Perhitungan putaran kritis TINJAUAN PUSTAKA

95 Tegangan–tegangan yang diizinkan untuk masing–masing hal ditentukan dengan memperhatikan sifat–sifat fisis baja maupun temperatur operasi cakra yang direncanakan. Umumnya tegangan-tegangan yang diizinkantidak pernah lebih dari 0,4 kali tegangan titik serah bahan pada temperatur yang direncanakan. Dari hasil perhitungan tegangan-tegangan pada bagian-bagian yang penting untuk cakra yang direncanakan, bahan yang dipakai dipilih dari kategori III dimana titik serahnya: 75 kgmm 2 7500 kgcm 2 . Dan tegangan yang diizinkan adalah: σ max = σ t1 ≤ 0,4 x 7500 σ t1 = 2284,990 ≤ 3000 kgcm 2 Sehingga desain cakra ini sudah memenuhi.

4.6 Perhitungan putaran kritis

Putaran kritis adalah putaran permenit yang secara numerik berimpit dengan frekuensi alami getaran getaran poros. Secara teoritis putaran kritis menyebabkan lendutan poros cenderung untuk memperbesar sampai ke tak hingga. Jadi pengoperasian pada putaran kritis haruslah dihindari ,untuk menghitung putaran kritis harus menghitung terlebih dahulu pembebanan yang terjadi pada poros. Pembebanan yang dimaksud adalah pembebanan statis yang disebabkan berat cakram,sudu gerak,dan berat poros itu sendiri. Berat cakram pada tingkat terakhir ke-10 dapat dihitung melalui persamaan berikut ini : Berat sudu gerak : Berat sudu gerak baris 10 w sg = γ . F . l . z Universraitas Sumatera Utara 96 Dimana : F = luas penampang sudu = 4,47 cm 2 l = tinggi sudu gerak rata-rata = cm mm 2 , 34 342 2 356 328 = = + z = jumlah sudu gerak pada suatu tingkat terakhir , 216 buah γ = berat spesifik bahan sudu, 0,007875 kgcm 3 maka : w sg = 0.00785 x 4,47 x 34,2 x 216 = 259,213 kg, selanjutnya untuk berat sudu gerak tingkat 1 sampai dengan 9 dihitung dengan cara yang sama dan diperoleh berat total sudu gerak adalah, G sg total = 499,60 kg lampiran 6. Berat cakram : Berat cakram tingkat 10 2 . . . 1 2 1 2 2 2 2 1 y y r r Y r r w o ck + − + − = π γ           + − + − = 2 8 2 175 , 14 35 , 28 16 2 , 11 175 , 14 1415 , 3 00785 , 2 2 2 2 ck w = 104,113 kg. Selanjutnya untuk berat cakram tingkat 1 sampai 9 dihitung dengan cara yang sama dan diperoleh berat total cakram adalah , w ck total = 529,32 kg lampiran 6. Berat poros, w P kg l d w p p 69 , 618 200 4 00785 , 4 , 22 1415 . 3 4 2 2 = × × × = × × × = γ π Dimana : d p = diameter poros = 224 mm = 22,4 cm γ = bobot spesifik bahan = 0,00785 kgcm 3 l = panjang poros = 200 cm Universraitas Sumatera Utara 97 Maka bobot pada poros sebesar w : kg w kg w w total w total w w p ck sg 61 , 1647 69 , 618 32 , 529 60 , 499 = + + = + + = Sebelum menghitung putaran kritis poros terlebih dahulu ditentukan: a. Modulus elastisitas poros E = 2,1 x 10 6 kgcm 2 b. Mencari reaksi pada bantalan 160 Ø24 Satuan cm Ø22 Wp 200 Fcr F10 Ø22 25 RA RB Gambar 4.5 Pembebanan pada Poros Σ M A = 0 ; W cr 120 + W P 100 – R B 200 = 0 459,78 120 + 618,69100 – R B 200 = 0 R B = 630,99 kg ΣF y = 0 ; R A + R B – W cr +W p = 0 R A + 630,99 – 459,78+618,69 = 0 R A = 539,04 kg c. Momen inersia untuk poros, dicari dengan persamaan : I = 64 4 p d × π = 64 24 4 × π = 16286,054 cm 4 d. Defleksi pada poros ditentukan dengan : δ 1 = 003461 , 054 , 16286 10 . 1 , 2 48 200 69 , 618 48 6 3 3 = × × × = EI PL cm ,akibat berat poros Universraitas Sumatera Utara 98 δ 2 = 004051 , 054 , 16286 10 . 1 , 2 768 200 51 , 66 768 6 4 4 = × × × = EI qL cm,akibat berat cakram Selanjutnya ditentukan: ∑F i y i = Wp. δ 1 + W cr . δ 2 = 710,25 x 0,003461 + 66,51 x 0,004051 = 2,7277 kg.cm ∑F i y i 2 = 618,69 x 0,003461 2 + 66,51 x 0,004051 2 = 0,0096 kgcm 2 Maka Putaran kritis diperoleh dengan persamaan [13,313] : n kr = 300 ∑ ∑ 2 i i i i y F y F ..... [4.32] n kr = 300 0096 , 7277 , 2 = 5056,88 rpm. Sehingga besarnya perbedaaan putaran kritis dengan putaran normal turbin, diperoleh : 100 - x n n n n kr t kr = ∆ = 100 5700 5056,88 - 5700 x = 11,28 Dari praktek ternyata, bila putaran kritis berbeda dengan putaran normal sebesar 15 sampai 20 , dapat dipastikan bahwa turbin sudah berada dalam operasi yang aman, akan tetapi kebanyakan pabrik pembuat turbin memakai kepesatan operasi normal lebih tinggi atau lebih rendah daripada kepesatan kritis sebesar 30 sampai 40.

4.7. Roda Gigi