Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia memiliki beragam budaya yang dihasilkan dari hasil pergulatan pemikiran manusia yang teraktualisasikan melalui suku yang tersebar di seantero Nusantara ini. Perbedaan kondisi geografis dan iklim turut serta mempengaruhi budaya yang dihasilkan oleh suku tersebut. Tidak heran jika di Indonesia terdapat ratusan bahasa daerah dengan budaya yang berbeda pula. Secara umum, kebudayaan diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang secara social diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. 1 Stephen K. Sanderson mendefinisikan kebudayaan secara lebih luas sebagai karakteristik para anggota sebuah masyarakat, termasuk peralatan, pengetahuan, dan cara berperilaku dan bertindak yang telah terpolakan, yang dipelajari dan disebarkan serta bukan merupakan hasil dari pewarisan biologis. 2 Salah satu bentuk kebudayaan manusia yang sampai saat ini masih dapat kita lihat adalah peninggalan-peninggalan para leluhur yang berbentuk bangunan yang mempunyai nilai arsitektur tinggi. Candi Borobudur misalnya, merupakan salah satu hasil maha karya yang cukup terkenal di dunia dan menjadi salah satu dari keajaiban dunia. Candi ini di bangun pada masa dinasti Syailendra sekitar abad ke-7 Masehi. 1 Adam Kuper dan Jessica Kuper, Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000, h.199 2 Stephen K. Sanderson, Makro Sosiologi; Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003, h. 44 Sebagai bagian dari bangsa Timur, bangsa Indonesia mempunyai kultur yang cenderung tertutup meskipun tidak dapat dikatakan menolak sama sekali budaya lain. Hal ini berlangsung cukup lama, semenjak masa Kraton yang pernah ada di tanah air ini pada abad VI. Sistem Kraton yang pada masa itu banyak dijalankan di berbagai daerah, turut membentuk pribadi bangsa Indonesia. Dari sekian banyak Kraton yang masih eksis di negeri ini salah satunya adalah Kraton Surakarta Hadiningrat di Solo Jawa Tengah yang muncul hampir bersamaan dengan munculnya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Hal ini terjadi karena kedua Kraton tersebut merupakan pecahan dari kerajaan Mataram pada tahun 1755. Seperti yang yang dikemukakan oleh Vincent J. H. Houben: The Javanese principalities of Surakarta Solo and Yogyakarta Yogya were born in 1755 from the division of Mataram, the realm which in the 17 th century had exercised hegemony over nearly all of Java. Kerajaan di Jawa yaitu Surakarta Solo dan Yogyakarta Yogya lahir di tahun 1755 sebagai bentuk perpecahan kerajaan Mataram, di mana pada abad ke-17 memiliki kekuasaan di hamper seluruh wilayah Pulau Jawa. 3 Keberadaan Kraton tentu saja mempunyai dampak terhadap masyarakat disekitarnya. Meskipun saat ini Negara kita adalah negara republik, namun sistem Kraton masih boleh dijalankan sebagai salah satu asset budaya negara. Hanya saja dalam perjalanannya tidak bisa sama persis ketika negara ini belum terbentuk. Selain kekayaan budaya, Indonesia juga memiliki kekayaan dalam hal kepercayaan. Sebagai negara yang berdasarkan Pancasila, negara mengakui adanya keberagaman agama yang bebas dipeluk oleh warga negara. Agama yang 3 Vincent J. H. Houben, Kraton and Kumpeni; Surakarta and Yogyakarta 1830 – 1870 Leiden: KITLV Press, h. 4 diakui oleh negara adalah: Islam, Katholik, Protestan, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu. Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia. Berkenaan dengan aliran kepercayaan yang terdapat di Indonesia, untuk menyebut di antaranya adalah: SUBUD, Ngelmu Sejati, dan lain sebagainya. Aliran kepercayaan yang terdapat di masyarakat masih terus ada, tanpa tergerus oleh perkembangan zaman. Sebagai agama mayoritas yang dipeluk oleh penduduk di Indonesia, Islam memiliki pemeluk dengan beberapa sebutan. Di indonesia ada yang disebut Islam Santri dan Islam Kejawen. Santri adalah penganut agama Islam di Jawa yang selalu patuh dan teratur menjalankan ajaran-ajaran dari agamanya. Sedangkan kejawen walaupun tidak menjalankan shalat, atau puasa, serta tidak bercita-cita naik haji, tetapi toh percaya kepada ajaran keimanan ajaran Islam. Tuhan, mereka sebut Gusti Allah dan Nabi Muhammad adalah Kanjeng Nabi. 4 Islam sendiri, menurut kebanyakan sarjana Barat dibawa pertama kali ke Nusantara oleh para pedagang Muslim yang menyebarkan Islam sembari melakukan perdagangan di wilayah ini. Selain dengan perkawinan antara pedagang dengan wanita lokal, juga perkawinan dengan keluarga bangsawan lokal sehingga memungkinkan mereka atau keturunannya pada akhirnya mencapai kekuasaan politik yang dapat digunakan untuk penyebaran Islam. 5 Dari sekian banyak dampak yang ditimbulkan oleh keberadaan Kraton, penulis ingin menggali lebih jauh mengenai dampak keberadaan kraton dalam kehidupan beragama masyarakat. Untuk itu penulis ingin membahas mengenai Varian Keberagamaan Masyarakat Di Sekitar Kraton Surakarta 4 Koentjoroningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Djambatan,1979, h. 339 - 340 5 Sumanto Al Qurtuby, Arus Cina – Islam – Jawa; Bongkar Sejarah atas PerananTionghoa dalam Penyebaran Agama Islam di Nusantara Abad XV XVI, Jogjakarta: INSPEAL Press, 2003, h. 106 - 107 Hadiningrat Studi Kasus Masyarakat di Sekitar Baluwarti Pasar Kliwon Surakarta Jawa Tengah.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah