13 peraturan-peraturan yang ada tetapi juga menetapkan perencanaan dan
penganggaran untuk memberikan pelayanan yang terbaik.
c. Akuntabilitas program, fokus pada pencapaian hasil operasi pemerintah.
d. Akuntabilitas proses, menekankan pada informasi tentang tingkat
pencapaian kesejahteraan sosial atas pelaksanaan kebijakan dan aktivitas organisasi. Akuntabilitas ini memerlukan pertimbangan masalah etika
dan moral dari setiap kebijakan pemerintah, pelaksanaannya serta
dampak yang ditimbulkan.
2.2 Kinerja
Dalam suatu organisasi atau perusahaan perlu dilakukan penilaian terhadap kinerja, baik itu kinerja individu maupun kinerja kelompok
individu.Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI mengartikan kinerja sebagai:sesuatu yang dicapai; prestasi yang diperlihatkan; kemampuan kerja.
Kinerja menurutBastian 2006:274 adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatanprogramkebijaksanaan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Menurut Mangkunegara 2001,kinerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Namun menurut Wibowo 2007, kinerja tidak hanya menunjukkan hasil kerja tetapi juga bagaimana proses kerja berlangsung.
Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya.
14 Jadi dari kinerja suatu organisasi atau perusahaan dapat dilihat berhasil atau
tidaknya tujuan yang telah ditetapkan dengan membandingkan apa yang telah direncanakan dengan apa yang dicapai dalam periode tertentu.
Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapain hasil suatu
instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional yang
diambil.Dengan adanya informasi mengenai kinerja tersebut dapat dijadikan suatu alat bagi organisasi untuk menilai dan melihat perkembangan yang
dicapai dalam jangka waktu tertentu dan mengambil tindakan yang dibutuhkan untuk pengerjaan tugas berikutnya.
2.3 Akuntabilitas Kinerja
Berdasarkan Deklarasi Tokyo tahun 1985, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa akuntabilitas tidak hanya merupakan
pertanggungjawaban keuangan saja, melainkan kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-
sumber daya publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggungjawaban fiskal, manajerial dan
program. Jadi akuntabilitas tidak hanya terbatas pada bidang keuangan saja, melainkan kinerja secara keseluruhan.Menurut Jack A.Brinzius dan Michael
D.Campbell 1991 dalam Mohamad 2004:28, akuntabilitas kinerja
15 merupakan pertimbangan dalam membuat kebijakan dan program dan
mengukur hasilnya atau hasil dibandingkan dengan standarnya. Pengertian akuntabilitas kinerja dalam Inpres Nomor 7 Tahun
1999adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilankegagalan pelaksanaan misi
organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik.
Menurut BPKP, akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilankegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam
rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasarantarget kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah
yang disusun secara periodik.
Namun pemerintah yang berkinerja tidak hanya dilihat dari program yang sudah dikerjakan melainkan bagaimana program tersebut bermanfaat bagi
masyarakat.
2.4 Partisipasi Penyusunan Anggaran