Teori yang Mendasari Sistem Pengupahan

setelah diperiksa akuntan publik, pemerintah perlu memberikan bantuan bimbingan atau dorongan agara perusahaan dimaksud dapat mampu memulai ketentuan upah minimum. Dalam ketetapan upah minimum harus diperjelas pengertian upah, yang maksudnya untuk mencegah terjadinya perbedaan pengertian atau penafsiran. Dalam jangka panjang dengan memperhatikan perkembangan ekonomi dan kebijaksanaan pemerintah mengenai pembangunan serta faktor kemampuan dunia usaha dan produktivitasnya, tingkat atau standar upah minimum diusahakan mencapai anggaran belanja pekerja dengan satu istri dan tiga anak. Untuk kepentingan dokumentasi dan pengawasan terhadap upah secara efektif, maka setiap perusahaan diwajibkan menyelenggarakan administrasi upah secara teratur dan dilengkapi dengan daftar keluarga dari pekerja yang dicatat secara tersendiri dalam kartu pekerja. Setiap pembayaran upah pekerja harus didasarakan atas upah bruto sebelum dipotong pajak pendapatan, kecuali apabila perusahaan tersebut diberi wewenang dan inspeksi pajak untuk memotong pajak dari pekerja.

2.2.6. Teori yang Mendasari Sistem Pengupahan

Sistem pengupahan di suatu negara biasanya didasarkan falsafah yang dianut negara tersebut. Teori yang mendasari sistem pengupahan pada dasarnya dapat dibedakan menurut dua ekstrim. Ekstrim yang pertama didarkan atas ajaran Karl Marx mengenai teori nilai dan pertentangan kelas. Ekstrim yang kedua didasarkan pada teori pertambahan produk marginal berlandaskan asumsi perekonomian bebas. Sistem pengupahan dari ekstrim pertama umumnya dilaksanakan di negara-negara Universitas Sumatera Utara penganut paham komunis, sedangkan sistem pengupahan dari ekstrim kedua umumnya dilaksanakan oleh negara-negara penganut paham kapitalis atau liberal

1. Upah Menurut Kebutuhan

Ajaran karl Marx pada dasarnya berpusat pada tiga hal, yang pertama adalah mengenai teori nilai. Marx berpendapat hanya buruh yang merupakan sumber nilai ekonomi, jadi nilai suatu barang adalah nilai dari jasa buruh atau jumlah waktu kerja yang dipergunakan untuk memproduksi barang tersebut. Implikasi pandangan yang demikian adalah : 1. Harga barang berbeda menurut jumlah jasa buruh yang dialokasikan untuk seluruh proses produksi barang tersebut. 2. Jumlah jasa yang dikorbankan untuk memproduksi suatu jenis barang adalah kira-kira sama, oleh sebab itu harganya pun di beberapa tempat menjadi kira- kira sama. 3. Seluruh pendapatan nasional diciptakan oleh buruh, jadi dengan demikian hanya buruhpekerja yang berhak memperoleh seluruh pendapatan nasional tersebut. Pandangan ini tidak cocok dengan kenyataan, walaupun manusia menjadi yang paling utama dalam proses produksi, namun peranaan faktor modal maupun mesin-mesin ternyata besar. Peranaan sektor modal ini tidak dipertimbangkan dalam teori Karl Marx. Kedua peranaan selera dan pola konsumsi masyarakat ternyata sangat berpengaruh dalam penentuan harga. Ajaran kedua dari Karl Marx Universitas Sumatera Utara menyangkut pertentangan kelas. Marx berpendapat bahwa kapitalis selalu berusaha menciptakan barang-barang modal untuk mengurangi penggunaan buruh, dengan demikian akan muncul pengangguran besar-besaran. Dengan adanya pengangguran yang sangat besar ini maka pengusaha dapat menekan upah. Konsekuensi dari pemikiran yang demikian ini maka tiada jalan bagi buruh kecil kecuali untuk bersatu untuk merebut kapital dari pengusaha menjadi milik bersama. Pandangan yang salah mengenai sikap pengusaha atau setidak-tidaknya mengenai mengenai nasib pekerja yang digambarkan demikian jeleknya dapat dibantah dengan berbagai kenyataan yang dapat disajikan misalnya : 1. Terutama sejak awal abad 20, telah berkembang aliran pendekatan manusia, human approach dalam manajemen perusahaan. Tujuan utama pendekatan ini adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan namun yang yang ditekankan mengenai perbaikan penghasilan, insentif, lingkungan kerja, dll. 2. Adanya campur tangan pemerintah dalam penentuan sistem upah mengatasi pengangguran melalaui proyek2 pemerintah. 3. Hadirnya serikat pekerja dan ikut berpeeran mendampingi pengusaha ddalam menenntukan sistem upah. Yang ketiga, sebagai konsekuensi dari dua ajaran Karl Marx, adalah terbentuknya masyarakat komunis. Dalam masyarakat ini seseorang tidak menjualkan tenaga kepada yang lain, akan tetapi masyarakat itu melalaui partai buruh, akan Universitas Sumatera Utara mengatur apa dan berapa jumlah produksi. Dalam masyrakat impian Marx tersebut, setiap orang harus bekerja menurut kemampuannya, dan setiap orang memperoleh menurut kebutuhannya. Implikasi pandangan Marx tersebut dalam sistem pengupahan dan pelaksanaanya adalah : 1. Bahwa tiap-tiap orang mempunyai macam dan jumlah kebutuhan konsumsi yang kira-kira sama. Nilai setiap barang yang sama walaupun terdapat di tempat yang berbeda adalah juga sama Oleh sebab itu upah tiap-tiap orang juga kira-kira sama. Dalam hal ini sistem upah hanya sekedar menjalankan fungsi sosial, yaitu memenuhi kebutuhan konsumtif dari buruh. 2. Sistem pengupahan di sini tidak mempunyai fungsi pemberian insenstif yang sangat perlu untuk menjamin peningkatan produktivitas kerja dan pendapatan nasional. 3. Sistem kontrol yang sangat ketat diperlukan untuk menjamin setiap orang betul-betul mau bekerja menurut kemampuannya. Ini memerlukan sentralisasi kekuasaan dan sistem paksaan, yang dipandang bertentangan dengan asas-asas kemanusiaan.

2. Upah Sebagai Imbalan

Teori Neoklasik mengemukakan bahwa dalam rangka memaksimumkan keuntungan, tiap-tiap pengusaha menggunakan faktor-faktor produksi yang dipergunakan menerima atau diberi imbalan sebesar nilai pertambahan hasil marjinal Universitas Sumatera Utara dari faktor produksi tersebut. Ini berarti bahwa pengusaha mempekerjakan sejumlah karyawan sedemikian rupa sehingga nilai pertambahan hasil marjinal seseorang sama dengan upah yang diterima orang tersebut. Dengan kata lain tingkat upah yang dibayarkan pengusaha adalah : W = VMPP L = MPP L X P W = tingkat upah dalam arti labour cost yang dibayarkan pengusaha kepada pekerja. P = harga jual barang hasil produksi dalam rupiah per unit barang MPP L = marginal physical product of labour I atau pertambahan hasil marginal pekerja, diukur dlam unit barang per unit waktu V MPP L = value of marginal physical labour atau nilai pertambahan hasil marginal pekerja atau karyawan. Nilai pertambahan hasil marginal pekerja VMMP L merupakan nilai jasa yang diberikan oleh pekerja kepada pengusaha. Sebaliknya upah W dibayarkan oleh pengusaha kepada pekerja sebagai imbalan terhadap jasa yang diberikan kepada pngusaha. Selama nilai pertambahan hasil marginal pekerja lebih besar dari upah yang dibayarkan oleh pengusaha VMMP L W pengusaha dapat membawa keuntungan dengan menambah pekerja. Di pihak lain, pengusaha tentu tidak bersedia membayar upah yang lebih besar dari nilai usaha kerja yang diberikan pekerja kepada pengusaha. Dilihat dari sisi pekerja mereka tidak bersedia menerima upah lebih rendah dari pada nilai usaha kerjanya. Bila pengusaha tertentu membayar upah yang lebih rendah dari nilai usaha kerja pekerja, maka pekerja tersebut akan mencari Universitas Sumatera Utara pekerjaan ditempat lain yang mampu membayar sama denngan usaha kerjanya.,degnan kata lain asumsi adanaya mobilitas sempurna, pekerja akan memperoleh upah senilai pertambahan hasil marginalnya sebagai mana dinyatakan dalam persamaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut teori neoklasik pekerja memperoleh upah senilai dengan pertambahan hasil marginalnya. Dengan kata lain, upah dalam hal ini berfunngsi sebagai imbaalan atas usaha kerja yang diberikan seseorang tersebut kepada pengusaha

2.3. Pengeluaran Pembangunan