya mendatangkan untuk tahun dimana pengeluaran tersebut dilakukan. Oleh karena itu, pengeluaran pendapatan akan dicatat sebagai beban. Pengeluaran untuk pemeliharan dan perbaikan rutin merupakan contoh dari pengeluaran ini. Beban pemeliharaan terjadi agar aktiva tetap selalu berada dalam keadaan baik.


(40)

Sedangkan beban perbaikan adalah beban-beban untuk mengembalikan aktiva tetap dalam keadaan baik.

b. Pengeluaran Modal (capital expenditure)

Pengeluaran modal adalah pengeluaran-pengeluaran yang harus dicatat sebagai aktiva (dikapitalisir). Pengeluaran-pengeluaran yang akan mendatangkan manfaat lebih dari satu periode akuntansi termasuk dalam kategori ini.

Dalam praktek sangat sulit membedakan antara revenue expenditure dengan capital expenditure. Untuk mengatasi kesulitan ini dalam akuntansi diberikan beberapa pedoman bagaimana untuk membedakannya.

Menurut Harahap (2002 : 49) Pedoman itu adalah sebagai berikut: 1. Segi Keuntungan

Jika pengeluaran itu memberikan keuntungan selama lebih dari satu tahun, maka dianggap sebagai capital expenditure. Jika sebaliknya maka dianggap sebagi revenue expenditure.

2. Kebiasaan

Jika pengeluaran itu merupakan pengeluaran yang sifatnya lazim dan rutin dikeluarkan dalam periode tertentu maka dianggap sebagai revenue expenditure, jika sebaliknya maka dianggap sebagai capital

expenditure. Jika pengeluaran itu jumlahnya relative besar dan sifatnya

penting biasanya dianggap sebagai capital expenditure. Sedangkan jika pengeluaran tersebut relative kecil maka dianggap sebagai revenue

expenditure.

3. Jumlah

Jika pengeluarannya relative kecil dianggap sebagai revenue

expenditure dan jika pengeluaran itu jumlahnya relative besar dan

sifatnya penting maka dianggap sebagai capital expenditure.

Agar biaya-biaya tersebut dapat dikapitalisasi menurut Donald E. Kieso (2003 : 23) beberapa kondisi yang harus dipenuhi ialah sebagai berikut :

1. “ Umur manfaat aktiva harus meningkat


(41)

3. Kualitas unit yang diproduksi harus ditingkatkan.”

biaya-biaya yang dikeluarkan untuk aktiva tetap tersebut dapat dikelompokkan menjadi :

a. Biaya Reparasi, yaitu biaya untuk memperbaiki aktiva tetap menjadi baik seperti semula dan dapat digunakan kembali dalam operasi perusahaan.reparasi dibedakan atas dua yaitu reparasi biasa dan reparasi besar. Reparasi yang bersifat biasa (ordinary repairs) adalah pengeluaran yang dilakukan untuk mempertahankan aktiva tetap dalam kondisi siap operasi; biaya ini dapat dibebankan ke akun beban selama periode terjadinya atas dasar bahwa periode tersebut merupakan periode yang paling banyak menerima manfaat. Contohnya adalah penggantian komponen kecil, pelumasan, penyetelan peralatan, pengecetan kembali, dan pembersihan. Reparasi yang sifatnya besar (major repairs) adalah reparasi dimana beberapa periode akan menerima masa manfaat dan biaya tersebut harus diperlakukan sebagai penambahan, perpaikan atau penggantian.

b. Biaya Penambahan, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menambah aktiva tetap yang lama dengan bagian-bagian yang baru. Pengeluaran ini dilakukan untuk menambah mutu serta manfaat aktiva tetap tersebut. Contoh yang sering terlihat adalah penambahan peralatan yang dipasang pada mesin dengan tujuan untuk mengurangi pencemaran. Jika peralatan yang ditambahkan tersebut dipasang menjadi satu dengan mesin maka biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan memasang alat itu


(42)

merupakan suatu penambahan. Biaya-biaya yang timbul dalam penambahan dikapitalisasi, menambah biaya perolehan aktiva dan disusustkan selama umur ekonomisnya.

c. Biaya Pemeliharaan, yaitu biaya untuk menjaga aktiva tetap tersebut tetap pada kondisi baik. Biaya ini sifatnya biasa dan berulang-ulang dan tidak menambah umur aktiva, pengeluaran ini dianggap sebagai revenue expenditure.

d. Biaya Penyusunan Kembali dan Pemasangan Kembali, yaitu pengeluaran yang ditujukan untuk memberikan manfaat diperiode masa depan. Jika biaya pemasangan awal dan akumulasi penyusutan yang dihitung sampai tanggal sekarang dapat ditentukan atau diestimasi, maka biaya penyusunan kembali dan pemasangan kembali diperlakukan sebagai penggantian. Jika tidak maka biaya baru itu apabila jumlahnya material harus dikapitalisasi sebagai aktiva yang akan diamortisasi selama periode masa depan yang diharapkan menerima manfaat. Akan tetapi jika ternyata jumlahnya tidak material dan jika tidak dapat dipisahkan dari beban operasi lainnya atau jika manfaat masa depannya masih diragukan, maka hal itu harus segera dibebankan.

e. Biaya Perbaikan, yaitu penggantian suatu aktiva dengan aktiva yang baru untuk memperoleh kegunaan aktiva yang lebih baik. Perbedaan antara perbaikan dengan pergantian yaitu: perbaikan adalah penggantian aktiva yang sekarang sedang digunakan dengan aktiva lain yang lebih baik,


(43)

contoh: laintai kayu dengan lantai marmer. Sedang pergantian adalah subsitusi dari aktiva yang sama, contoh: lantai kayu dengan lantai kayu.

4. Pengertian dan Metode Depresiasi Aktiva Tetap

Aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan didalam menjalankan operasinya pasti akan mengalami penurunan produktivitas, kecuali tanah. Penurunan produktivitas ini disebabkan oleh faktor fisik dan faktor faktor funsional. Kehilangan masa manfaat yang disebabkan oleh faktor fisik misalnya karena pemakain, keausan karena umur, dan kerusakan. Sedangkan hilangnya masa masa manfaat aktiva tetap yang disebabkan oleh faktor fungsional karena hal-hal sebagai berikut.

Faktor fungsional akan membatasi umur aktiva tetap karena : a. Ketidak mampuan untuk memenuhi kebutuhan produksi. b. Perubahan permintaan terhadap barang dan yang dihasilkan.

c. Kemajuan tekhnologi sehingga aktiva tetap tersebut tidak ekonomis lagi. Sebagai akibat dari penurunan produktivitas tersebut maka nilai dari aktiva tetap tersebut juga ikut menurun. Penurunan nilai inilah yang sering disebut dengan depresiasi ataupun penyusutan.

Menurut IAI (2007 : 16.2) “depresiasi/penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya”. Sedangkan menurut Jay M. Smith dan Fred K. Skousen (1997 : 491) ‘penyusutan adalah pengalokasian harga perolehan aktiva tetap secara sistematik dan rasional selama masa manfaat dari aktiva bersangkutan”.


(44)

Dari kedua definisi di atas dapat disimpilkan bahwa penyusutan merupakan alokasi yang sistematis dan rasional dalam membebankan biaya dan bukan merupakan pengumpulan dana untuk menggantikan aktiva tersebut, yang berati bahwa seiring dengan jasa yang diberikan suatu aktiva terhadap proses produksi maka sangat perlu untuk mengalokasikan harga perolehannya melalui metode perhitungan yang sistematis.

Menurut IAI (2007 : 16.11)

Metode penyusutan yang digunakan untuk untuk aset harus di-review minimumsetiap akhir tahun buku dan, apabila terjadi perubahan yang signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut, maka metode penyusutan harus diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. Perubahan metode penyusutan harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK No. 25.

Berbagai metode depresiasi dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang disusutkan secara sistematis dari suatu aset selama umur manfaatnya. Metode tersebut antara lain :

1. Berdasarkan Waktu

a. Metode garis lurus (straight line method)

Metode pembebanan biaya selama masa penggunaan, dengan membagi sama rata secara periodik. Metode ini beranggapan bahwa aktiva tetap memberi jasa yang sama setiap periode selama umur penggunaan. Kelemahan metode ini adalah kapasitas produksi aktiva tetap semakin lama semakin menurun serta biaya pemeliharaan dan reparasi dari suatu periode ke periode berikutnya akan semakin besar, seiring dengan semakin tuanya umur aktiva tetap tersebut.


(45)

Menurut metode ini penghitungan depresiasi/penyusutan dihitung dengan rumus :

Deprisiasi =

n Pengguanaa Umur

Taksiran

sidu Nilai

Perolehan a

Harg − Re

Contoh.

Sebuah peralatan dibeli dengan harga Rp 5.000.000, nilai residu ditaksir Rp 500.000 dan estiamasi umurnya adalah 5 tahun. Penyusutan tahunan aktiva tersebut dihitung sebagai berikut

Tabel 2.3

Penyusutan Menurut Metode Straight Line Akhir

tahun

Harga pokok (Rp)

Penyusutan (Rp)

Akk. Penyusutan

(Rp)

Nilai buku (Rp)

0 5.000.000 - - 5.000.000

1 5.000.000 900.000 900.000 4.100.000

2 5.000.000 900.000 1.800.000 3.200.000 3 5.000.000 900.000 2.700.000 2.300.000 4 5.000.000 900.000 3.600.000 1.400.000

5 5.000.000 900.000 4.500.000 500.000

4.500.000

Metode ini lebih sesuai jika dipergunakan oleh perusahaan yang produksinya dari tahun ke tahun tidak banyak berfluktuasi. Bila produksiproduksi dari tahun ke tahun sangat bervariasi, pengguanaan metode ini kurang tepat, karena penghapusan selalu sama setiap tahunnya. Pada periode dimana


(46)

produksinya rendah, beban penyusutan per unit bias menjadi lebih besar, demikian sebaliknya.

b. Metode Pembebanan Yang Menurun

i. Metode jumlah angka tahun (sum of the years digit method)

Dalam metode ini beban depresiasi pada mulanya tinggi dan selanjutnya menurun. Beban penyusutan ini dihitung dengan cara menjumlahkan semua angka (digit) umur aktiva itu. Menurut metode ini penghitungan depresiasi dihitung dengan rumus :

Depresiasi =n xn

2 1

+

n = umur ekonomis aktiva

contoh.

Sebuah peralatan dibeli dengan harga Rp 5.000.000, nilai residu ditaksir Rp 500.000 dan estiamasi umurnya adalah 5 tahun.

Harga perolehan Rp. 5.000.000,- Nilai residu Rp. 500.000,- Rp. 4.500.000,-

Tabel 2.4

Penyusutan Menurut Metode sum of the years digit T

H N

Dasar Penyusutan

(Rp)

Beban Penyusutan (Rp)

Akk. Penyusutan

(Rp)

Nilai buku (Rp) 5.000.000 1 4.500.000 5/15x4.500.000= 1.500.000 1.500.000 3.500.000 2 4.500.000 4/15x4.500.000= 1. 200.000 2.700.000 2.300.000 3 4.500.000 3/15x4.500.000= 900.000 3.600.000 1.400.000


(47)

4 4.500.000 2/15x4.500.000=.600.000 4.200.000 800.000 5 4.500.000 1/15x4.500.000= 300.000 4.500.000 500.000

ii. Metode saldo menurun/saldo menurun ganda (declining/double declining balance method)

Metode saldo menurun berganda (double declining balance

method) menghasilkan beban periodic yang terus menurun

sepanjang estimasi umur manfaat aktiva. Untuk menerapkan metode ini tarif penyusutan garis lurus tahunan terlebih dahulu harus digandakan.

Contoh.

Dengan menggunakan ilustrasi contoh sebelumnya maka tarif penyusutan saldo menurun adalah:

= 100% / 5 tahun = 20%

Digandakan menjadi 20% x 2 = 40%

Tabel 2.5

Penyusutan Menurut Metode declining/double declining balance

Tahun Nilai Buku Aktiva Awal Tahun

(Rp)

Beban Penyusutan (Rp)

Akk. Penyusutan

(Rp)

Nilai buku Akhir Tahun (Rp) 5.000.000 1 5.000.000 40%x5.000.000= 2.000.000 2.000.000 3.000.000 2 3.000.000 40%x3.000.000= 1.200.000 3.200.000 1.800.000 3 1.800.000 40%x1.800.000= 720.000 3.920.000 1.080.000 4 1.080.000 40%x1.080.000= 432.000 4.352.000 648.000


(48)

5 648.000 148.000 4.500.000 500.000

Beban penyusutan pada tahun terakhir terbatas hanya pada Rp. 148.000,- karena nilai buku tidak boleh lebih rendah dari nilai sisa.

2. Berdasarkan Penggunaan

a. Metode jam jasa (service hours method)

Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa penurunan umur manfaat aktiva tetap dihubungkanlangsung dengan jumlah waktu penggunaan aktiva. Sehingga di dalam mengestimasi umur aktiva tersebut di perlukan suatu taksiran usia dalam ukuran jasa jam produksi. Besarnya beban penyusutan menurut metode ini adalah mengalihkan jam jasa aktiva tetap dengan tingkat penyusutan perjam. Perhitungan besarnya beban penyusutan perjam adalah dengan rumus berikut :

Contoh.

Sebuah mesin dibeli dengan harga Rp 5.000.000,- nilai residu ditaksir Rp 500.000,- dan jumlah jam kerja mesin tersebut di estimasi sebesar 150.000 jam. Maka beban penyusutan mesin per jam :

Jika dalam tahun pertama mesin tersebut telah bekerja selama 30.000 jam kerja, maka beban penyusutan untuk tahun tersebut adalah :


(49)

Tabel 2.6

Penyusutan Menurut Metode service hours Tahun Jam

Kerja

Beban Penyusutan (Rp)

Akk. Penyusutan

(Rp)

Nilai buku

5.000.000 1 30.000 30.000 x 30 = 900.000 900.000 4.100.000 2 20.000 20.000 x 30 = 600.000 1.500.000 3.500.000 3 35.000 35.000 x 30 = 1.050.000 2.550.000 2.450.000 4 40.000 40.000 x 30 = 1.200.000 3.750.000 1.250.000 5 25.000 25.000 x 30 = 750.00 4.500.000 500.000

150.000

b. Metode jumlah unit produksi (productive output method)

Pada dasarnya hamper sama dengan metode jam jasa. Jika pada metode sebelumnya menggunakan jam kerja sebagai dasar perhitungan maka pada metode jumlah unit produksijumlah jam kerja tersebut digambarkan sebagai output atau produksi dalam unit. Rumus untuk mencari besarnya per unit adalah :

Untuk mencari besarnya penyusutan pertahun adalah :

Contoh.

Dengan menggunakan ilustrasi contoh sebelumnya, diketahui bahwa taksiran produksi aktiva tersebut sebesar 250.000 unit, maka besarnya penyusutan per unit :


(50)

Jika pada tahun pertama diproduksi 30.000 unit, maka besarnya penyusutan untuk tahun tersebut adalah :

540.000,-

Tabel 2.7

Penyusutan Menurut Metode productive output Tahun Jam

Kerja

Beban Penyusutan (Rp)

Akk. Penyusutan

(Rp)

Nilai buku

5.000.000 1 30.000 30.000 x = 540.000 540.000 4.460.000 2 50.000 50.000 x = 900.000 1.440.000 3.560.000 3 75.000 75.000 x = 1.350.000 2.790.000 2.210.000 4 60.000 60.000 x = 1.080.000 3.870.000 1.130.000 5 35.000 35.000 x = 6300.00 4.500.000 500.000

250.000

3. Berdasarkan kriteria lain

a. Metode berdasarkan kelompok dan jenis (group and composite method) i. Metode Penyusutan Kelompok (Group Deprecistion Method)

Perhitungan penyusutan menurut metode kelompok, tarif penyusutan didasarkan pada umur rata-rata seluruh aktiva dalam kelompok. Apabila menggunakan metode ini maka tidak ada nilai buku yang dikalkulasikan untuk aktiva tertentu, jadi tidak ada nilai buku aktiva tetap yang dihapuskan 100%. Penyusutan dicatat berdasarkan nilai


(51)

sisa tanpa memandang umur aktiva tersebut. Apabila suatu aktiva dalam kelompok tersebut dihentikan penggunaanya, tidak ada keuntungan atau kerugian yang akan dicatat, perkiraan aktiva tersebut dikredit sebesar harga perolehannya dan perkiraan penilaian didebet sebesar selisih antara harga perolehan dengan nilai sisa. Contoh.

Pada awal tahun 2009, PT. Handoko membeli 50 unit mesin sejenis yang diperkirakan mempunyai umur ekonomis rata-rata 5 tahun dengan harga keseluruhan Rp 1000.000.000,-. Dari kelompok mesin ini terjadi disposisi (tanpa penjualan); pada akhir tahun 2012, 15 unit mesin, pada akhir tahun 2013, 20 unit mesin dan pada akhir tahun 2014, 15 unit mesin. Berdasarkan rata-rata umur ekonomisnya, maka tarif penyusutan per tahun adalah 20%. Dengan asumsi selama masa manfaat aktiva tersebut tidak ada penambahan mesin, maka table perhitungan penyusutan adalah seperti dibawah ini:

Tabel 2.8

Penyusutan Menurut Metode group and composite tanpa disposisi penjualan

(Dalam Ribuan Rupiah) Akhi r Tah un Beban penyusu tan 20% x cost

Aktiva Akumulasi

Penyusutan Nilai buku Debit Kredi

t

Balanc e

Debit Kredi t

Balan ce 1.000.0

00

- 1.000.0 00

- - - 1.000.0

00 2009 200.000 - - 1.000.0

00

- 200.0 00

200.0 00

800.00 0


(52)

2010 200.000 - - 1.000.0 00

- 200.0 00

400.0 00

600.00 0 2011 200.000 - - 1.000.0

00

- 200.0 00

600.0 00

400.00 0 2012 200.000 - 300.0

00 700.00 0 300.0 00 200.0 00 500.0 00 200.00 0 2013 140.000 - 400.0

00 300.00 0 400.0 00 140.0 00 240.0 00 60.000 2014 60.000 - 300.0

00

0 300.0 00

60.00

0

0 0

Ayat jurnal untuk mencatat penjualan mesin tersebut adalah: 20012

Akumulasi penyusutan Rp 300.000.000

Mesin Rp 300.000.000

2013

Akumulasi penyusutan Rp 400.000.000

Mesin Rp 400.000.000

2014

Akumulasi penyusutan Rp 300.000.000

Mesin Rp 300.000.000

Akumulasi penyusutan Rp 300.000.000

Keuntungan dalam disposisi Mesin Rp 300.000.000

Perhatikan table di atas, beban penyusutan per unit mesin adalah Rp 4.000.000 pada empat tahun pertama digunakan 50 unit mesin dan beban


(53)

penyusutan adalah Rp 4.000.000 x 50 = Rp 200.000.000. pada akhir tahun kelima, hanya beroperasi 35 unit mesin sehingga beban penyusutan menjadi Rp 140.000.000(20%x700.000.000), dan pada akhir tahun keenam mesin yang beroperasi tinggal 15 unit, sehingga beban penyusutan menjadi Rp 60.000.000 (20% x Rp 300.000.000 ). Bila diasumsikan, bahwa pada akhir tahun 2012, 2013 dan 2014 berturut-turut 14,20,dan 15 unit mesin yang dihentikan kemudian dijual dengan harga Rp 25.000.0000, Rp 20.000.000, dan Rp 15.000.000. Tabel penyusutan sebagai berikut:

Tabel 2.9

Penyusutan Menurut Metode kelompok-kelompok tertutup dengan disposisi penjualan

(Dalam Ribuan Rupiah) Akhi r Tah un Beban penyusu tan 20% x cost

Aktiva Akumulasi

Penyusutan Nilai buku Debit Kredi

t

Balanc e

Debit Kredi t

Balan ce 1.000.0

00

- 1.000.0 00

- - - 1.000.0

00 2009 200.000 - - 1.000.0

00

- 200.0 00

200.0 00

800.00 0 2010 200.000 - - 1.000.0

00

- 200.0 00

400.0 00

600.00 0 2011 200.000 - - 1.000.0

00

- 200.0 00

600.0 00

400.00 0 2012 200.000 - 300.0

00 700.00 0 275.0 00 200.0 00 525.0 00 175.00 0


(54)

2013 140.000 - 400.0 00 300.00 0 380.0 00 140.0 00 285.0 00 15.000 2014 60.000 - 300.0

00

0 285.0 00 60.00 0 60.00 0 ( 60.000) 60.00 0

- 0 0

Ayat jurnal untuk mencatat penjualan mesin tersebut adalah: 20012

Kas Rp 25.000.000 Akumulasi penyusutan Rp 275.000.000

Mesin Rp 300.000.000 2013

Kas Rp 20.000.000 Akumulasi penyusutan Rp 380.000.000

Mesin Rp 400.000.000

2014

Kas Rp 15.000.000 Akumulasi penyusutan Rp 285.000.000

Mesin Rp 300.000.000 Akumulasi penyusutan Rp 60.000.000

Keuntungan dalam disposisi Mesin Rp 60.000.000

Dalam contoh di atas diasumsikan tidak ada penambahan aktiva kedalam kelompok tersebut, yang disebut dengan istilah kelompok tertutup (closed group). Perusahaan dapat menambahkan aktiva baru kedalam kelompok tersebut pada satu atau beberapa tahun tertentu yang disebut kelompok terbuka (open ended


(55)

group).Contoh: Diasumsikan bahwa dalam contoh di atas, terjadi penambahan

mesin sebagai berikut; pada akhir tahun 2010, 10 unit mesin dengan harga Rp 215.000.000, akhir tahun 2013, 15 unit mesin dengan harga Rp 325.000.000 dan pada akhir tahun 2014, 25 unit mesin dengan harga Rp 550.000.000. tabel perhitungan penyusutan menjadi sebagai berikut:

Tabel 2.10

Penyusutan Menurut Metode kelompok-kelompok terbuka dengan disposisi penjualan

(Dalam Ribuan Rupiah) Akhi r Tah un Beban penyusu tan 20% x cost

Aktiva Akumulasi

Penyusutan

Nilai buku Debit Kredi

t

Balanc e

Debit Kredi t

Balan ce

1.000.0 00

- 1.000.0 00

- - - 1.000.0

00 2009 200.000 - - 1.000.0

00

- 200.0 00

200.0 00

800.00 0 2010 200.000 215.00

0

- 1.215.0 00

- 200.0 00

400.0 00

815.00 0 2011 243.000 - - 1.215.0

00

- 243.0 00

643.0 00

572.00 0 2012 243.000 - 300.0

00 915.00 0 300.0 00 243.0 00 586.0 00 329.00 0 2013 183.000 325.00

0 400.0 00 840.00 0 400.0 00 183.0 00 369.0 00 471.00 0 2014 168.000 550.00

0 300.0 00 1.090.0 00 300.0 00 168.0 00 237.0 00 853.00 0

ii. Metode Penyusutan Komposit (Composite Depreciation Method) Tarif komposit ditetepkan dengan menganalisa berbagai aktiva yang digunakan dan menghitung penyusutan sebagai rata-rata penyusutan


(56)

garis lurus. Rata-rata ini tetap dipertahankan sampai terdapat perubahan yang mencolok dalam umur ekonomis yang diakibatkan karena penambahan atau disposisi yang mempunyai pengaruh material terhadap tarif penyusutan semula.

Contoh.

Perusahaan mempunyai tiga kelompok aktiva yang berbeda. Aktiva bangunan, harga perolehan Rp 1.000.000.000 dengan nilai sisa Rp 60.000.000, masa manfaat 4 tahun. Aktiva peralatan, harga perolehan Rp 3.000.000.000 dengan nilai sisa Rp 150.000.000, masa manfaat 5 tahun. Aktiva mesin-mesin, harga perolehan 7.000.000.000 dengan nilai sisa Rp 600.000.000, masa manfaat 10 tahun.

Tabel 2.11

Alokasi Harga Perolehan Menurut Metode Penyusutan Komposit Aktiva Harga

Perolehan

Nilai Sisa Harga Perolehan Yang Disusutkan Taksira n Masa Manfaa t Penyusuta n Tahunan Bangunan 1.400.000.

000

84.000.000 1.316.000.0 00

4 329.000.0 00 Peralatan 4.200.000.

000

210.000.00 0

3.990.000.0 00

6 665.000.0 00 Mesin-mesin 8.400.000. 000 840.000.00 0 7.560.000.0 00

10 756.000.0 00 Jumlah 14.000.000

.000 1.134.000. 000 12.866.000. 000 1.750.000. 000

Tarif penyusutan komposit adalah Rp 1.750.000.000 : Rp 14.000.000.000 = 12,5% . umur ekonomis rata-rata aktiva adalah Rp 12.866.000.000 : Rp 1.750.000.000 = 7,35 tahun. Dengan demikian


(57)

biaya penyusutan per tahun sebesar 12,5% dikalikan dengan harga perolehan terhadap kelompok aktiva tersebut Rp 14.000.000.000 atau sebesar Rp 1.750.000.000 selama 7,35 tahun.

b. Metode anuitas (annuity method)

Dalam metode ini aktiva tetap dianggap sebagai aktiva yang akan memberikan kontribusi selama umur teknisnya. Harga perolehan dari aktiva tersebut dianggap sebagai present value yang akan didiskontokan atas jasa yang akan diberikannya secara merata selama umur teknisnya. Menurut metode ini penyusutan merupakan angka bunga yang akan diperhitungkan atas harga perolehan aktiva yang belum disusutkan ditambah akumulasi penyusutan.

Beban penyusutan dihitung berdasarkan rumus berikut :

Present Value yang digunakan disini adalah Present Value dari anuitas selama taksiran umur pada tingkat bunga tertentu.

Contoh.

Sebuah peralatan dibeli dengan harga Rp 5.000.000, nilai residu ditaksir Rp 500.000 dan estiamasi umurnya adalah 5 tahun. Dengan tingkat bunga 10%. Dari contoh ini penyusutan dapat dihitung sebagai berikut :


(58)

Melaui perhitungan di atas dikethui besarnya penyusutan adalah sebesar Rp 1.237.088,635 per tahun yang akan didistribusikan sebagai angka Implicit

Interest Revenue dan penyusutan. Interest Revenue dihitung 10% dari nilai buku.

Ikhtisar beban penyusutan , Interest Revenue dan akumulasi penyusutan dapat dilihat dari table berikut :

Tabel 2.12

Penyusutan Menurut Metode annuity T H N Penyusutan (Rp) Implisit Interest Revenue 10% Akk. Penyusutan / Tahun (Rp) Akk. Penyusutan (Rp) Nilai buku 5.000.000 1 500.000 737.088,631 737.088,631 4.262.911,369

2 426.291,136

9

810.797,494 1

1.547.886,125 3.452.113,875

3 345.211,387

5

891.877,243 5

2.439.763,369 2.560.236,631

4 256.023,663

1

981.064,967 9

3.420.828,337 1.579.171,663

5 157.917,166

3

1.079.171,4 65

4.499.999,802 500.000,1982 6.185.443,15 5 1.685.443,3 54 4.499.999,8 02

Pencatatn atas beban penyusutan atas aktiva tetap tersebut adalah : Tahun I

Beban penyusutan Rp

Interest revenue Rp 500.000 Akk. Penyusutan Rp 737.088,631


(59)

Tahun II

Beban penyusutan Rp

Interest revenue Rp 426.291,1369

Akk. Penyusutan Rp 810.797,4941

Angka yang dibebankan ke akumulasi penyusutan merupakan beban bersih (biaya perusahaan) yang menunjukkan peningkatan tiap tahun sehingga totalnya sama dengan harga pokok dikurangi nilai residu. Metode ini sangat cocok digunakan didalam mencatat besarnya penyusutan aktiva tetap yang diperoleh secara leasing.

c. Sistem persediaan (inventory systems)

Dalam metode ini penyusutan dihitung dengan menambah persediaan awal aktiva yang tersedia dengan perolehan aktiva tetap selama periode berjalan, kemudian dikurangi persediaan akhir aktiva tetap tersebut. Metode ini biasanya dipakai untuk menilai aktiva tetap yang kecil-kecil seperti perkakas atau peralatan. Metode ini cukup mudah digunakan, tetapi tidak sistematis dan tidak rasional. Disamping itu juga sulit menentukan nilai sesungguhnya dari aktiva tetap tersebut diakhir periode.

5. Penghentian Aktiva Tetap

Penghentian aktiva tetap dapat disebabkan karena;(a) penjualan, (b) Pertukaran dengan aktiva lain, (c) konversi terpaksa.


(60)

Selisih penjualan bersih dan nilai buku aktiva yang dijual merupakan laba atau rugi penjualan aktiva. Bila hasil penjualan lebih besar dari pada nilai bukunya, maka selisihnya merupakan laba penjualan aktiva, dan sebaliknya bila lebih kecil merupakan kerugian penjualan aktiva.

Contoh.

Pada tanggal 1 Maret 2008, PT. Handaka menjual peralatan seharga Rp 327.000.000, yang harga perolehannya Rp 627.000.000 dan akumulasi penyusutan pada tanggal 1 Januari 2007 Rp 379.500.000 perusahaan menyusutkan peralatan tersebut dengan menggunakan metode garis lurus dengan tarif 10% per tahun. Kebijakan perusahaan yaitu menyusutkan aktivanya kebulan terdekat. Ayat jurnal untuk mencatat penjualan ini adalah:

Depreciation Expense- Equipment Rp 10.450.000

Accumulated Depreciation- Equipment Rp 10.450.000 (2/12 x 10% x Rp 627.000.000 = Rp 10.450.000 )

Cash Rp 327.000.000 Accumulated Depreciation- Equipment Rp 389.950.000

Equipment Rp 627.000.000 Gain on Sale of Equipment Rp 89.950.000

Perhitungan;

Harga jual bersih 327.000.000 Harga perolehan 627.000.000 Akumulasi penyusutan = 379.500.000 + 10.450.000 389.950.000

Nilai buku 237.050.000

Laba penjualan peralatan 89.950.000 Kedua ayat jurnal tersebut dapat digabungkan sehingga menjadi sebagai berikut:

Cash Rp 327.000.000 Accumulated Depreciation- Equipment Rp 379.500.000 Depreciation Expense- Equipment Rp 10.450.000


(61)

Equipment Rp 627.000.000 Gain on Sale of Equipment Rp 89.950.000

b. Pertukaran dengan aktiva lain

Dalam hal terjadinya pertukaran suatu aktiva dengan aktiva lainnya, yang pertama-tama harus dibedakan adalah apakah pertukaran tersebut berkasus umum atau berkasus khusus.

Pertukaran umum

Salah satu Ciri dalam pertukaran aktiva bersifat kasus umum adalah bahwa aktiva yang dipertukarkan tidak sejenis. Dasar kapitalisasi yang digunakan untuk pencatatan harga perolehan aktiva tetap dalam pertukaran umum adalah :

1. Harga pasar aktiva yang diberikan atau harga pasar aktiva yang diterima tergantung mana yang lebih jelas yang dapat ditetapkan.

2. Apabila terdapat unsur moneter atau uang tunai yang terlibat dalam pertukaran atau tombokan (boot) , maka aktiva yang baru dicatat berdasrkan harga pasar yang wajar dari aktiva yang diberikan ditambah dengan boot yang dibayarkan.

3. Bila terdapat unsure boot tanpa diketahui harga pasar yang wajar dari aktiva yang diberikan melainkan hanya diketahui harga pasar yang wajar atas aktiva yang diterima , maka boot tidak dapat ditambahkan pada harga pasar aktiva yang wajar dari aktiva yang diterima yang merupakan harga


(1)

Lampiran I

DAFTAR AKTIVA TETAP RSUD dr. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR

Halaman 1

No.

Uraian

Jumlah

A. Tanah

1 Tanah Sekolah / Pendidikan 23,163 m2

2 Tanah Rumah Sakit 122,800 m2

Jumlah 145,963 m2

B. Bangunan

1 Gedung 6.583,75 m2

2 Rumah Dinas 3.470,95 m2

3 Rumah Ibadah 460 m2

4 Gedung Kantor 9.066,98 m2

Jumlah 19.582,68 m2

C. Peralatan dan Mesin

a. Alat Angkutan

1 Alat Angkutan 9 unit

2 Mobil Ambulance Pregio BK 1979 Wc 1 unit

b. Alat Bengkel dan Alat Ukur 38 buah

1 Tang Amper Japan 2608 1 buah

2 Bor Listrik 1 buah

3 Avo Meter Sanwa 360 TR 2 buah

c. Alat Kantor dan Rumah Tangga 2.343 unit

1 AC 9 unit

2 Sound System 1 unit

3 Televisi 10 unit

4 Tempat tidur 3 kaki 75 unit

5 Tilam 75 buah

6 Lemari pasien 75 buah

7 Bed Zel 100 buah

8 Masker 100 buah

9 Topi operasi 100 buah

10 Baju operasi 100 buah

11 Celana operasi 100 buah

12 Bantal pasien 75 buah

13 Selimut pasien 100 buah

14 Sprey 3 kaki 150 buah

15 Sarung bantal 150 buah


(2)

Lanjutan

No.

Uraian

Jumlah

17 Rice cooker 2 kg Young Ma 1 unit

18 Wajan telur 22 cm 2 buah

19 Ceret air Pam aluminium 2 buah

20 Mixer philips 1 set

21 Blender philips kaca 1 set

22 Magic jar miyako 1 buah

23 Piring sango "g" 5 lusin

24 Pisau dapur stenles 2 lusin

25 Parang stenles 12 buah

26 Pisau mata 2 stenles 8 buah

27 Pisau roti stenles 4 buah

28 Kalo bumbu sedang 12 buah

29 Kalo bumbu besar 8 buah

30 Kalo plastik kecil nagata 8 buah

31 Stoples plastik 4 gr 12 buah

32 Stoples plastik 10 gr 24 buah

33 Stoples plastik 16 gr 12 buah

34 Plastik 4 segi tutup 12 buah

35 Iris bumbu plastik 1 buah

36 Saringan teh stenles 12 buah

37 Saringan kelapa stenles 12 buah

38 Gagang teh bertangkai 8 buah

39 Baskom stenles 12 buah

40 Telenan plastik lion star besar 12 buah

41 Telenan plastik lion star kecil 8 buah

42 Piring kaca duralex 50 lusin

43 Timbangan Tamta 4 buah

44 Timbangan cap kambing 4 buah

45 Piring plato stenles 555 300 buah

46 Gelas duralex 50 lusin

47 Baskom 40 buah

48 Mangkok bubur 200 buah

49 Tong tempat the 20 buah

50 Kukusan kaleng 6 buah

51 Panci lunk 20 buah

52 Rak piring 30 buah

53 Termos 100 buah

54 Rantang 50 set

55 Food troley stenles 10 buah

56 Rice cooker jumbo 4 buah

57 Lap top 1 unit


(3)

DAFTAR AKTIVA TETAP RSUD dr. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR Lanjutan

No.

Uraian

Jumlah

58 In fokus/LCD 1 unit

59 Komputer 4 unit

60 Server IBM 1 unit

61 Kulkas sahrp 2 pintu 3 buah

62 Meja tulis 1 biro 20 buah

63 Kursi putar 10 buah

64 Lemari arsip 15 buah

65 Lemari laboratorium Patologi Klinik 1 buah

66 Kursi putar III 10 buah

67 Kursi lipat citose 10 buah

68 File cabinet merk unika 2 buah

69 File cabinet dari kayu 1 buah

70 Kursi putar merek 588 1 buah

71 CTV LG 29"+ DVD LG 1 set

72 Antena astro 1 set

73 Buffet TV 1252 1 buah

74 Sofa santai RC 01 R 1 buah

75 Sofa cebka + meja 181 1 set

76 Lemari buku C2K 1 buah

77 Kursi putar Direktur 1 buah

78 Meja TV 116 1 buah

79 Meja rapat bentuk oval 1 buah

80 Spring bed 2 in 1- 3 kaki 2 set

81 UPS 800 V5A 7 unit

82 Lampu mercury 250 Watt philips 16 set

83 Kabel NYN 2x2,5 mm 50 meter

84 Pararel group 20 buah

85 Selkon 3A 18 buah

86 Isolasi band unibel 12 buah

87 Ignit SI 51 19 buah

88 Almateur 20 buah

89 Kabel TIC 2x10 mm 100 meter

90 Lampu sorot HP T plus 400 Watt 4 set

91 UPS merek ICA 1 unit

92 Printer merek cannon 10 unit

93 Printer Tipe LQ 2180 2 unit

94 Tiang lampu 3 buah

95 D sent tank 4 buah

96 Komputer 6 unit

97 Komputer 7 unit


(4)

Lanjutan

No.

Uraian

Jumlah

98 Vacum cleaner beroca 1 buah

99 AC 1 PK 3 unit

100 AC 2 PK 1 unit

101 Televisi parabola resiver 3 unit

102 Kursi tamu 23 set

103 Sprey 3 kaki + sarung bantal 90 set

104 Selimut 80 buah

105 Gorden Pav A 23 set

106 Gorden Pav B 15 set

107 Gorden Pav C 11 set

108 Handuk 95 buah

109 Tilam_ 12 kg 42 buah

110 Bantal pasien 45 buah

111 Perlengkapan uniform operasi 50 set

112 Note book Acer 8234 WLMI 1 buah

113 DLP TM Projector Acer PD 527- D 1 buah

114 Brite scrieen R Projecto 84"x84" 1 buah

115 Paket TV LG Flat 1 buah

116 Paket DVD player Home theatre 1 buah

117 Hospital Bed 20 buah

d. Alat Kedokteran dan Kesehatan 2.788 buah

1 Stetoscope Litman 10 buah

2 Tensi Meter Beroda 10 buah

3 Sauction Pump 2 buah

4 Brancart 5 buah

5 Timbangan Badan 20 buah

6 Elektro Desikasi 1 buah

7 Magnifying Lampu Lamp 1 buah

8 Curret Ekstractor 1 buah

9 Mikro Surgery, Varios 1 set

10 Suction Pump/Medi pump 4 unit

11 Autoclave 1 unit

12 Vacum Ekstractor 1 set

13 Incubator Baby 1 set

14 Examination Lamp 1 set

15 Meja Genekologi 1 set

16 Tensi Meter 5 set

17 Stetoscope 5 set


(5)

DAFTAR AKTIVA TETAP RSUD dr. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR Lanjutan

No.

Uraian

Jumlah

18 01.28.04 Scalpel HDL No. 4 Stand 13,5 cm 3 buah 19 01.27.03 Scalpel HDL No. 3 Stand 12,5 cm 2 buah

Dissecting Scissors (gunting) :

20 04.13.15 Ragnell (Kilner) SCRS 15 cm 2 buah 21 03.07.64 HM Oper SCRS CVD 14,5 cm SH-BL 2 buah 22 04.13.15 Ragnell (Kilner) SCRS 15 cm 3 buah 23 04.33.23 Nelson Metzenbuum SCRS CVD 23 cm 2 buah 24 03.03.13 Oper SCRS CVD 13,0 cm BL/BL 2 buah

Dissecting Forceps (pincet anatomis) :

25 06.00.20 Dress FCPS 20,0 cm Stand 4 buah 26 06.00.18 Dress FCPS 18,0 cm Stand 4 buah

Tissue Forceps (Pincet Chirugis):

27 06.05.16 Tissue FCPS 16,0 cm 1x2T stand 4 buah

28 06.45.90 Tissue FCPS 20 cm 1x2T 4 buah

29

06.21.12 Adson Tissue FCPS 12 cm 1x2T

Smooth 2 buah

30

06.21.13 Adson Dress FCPS 12 cm 1x2T Cross

serr 2 buah

Bandage and Cloth Scissors (Lister):

31 40.25.18 Lister Bandage SCRS 18 cm 3 buah

Sponge Dressing and Washing Forceps Maier:

32 19.14.26 Maier Dress FCPS 26 cm STR 3 buah 33 19.15.26 Maier Dress FCPS 26 cm CVD 3 buah Dressing and Sponge Colding Forceps Foerster: 34 19.52.24 Foerster Sponge FCPS 24 cm STR 3 buah

Towel Clamps Backhaus :

35 17.55.08 Backhaus Towel Clamp 8,5 cm 5 buah 36 17.55.10 Backhaus Towel Clamp 10,5 cm 5 buah

Delicate Hemostatic Forceps Baby Mosquito (Hartmann):

37 15.32.09 Hartmann Hemos FCPS 10 cm STR 10 buah 38 15.33.09 Hartmann Hemos CVD 10 cm STR 5 buah

Micro Halsted :

39 15.40.12 Micro Halsted Hemost FCPS 12,5 cm STR 10 buah

40 15.41.12 Micro Halsted Hemost FCPS 12,5 cm CVD 5 buah

Baby Mosquito (Hartmann):

41 15.34.09 Hartmann Hemost FCPS 1x2T 10 cm STR 5 buah

42 15.35.09 Hartmann Hemost FCPS 1x2T 10 cm CVD 5 buah

Dandy :

43 16.11.84 Dandy Hemost FCPS 14 cm CVD Sideways 5 buah

Schniot :

44 17.21.51 Schniot FCPS 19 cm Light CVD 3 buah Sumber: RSUD dr.Djasamen Saragih Pematangsiantar


(6)

Lanjutan

No.

Uraian

Jumlah

45 17.21.56 Schniot FCPS 19 cm Fully CVD 3 buah

Needle Holder:

46 Halsey NH 13,5 cm SERR 2 buah

Crile Murray :

47 10.20.15 Crile Wood NH 15 cm 2 buah

Mayo Hegar :

48 10.18.20 Mayo Hegar NH 20 cm 3 buah

Hegar :

49 10.18.70 Mayo Hegar HM NH 20 cm 3 buah

Boomerang Clamps, Soft Electric :

50 51.98.02 Toung Boomerang NH 1 buah

Intespinal Clamps, Soft Electric Hartmann :

51 50.16.23 Doyen Intest FCPS 23 cm STR 1 buah 52 50.17.23 Doyen Intest FCPS 23 cm CVD 1 buah

Kocher :

53 50.22.23 Kocher Intest FCPS 23 cm STR 1 buah 54 50.23.23 Kocher Intest FCPS 23 cm CVD 1 buah

55 Sterilisator 4 buah

56 Trial Lens (SVR) 1 set

57 Frame Lens 1 buah

58 Barraquer Nedle Holder Curved 1 buah

59 Gunting Kornea (Corne Foreign Body Extraction Set) 1 pasang

60 Opthalmoscope (Neitz BX Alpha-13) 2 buah

e. Alat Laboratorium 363 buah

1 Clinical Chemistry 1 unit

2 Clinical Chemistry Alalyzer c/w Reagent 1 unit

3 Binocular Microsspe Electric 1 unit

4 Fixed Volume Micropipet 1 set

5 Hematology Analyzer 1 unit