Faktor-Faktor Pencetus Stress Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang Sedang Menjalani Program Pendidikan Profesi Dokter Di RSUP H. Adam Malik Medan

(1)

FAKTOR-FAKTOR PENCETUS STRES PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU YANG SEDANG MENJALANI PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER DI RSUP H. ADAM

MALIK MEDAN

Oleh:

REZA HAVHIE FIRDAUS 070100213

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

FAKTOR-FAKTOR PENCETUS STRES PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU YANG SEDANG MENJALANI PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER DI RSUP H. ADAM

MALIK MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH KELULUSAN SARJANA

KEDOKTERAN

Oleh:

REZA HAVHIE FIRDAUS 070100213

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Faktor-Faktor Pencetus Stress Pada Mahasiswa Fakultas

Kedokteran USU yang Sedang Menjalani Program Pendidikan Profesi Dokter Di RSUP H. Adam Malik Medan

Nama : Reza Havhie Firdaus NIM : 070100213

Pembimbing Penguji I

dr. Dedi Ardinata, M.Kes.

NIP. 19681227 199802 1 002

dr. M. Fidel Ganis Siregar, Sp.OG NIP. 19640530 198903 1 019

Penguji II

Medan, 13 Desemeber 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

dr. Juliandi Harahap, MA NIP. 19700702 199802 1 001

Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH NIP. 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Program studi pendidikan dokter bersifat sangat menuntut dan memiliki

lingkungan yang sangat syarat dengan stres. Terlebih lagi saat menjalani program pendidikan profesi dokter di rumah sakit pendidikan, para mahasiswa akan menghadapi berbagai faktor yang dapat menimbulkan stres. Faktor-faktor pencetus stres ini akan dihadapi oleh setiap mahasiswa dan masing-masing

memiliki potensi dan dampak yang berbeda-beda terhadap tingkat stres. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor pencetus stres pada mahasiswa fakultas kedokteran USU yang sedang menjalani program pendidikan profesi dokter di rumah sakit pendidikan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Juni hingga Agustus 2010. Sampel berjumlah 266 orang yang diambil menggunakan total sampling dengan kriteria inklusi. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden. Data kemudian dianalisa dalam bentuk tabel frekuensi dan persentase dan didapat hasil bahwa beberapa faktor yang sangat menyebabkan stres yaitu jumlah tugas yang diberikan, tingkat kesulitan dari tugas yang diberikan, ujian dan

hasilnya/nilai, kurangnya waktu untuk beristirahat dan bersenang-senang, persyaratan kelulusan, harapan dan ekspektasi mereka menjadi mahasiswa

kedokteran dibandingkan dengan kenyataan yang mereka hadapi, takut tidak lulus dari suatu departemen, terlambat tamat atau gagal dalam ujian lisensi/kompetensi, rasa takut menghadapi masa depan mereka sebagai seorang dokter dan kurangnya waktu untuk menyelesaikan tugas. Untuk mengurangi dampak stres yang

ditimbulkan oleh faktor-faktor pencetus ini, mahasiswa diharapkan mempelajari faktor-faktor pencetus apa saja yang berpotensi menimbulkan stres bagi mereka agar mereka dapat lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi faktor-faktor pencetus stress tersebut.

Kata Kunci : Stres, Faktor-Faktor Pencetus Stress, Mahasiswa Kedokteran, Rumah Sakit Pendidikan


(5)

ABSTRACT

Medical education courses are very demanding and have a very distressing environment. Moreover, while undergoing medical profession educational programs at teaching hospitals, the students will face a variety of factors that can cause stress. These stress triggers will be faced by each student and each has different potential and impact on stress levels. This research was conducted to know the trigger factors of stress on USU medical school student who is

undergoing medical profession educational programs at teaching hospitals. The study was a descriptive study with cross sectional approach and conducted at the general hospital center H. Adam Malik Medan in June to August 2010. The sample totaled 266 people who were taken using a total sampling with inclusion criteria. Data was collected using questionnaires distributed to respondents. The data is then analyzed in the form of frequency tables and percentages and the result gotten was that some of the factors that is perceived as very stressful are the number of tasks given, difficulty level of the assignment, exams and the results, lack of time to relax and have fun, graduation requirements , hopes and

expectations in which they become medical students compared with the reality they face, fear of not graduating from a department, graduated late or failed the licensing exam, fear to face their future as a doctor and a lack of time to complete the task. To reduce the impact of stress caused by these trigger factors, students are expected to study the factors that has the potential to trigger stress for them so they can better prepare themselves to face those stress trigger factors.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya, karya tulis ilmiah yang berjudul “Faktor-Faktor Pencetus Stress Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang Sedang Menjalani

Program Pendidikan Profesi Dokter Di RSUP H. Adam Malik Medan” dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam karya tulis ilmiah ini masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Dedi Ardinata, MKes selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk

memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Fidel Ghani Siregar, SpOG, dr. R. Lia Kesumawati, MSc dan dr. Juliandi Harahap, MA selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu dan pemikiran untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

3. Ayahanda Nasir S. Ali dan Ibunda Ellynawaty serta kakak dan adik penulis, Shelly Mayvira dan Shanadz Alvika atas doa, perhatian, dan dukungan yang tak putus-putusnya sebagai bentuk kasih sayang kepada penulis serta telah banyak memberikan dukungan dan semangat untuk terus mengejar cita-cita. 4. Yanti, Mirna, Dini, Nia, Ayu dan Murshidah selaku sahabat penulis.

5. Teman-teman seperjuangan dan seangkatan 2007 yang telah memberikan bantuan dan dukungan.


(7)

6. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis banyak mengucapkan terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini dan semoga karya tulis ini memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak.

Medan, 13 Desember 2010

Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN………. xi

BAB 1 PENDAHULUAN……….. 1

1.1. Latar Belakang………... 1

1.2. Rumusan Masalah……….. 3

1.3. Tujuan Penelitian………... 4

1.4. Manfaat Penelitian……….. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……….... 5

2.1. Stres... 5

2.1.1. Pengertian Stres... 5

2.1.2. Penggolongan Stres... 6

2.2. Sresor... 6

2.3. Reaksi terhadap stress... 9

2.3.1. Aspek Biologis... 9

2.3.2. Aspek Psikologis... 10

2.4. Stres Pada Mahasiswa Kedokteran... 11

2.5. Stresor yang Potensial Pada Mahasiswa Kedokteran... 11

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL….. 16

3.1 Kerangka Konsep……….... 16


(9)

BAB 4 METODE PENELITIAN……….. 20

4.1 Jenis Penelitian……….... 20

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian………... 20

4.3 Populasi dan Sampel………... 20

4.4 Teknik Pengumpulan Data………... 21

4.5 Pengolahan dan Analisa Data………... 22

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN……….... 23

5.1 Hasil Penelitian...……..……… 23

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian...……….. 23

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden...……….. 24

5.1.3. Distribusi Gambaran Faktor-Faktor Pencetus Stres...…….. 25

5.2 Pembahasan..………... 45

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...……….. 47

6.1 Kesimpulan………...……….... 47

6.2 Saran...….………... 48

DAFTAR PUSTAKA... 50


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner... 22 Tabel 5.1. Distribusi Frekue nsi Karakteristik

Responden... 24 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Jumlah

Tugas yang diberikan...………... 25 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Tingkat

Kesulitan dari Tugas yang diberikan... 26 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Pasien

yang Tidak Menyelesaikan Pengobatan... 26 Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Tanggung

Jawab Untuk Merawat Pasien dengan Baik dan Benar... 27 Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Persaingan

dengan Teman/Mahasiswa Lain... 27 Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Pasien

Tidak Hadir Pada Waktu yang Telah ditentukan Untuk

Pemeriksaan/Pengobatan... 28 Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Ujian dan

Hasilnya/Nilai... 29 Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Kesulitan

Dalam Mempelajari Prosedur Klinis... 29 Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress :

Lingkungan Belajar yang Anda Hadapi... 30 Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress :

Hubungan dengan Teman/Mahasiswa Lain... 31 Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress :

Menerima Kritik Terhadap Pekerjaan yang Anda lakukan... 31 Tabel 5.13. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Kesulitan


(11)

Tabel 5.14. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Kurangnya Rasa Percaya Diri Untuk Menjadi Dokter yang

Baik... 33 Tabel 5.15. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress :

Kurangnya Waktu Untuk Beristirahat dan Bersenang-

Senang... 33 Tabel 5.16. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Jumlah

Kecurangan yang Terjadi disekitar Anda... 34 Tabel 5.17. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress :

Peraturan-Peraturan Fakultas dan Rumah Sakit... 35 Tabel 5.18. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress :

Menghadapi Pasien yang Bersikap Buruk... 35 Tabel 5.19. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Rasa

Tidak Nyaman Pada Kamar Mahasiswa/Kamar Jaga... 36 Tabel 5.20. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress :

Persyaratan Kelulusan... 37 Tabel 5.21. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Harapan

dan Ekspetasi Anda Menjadi Mahasiswa Kedokteran Dengan Kenyataan yang Anda Hadapi... 37 Tabel 5.22. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Takut

Tidak Lulus Dari Suatu Departemen, Terlambat Tamat Atau Gagal Dalam Ujian Lisensi/Kompetensi... ... 38 Tabel 5.23. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Rasa

Takut Menghadapi Masa Depan Anda Sebagai

Seorang Dokter... .... 39 Tabel 5.24. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress :

Tanggung Jawab/Masalah Keuangan... 39 Tabel 5.25. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress :

Kurangnya Waktu Untuk Menyelesaikan Tugas... 40 Tabel 5.26. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Rasa


(12)

Tabel 5.27. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Masalah Kesehatan Pribadi... 41 Tabel 5.28. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Sikap

Instruktur dan Staf Rumah Sakit Terhadap anda... 42 Tabel 5.29. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress :

Diskriminasi Karena Suku Bangsa, Ras dan Status Sosial... 43 Tabel 5.30. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Metode

Mengajar yang Berbede-Beda dari Setiap Instruktur... 43 Tabel 5.31. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Takut


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Riwayat Hidup Peneliti 2. Kuesioner

3. Informed Consent

4. Ethical Clearance

5. Master Data


(14)

ABSTRAK

Program studi pendidikan dokter bersifat sangat menuntut dan memiliki

lingkungan yang sangat syarat dengan stres. Terlebih lagi saat menjalani program pendidikan profesi dokter di rumah sakit pendidikan, para mahasiswa akan menghadapi berbagai faktor yang dapat menimbulkan stres. Faktor-faktor pencetus stres ini akan dihadapi oleh setiap mahasiswa dan masing-masing

memiliki potensi dan dampak yang berbeda-beda terhadap tingkat stres. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor pencetus stres pada mahasiswa fakultas kedokteran USU yang sedang menjalani program pendidikan profesi dokter di rumah sakit pendidikan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Juni hingga Agustus 2010. Sampel berjumlah 266 orang yang diambil menggunakan total sampling dengan kriteria inklusi. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden. Data kemudian dianalisa dalam bentuk tabel frekuensi dan persentase dan didapat hasil bahwa beberapa faktor yang sangat menyebabkan stres yaitu jumlah tugas yang diberikan, tingkat kesulitan dari tugas yang diberikan, ujian dan

hasilnya/nilai, kurangnya waktu untuk beristirahat dan bersenang-senang, persyaratan kelulusan, harapan dan ekspektasi mereka menjadi mahasiswa

kedokteran dibandingkan dengan kenyataan yang mereka hadapi, takut tidak lulus dari suatu departemen, terlambat tamat atau gagal dalam ujian lisensi/kompetensi, rasa takut menghadapi masa depan mereka sebagai seorang dokter dan kurangnya waktu untuk menyelesaikan tugas. Untuk mengurangi dampak stres yang

ditimbulkan oleh faktor-faktor pencetus ini, mahasiswa diharapkan mempelajari faktor-faktor pencetus apa saja yang berpotensi menimbulkan stres bagi mereka agar mereka dapat lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi faktor-faktor pencetus stress tersebut.

Kata Kunci : Stres, Faktor-Faktor Pencetus Stress, Mahasiswa Kedokteran, Rumah Sakit Pendidikan


(15)

ABSTRACT

Medical education courses are very demanding and have a very distressing environment. Moreover, while undergoing medical profession educational programs at teaching hospitals, the students will face a variety of factors that can cause stress. These stress triggers will be faced by each student and each has different potential and impact on stress levels. This research was conducted to know the trigger factors of stress on USU medical school student who is

undergoing medical profession educational programs at teaching hospitals. The study was a descriptive study with cross sectional approach and conducted at the general hospital center H. Adam Malik Medan in June to August 2010. The sample totaled 266 people who were taken using a total sampling with inclusion criteria. Data was collected using questionnaires distributed to respondents. The data is then analyzed in the form of frequency tables and percentages and the result gotten was that some of the factors that is perceived as very stressful are the number of tasks given, difficulty level of the assignment, exams and the results, lack of time to relax and have fun, graduation requirements , hopes and

expectations in which they become medical students compared with the reality they face, fear of not graduating from a department, graduated late or failed the licensing exam, fear to face their future as a doctor and a lack of time to complete the task. To reduce the impact of stress caused by these trigger factors, students are expected to study the factors that has the potential to trigger stress for them so they can better prepare themselves to face those stress trigger factors.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh (kondisi penyakit, latihan, dll) atau oleh kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk melakukan coping. (Lazarus & Folkman, 1986). Sedangkan stresor menurut Lazarus & Folkman (dalam Morgan, 1986) adalah kondisi fisik,

lingkungan dan sosial yang merupakan penyebab dari kondisi stres. Fakultas kedokteran bertanggung jawab untuk memastikan lulusan-lulusannya memiliki wawasan/pengetahuan luas, kemahiran/ketrampilan dan sikap profesional. Untuk dapat mencapai sasaran ini, fakultas kedokteran umumnya menggunakan kurikulum perkuliahan yang bersifat mendidik, peragaan-peragaan, praktek yang diawasi, mentoring dan pengalaman langsung untuh menambah hasil belajar individu. Sayangnya, beberapa aspek dari

pelatihan-pelatihan tersebut memiliki konsekuensi negatif yang tidak diharapkan terhadap kesehatan pribadi mahasiswa. Penelitian menunjukkan adanya kejadian stres yang tinggi pada mahasiswa kedokteran, yang memiliki konsekuensi merugikan dalam prestasi akademik, kompetensi, profesionalitas dan kesehatan. (Guthrie, 1995)


(17)

Baru-baru ini stres selama pelatihan medis semakin banyak dilaporkan dalam literatur-literatur yang dipublikasikan. Penelitian juga menunjukkan cukup tingginya tingkat stres, yang mmengakibatkan gejala depresi dan bahkan pikiran untuk bunuh diri pada mahasiswa medis. Selain stres, keadaan sosial, emosional, fisik dan juga permasalahan keluarga dari mahasiswa juga dapat mempengaruhi kemampuan belajar. Stres yang berlebihan dapat mengakibatkan permasalah mental dan fisik dan dapat mengurangi rasa harga diri mahasiswa dan dapat mempengaruhi prestasi akademiknya. Studi dari negara-negara berkembang seperti Thailand, India, Malaysia dan bahkan Pakistan telah melaporkan stres di kalangan mahasiswa kedokteran dan juga menggarisbawahi peran akademik sebagai stresor yang potensial. Penelitian juga melaporkan bahwa kendala akademik dan juga faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, etnisitas dan status perkawinan juga dapat mempengaruhi tingkat keparahan stres pada mahasiswa. (Shah, 2010)

Tingkat stres yang dilaporkan pada mahasiswa kedokteran berkisar dari 25% - 75%. (Mosley, 1994). Di Amerika Serikat, sebuah survei yang dilakukan pada 9 fakultas kedokteran menemukan bahwa 47% dari mahasiswa yang berpartisipasi memiliki sedikitnya 1 masalah besar yang berhubungan dengan kesehatan mental dan penyalahgunaan zat dan juga 26% dari grup ini mengalami stres. (Guthrie, 1995)


(18)

Salah satu dari kesulitan-kesulitan dalam menghadapi stres di fakultas kedokteran adalah mahasiswa biasanya tidak mencari pertolongan dan dukungan akan masalah yang mereka hadapi. Hasil dari sebuah survey yang didapat dari Universitas di Pennsylvannia menunjukkan dari 24% mahasiswa kedokteran mereka yang teridentifikasi mengalami depresi, hanya 22% dari grup ini yang menggunakan layanan kesehatan jiwa. (Chew-Graham, 2004). Halangan-halangan untuk menggunakan layanan kesehatan brupa sedikitnya waktu, rasa takut akan kurangnya kerahasiaan, stigma yang berhubungan dengan penggunaan dari layanan kesehatan jiwa, biaya, rasa takut akan pendokumentasian pada catatan akademis dan rasa takut akancampur tangan yang tidak diinginkan. Halangan-halangan ini tampaknya tidak membaik setelah kelulusan, karena 35% dari dokter di Amerika Serikat tidak mempunyai perawatan kesehatan yang teratur. (Gross, 2000)

Seperti yang telah diungkapkan diatas, program studi pendidikan dokter sangat menuntut dan memiliki lingkungan yang sangat syarat dengan stres. Terlebih lagi saat menjalani program pendidikan profesi dokter di rumah sakit pendidikan, para mahasiswa akan menghadapi berbagai hal yang dapat

menimbulkan stres dan belum ada penelitian yang meneliti mengenai faktor-faktor pencetus stres pada mahasiswa fakultas kedokteran USU yang sedang menjalani program pendidikan profesi dokter di rumah sakit pendidikan. Oleh karena itu saya sebagai peneliti ingin mengetahui faktor-faktor pencetus stres pada

mahasiswa kedokteran Universitas Sumatra Utara (USU) yang sedang menjalani program pendidikan profesi dokter di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

Bagaimana gambaran faktor-faktor pencetus stres pada mahasiswa fakultas kedokteran USU yang sedang melaksanakan program pendidikan profesi dokter di RSUP H. Adam Malik Medan.


(19)

1.3. Tujuan Penelitian

1.1.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor-faktor pencetus stres pada mahasiswa fakultas kedokteran USU yang sedang menjalani program pendidikan profesi dokter di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.1.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor-faktor pencetus stres pada mahasiswa fakultas kedokteran USU yang sedang menjalani program pendidikan profesi dokter di RSUP H. Adam Malik Medan pada siklus bawah dan siklus atas.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Mendapatkan gambaran faktor-faktor pencetus stres pada mahasiswa fakultas kedokteran USU yang sedang menjalani program pendidikan profesi dokter di RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Menambah pengetahuan bagi mahasiswa mengenai faktor-faktor pencetus stres mereka.

3. Memberikan informasi kepada lembaga terkait agar lembaga tersebut dapat memperbaiki faktor-faktor pencetus stres bagi mahasiswa.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stres

2.1.1. Pengertian stres

Menurut Lazarus & Folkman (dalam Morgan, 1986) stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh (kondisi penyakit, latihan, dll) atau oleh kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk melakukan coping.

Menurut Selye (Bell, 1996) stres diawali dengan reaksi waspada (alarm

reaction) terhadap adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara

otomatis, seperti : meningkatkan denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stresor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk terus bertahan.

Rice (1987) mengatakan bahwa stres adalah suatu kejadian atau stimulus lingkungan yang menyebabkan individu merasa tegang. Atkinson (2000)

mengemukakan bahwa stres mengacu pada peristiwa yang dirasakan

membahayakan kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang. Situasi ini disebut sebagai penyebab stres dan reaksi individu terhadap situasi stres ini disebut sebagai respon stres. Stres adalah suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis. (Chaplin, 1999)

Lazarus (1984) juga menjelaskan bahwa stres juga dapat diartikan sebagai: 1. Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang

menimbulkan stres atau disebut juga dengan stresor.

2. Respon, yaitu stres merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara fisiologis, seperti : jantung berdebar, gemetar dan pusing serta psikologis, seperti : takut, cemas, culit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.


(21)

3. Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.

2.1.2. Penggolongan stres

Selye (dalam Rice, 1992) menggolongkan stres menjadi dua golongan. Penggolongan ini didasarkan atas persepsi individu terhadap stres yang dialaminya :

2.1.2.a. Distress (stres negatif)

Selye menyebutkan distress merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir atau gelisah. Sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan, dan timbul keinginan untuk menghindarinya.

2.1.2.b.Eustress (stres positif)

Selye menyebutkan bahwa eustress bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan. Hansaon (dalam Rice, 1992) mengemukakan frase joy of stress untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat positif yang timbul dari adanya stres. Eustress dapat mengakibatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi, dan performansi individu. Eustress juga dapat meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya karya seni.

2.2. Stresor

Menurut Lazarus & Folkman (dalam Morgan, 1986) kondisi fisik,

lingkungan dan sosial yang merupakan penyebab dari kondisi stres disebut dengan

stressor. Istilah stresor diperkenalkan pertama kali oleh Selye (Rice, 1992).

Situasi, kejadian, atau objek apapun yang menimbulkan tuntutan dalam tubuh dan penyebab reaksi psikologis ini disebut stressor (Berry, 1998). Stressor dapat berwujud atau berbentuk fisik, seperti polusi udara dan dapat juga berkairtan dengan lingkungan sosial, seperti interaksi sosial. Pikiran ataupun perasaan individu sendiri yangdianggap sebagai suatu ancaman baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor.


(22)

Lazarus & Cohen (dalam Berry, 1998) mengklasifikasikan stressor ke dalam tiga kategori, yaitu :

1. Cataclysmic events

Fenomena besar atau tiba-tiba terjadi, kejadian-kejadian penting yang mempengaruhi banyak orang, seperti bencana alam.

2. Personal stressors

Kejadian-kejadian penting yang mempengaruhi sedikit orang atau sejumlah orang tertentu, seperti krisis keluarga.

3. Background stressors

Pertikaian atau permasalahan yang biasa terjadi setiap hari, seperti masalah dalam pekerjaan dan rutinitas pekerjaan.

Ada beberapa jenis stresor psikologis (dirangkum dari Folkman, 1984; Coleman, dkk, 1984 serta Rice 1992) yaitu :

1. Tekanan (pressure)

Tekanan terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntutan tingkah laku tertentu. Secara umum tekanan mendorong individu untuk meningkatkan performa, mengintesifkan usaha atau mengubah sasaran tingkah laku. Tekana sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki bentuk yang berbeda-beda pada setiap individu. Tekanan dalam beberapa kasus tertentu dapat menghabiskan sumber-sumber daya yang dimiliki dalam proses pencapaian sasarannya, bahkan bila berlebihan dapat mengarah pada perilaku maladaptive. Tekanan dapat berasal dari sumber internal atau eksternal atau kombinasi dari keduanya. Tekanan internal misalnya adalah sistem nilai, rasa percaya diri, konsep diri dan komitmen personal. Tekanan eksternal misalnya berupa tekanan waktu atau peran yang harus dijalani seseorang, atau juga dapat berupa kompetisi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat antara lain dalam pekerjaan, sekolah dan mendapatkan pasangan hidup.


(23)

2. Frustasi

Frustasi dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai sasaran tertentu mendapat hambatan atau hilangnya kesempatan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustasi juga dapat diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang mengancam, seperti misalnya timbul reaksi marah, penolakan maupun depresi.

3. Konflik

Konflik terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan merespon langsung terhadap dua atau lebih dorongan, juga munculnya dua kebutuhan maupun motif yang berbeda dalam waktu bersamaan. Ada 3 jenis konflik, yaitu : a. Approach-approach conflict, terjadi apabila individu harus memilih satu

diantara dua alternatif yang sama-sama disukai, misalnya saja seseorang yang sulit menetukan keputusan diantara dua pilihan karir yang sama-sama diinginkan. Stres muncul akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif yang tidak diambil. Jenis konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan.

b. Avoidance-avoidance conflict, terjadi bila individu diharapkan pada dua

pilihan yang sma-sama tidak disenangi, misalnya wanita muda yang hamil diluar nikah, di satu sisi ia tidak ingin aborsi tapi disisi lain ia belum mampu secara mental dan finansial untuk membesarkan anaknya nanti. Konflik jenis ini lebih sulit diputuskan dan memerlukan lebih banyak tenaga dan waktu untuk

menyelesaikannya karena masing-masing alternatif memiliki konsekuensi yang tidak menyenangkan.

c. Approach-avoidance conflict, adalah situasi di mana individu merasa

tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau suatu objek yang sama, misalnya seseorang berniat berhenti merokok, karena khawatir merusak kesehatannya tetapi ia tidak dapat membayangkan sisa hidupnya kelak tanpa rokok.


(24)

2.3. Reaksi terhadap stres

2.3.1. Aspek biologis

Walter Canon (dalam Sarafino, 1994) memberikan deskripsi mengenai bagaimana reaksi tubuh terhadap suatu peristiwa yang mengancam. Ia menyebut reaksi tersebut sebagai flight-or-flight response karena respon fisiologis

mempersiapkan individu untuk mengahadapi atau menghindari situasi yang mengancam tersebut. Flight-or-flight response menyebabkan individu dapat berespon dengan cepat terhadap situasi yang mengancam. Akan tetapi bila arousal yang tinggi terus menerus muncul dapat membahayakan kesehatan individu.

Selye (Sarafino, 1994) mempelajari akibat yang diperoleh bila stresor terus menerus muncul. Ia kemudian mengemukakan istilah General Adaptation

Syndrome (GAS) yang terdiri dari rangkaian tahapan reaksi fisiologis terhadap

stresor :

1. Alarm Reaction

Tahapan pertama ini mirip dengan flight-or-flight response. Pada tahap ini

arousal yang terjadi pada tubuh organisme berada di bawah normal yang untuk

selanjutnya meningkat diatas normal. Pada akhir tahapan ini, tubuh melindungi organisme terhadap stresor. Tetapi tubuh tidak dapat mempertahankan intensitas

arousal dari alarm reaction dalam waktu yang sangat lama.

2. Stage of Resistance

Arousal masih tinggi, tubuh masih terus bertahan untuk melawan dan

beradaptasi dengan stresor. Respon fisiologis menurun, tetapi masih tetap lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi normal.

3. Stage of Exhaustion

Respon fisiologis masih terus berlangsung. Hal ini dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menguras energi tubuh. Sehingga terjadi kelelahan pada tubuh. Stresor yang terus terjadi akan mengakibatkan penyakit dan kerusakan fisiologis dan dapat menyebabkan kematian.


(25)

Reaksi psikologis terhadap stres dapat meliputi :

1. Kognisi

Stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam aktivitas kognitif (Cohen dkk dalam Sarafino, 1994). Stresor berupa kebisingan dapat menyebabkan defisit kognitif pada anak-anak (Cohen dalam Sarafino, 1994). Kognisi juga dapat berpengaruh dalam stres. Baum (dalam Sarafino, 1994) mengatakan bahwa individu yang terus menerus memikirkan stresor dapat menimbulkan stres yang lebih parah terhadap stresor.

2. Emosi

Emosi cenderung terkait dengan stres. Individu sering menggunakan keadaan emosionalnya untuk mengevaluasi stres. Proses penilaian kognitif dapat mempengaruhi stres dan pengalaman emosional (Maslach, Schachter & Singer, Scherer dalam Sarafino, 1994). Reaksi emosional terhadap stres yaitu rasa takut, fobia, kecemasan, depresi, perasaan sedih, dan rasa marah (Sarafino, 1994) 3. Perilaku Sosial

Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain (Sarafino, 1994). Individu dapat berperilaku menjadi positif maupun negatif. Bencana alam dapat membuat individu berperilaku lebih kooperatif, dalam situasi lain, individu dapat mengembangkan sikap bermusuhan (Sherif & Sherif dalam Sarafino, 1994). Stres yang diikuti dengan rasa marah menyebabkan perilaku sosial negatif

cenderung meningkat sehingga dapat menimbulkan perilaku agresif (Donnerstein & Wilson dalam Sarafino, 1994). Stres juga dapat mempengaruhi perilaku

membantu pada individu (Cohen & Spacapan dalam Sarafino, 1994)


(26)

Mahasiswa kedokteran mengalami stres dari awal proses belajar. (Guthrie, 1995). Walaupun sebagian besar dari stres adalah normal dalam proses belajar kedokteran dan dapat menjadi motivator bagi sebagian individu, tidak semua mahasiswa menganggap stres bersifat konstruktif. (Linn, 1984). Untuk sebagian besar individu, stres menciptakan perasaan takut, ketidakmampuan, rasa tidak berguna, amarah, rasa bersalah dan dapat dihubungkan dengan dengan buruknya kesehatan jiwa maupun fisik. (Moffat, Mosley, Stewart dalam Dyrbye, 2005)

Mahasiswa menggunakan bermacam-macam cara untuk menanggulangi atau coping stres dan yang berbeda-beda tergantung dari tahun kuliah dan sumber dari stres. (Stern, 1993). Cara-cara menanggulangi stres yang spesifik bagi setiap mahasiswa akan menentukan efek dari stres dalam kesehatan psikis maupun fisik dan menentukan apakah stres akan memberikan pengaruh negatif ataupun positif. (Vitaliano, 1988). Penanggulangan stres yang bersifat lepas tangan seperti

menghindari permasalahan, terlalu banyak melamun, menghindari kehidupan sosial dan menyalahkan diri sendiri memiliki dampak negatif dan dapat

berhubungan dengan depresi, kecemasan dan juga kesehatan psikis yang buruk. Sebaliknya, strategi yang bersifat menghadapi masalah seperti pemecahan masalah, pikiran dan sifat positif, mencari dukungan sosial dan mengekspresikan emosi akan memungkinkan mahasiswa untuk dapat beradaptasi, yang akan mengurangi kecemasan, depresi dan efek-efeknya terhadap kesehatan jiwa maupun fisik. (Stewart & Park dalam Dyrbye, 2005)

2.5. Stresor yang potensial pada mahasiswa kedokteran

Garbee dkk (1980) menyatakan ada enam kategori dari stresor potensial pada mahasiswa fakultas kedokteran gigi yang kemudian dimodifikasi oleh Murphy (2008) menjadi lima kategori dengan tujuan untuk membandingkan stresor potensial tersebut terhadap mahasiswa kedokteran. Kelima kategori stresor tersebut adalah :


(27)

Penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa kedokteran telah

melaporkan tekanan kompetitifuntuk mencapai nilai bagus dalam ujian teori dan evaluasi praktek klinis. (Radcliffe, 2003 dan Morrison, 2001) Penelitian lain mengemukakan bahwa beban kerja yang beratdan panjang selama berjam-jam selama pelatihan profesi merupakan pengalaman yang sangat penuh dengan stres. (Dahlin, 2005., Spencer, 2004., dan Aktekin, 2001)

2. Hubungan mahasiswa dengan fakultas sebagai stresor yang potensial Mahasiswa-mahasiswa kedokteran melaporkan bahwa mereka menemukan beberapa dosen yang bersedia untuk membantu mereka sebagai mentor. (Radcliffe, 2003). Anggota-anggota dan staf-staf fakultas kedokteran umumnya tidak menyadari tingginya tingkat stres yang dihadapi mahasiswa dan tidak mengenali tanda-tanda kelelahan mahasiswa. (Dyrbye, 2006). Hayes (2004) mengemukakan bahwa sekolah-sekolah medis mempromosikan budaya intimidasi bagi mahasiswa yang tidak mematuhi norma-norma perilaku yang diharapkan oleh fakultas. Holm & Aspergen (1999) melaporkan bahwa mahasiswa kedokteran yang menggunakan pendekatan secara ilmiah dan humanistik biasanya sering dikritik sebagai tidak kompeten secara profesional dibandingkan rekan-rekan mereka yang bergantung secara eksklusif pada pendekatan impersonal dan ilmiah untuk mengelola pasien.

3. Pasien dan tanggung jawab klinis sebagai stresor yang potensial

Dampak stres kronis dalam pelatihan sekolah kedokteran telahdilaporkan memiliki kontribusi terhadap perasaan depersonalisasi dalam hubungan

mahasiswa kedokteran dengan pasien mereka.Mahasiswa mengeluh tentang ketidakmampuan mereka untuk berempati dengan kecemasan pasien mereka dalam menghadapi penyakitnya. (Spencer, 2004., Dyrbye, 2006., dan Holm, 1993).Spencer (2004) menyimpulkan bahwa penurunan empati di kalangan mahasiswa kedokteran adalah karena hubungan sosial yang singkat dan

sementara,terburu-buru dan sebagian-sebagian dengan pasien serta menghindari keakraban selama pelatihan medis.


(28)

4. Permasalahan pribadi sebagai stresor yang potensial

Penelitian pada mahasiswa fakultas kedokteran telah melaporkan

hubungan frustrasi mahasiswa dengan kurangnya dukungan sosial sekolah mereka dan jumlah waktu untuk istirahat dan relaksasi tidak memadai.(Morrison, 2001., Aktekin, 2001., Ball, 2002., dan Stewart 1999). Tanggung jawab dan masalah keuangan juga ditemukan sebagaisumber stres yang signifikan untuk mahasiswa kedokteran. (Morrison, 2001). Stewart(1999) mengemukakan bahwa hilangnya kesempatan untuk bersosialisasi danberekreasi memberikan kontribusi terhadap tingkat stres yang lebih tinggi,prestasi akademik yang kurang baik dan

menunjukkan gejala depresi yang lebihbanyak pada mahasiswa kedokteran di tahun terakhir kuliah.

Hayes (2004) melaporkanbahwa pelatihan sekolah kedokteran memang memiliki efek negatif terhadapkemampuan beberapa anggota kelas untuk mencocokkan diri dengan rekan-rekan mereka.

5. Identitas profesional sebagai stresor yang potensial

Mahasiswa kedokteran tampaknya menghadapi tantangan selamapelatihan profesi mereka dalam mengembangkan dan mempertahankanrasa percaya diri dalam kemampuan mereka untuk menjadi dokter yang baik.Sering sekali,

tantangan-tantangan ini ditemukan dipengaruhi oleh jenis kelamin dan juga terkait dengan keharusan bagi siswauntuk menunjukkan kesempurnaan dalam semua aspek perilaku dan keterampilan klinis. (Henning, 1998., Bellini, 2005., Stecker, 2004., dan Shapiro, 2000)

Mahasiswa kedokteran juga mengalami stres karenaperasaan kurang berkompetensi untuk mampu mengobati pasien.Henning (1998) menyatakan


(29)

bahwa mahasiswa kedokteran yang mengejar kesempurnaanmembuat mereka merasa seperti penipu jika mereka mengalami kesulitan untuk menyesuaikandiri dengan sulitnya kehidupan profesional. Dahlin (2005) melaporkanbahwa

mahasiswa tahun ketiga dan keenam di sekolah-sekolah kedokteran Swedia menderita stres yang signifikan dari kurangnya kepercayaan diri terhadap

kemampuan pribadi mereka untuk bertahan selama berjam-jam dan melaksanakan tugas klinis dengan kompeten. Beberapa faktor stres dapat dihubungkan dengan depresi.Kejadian gejala depresi yang dilaporkan oleh mahasiswa kedokteran dirasakan lebih besar daripada yang ditemukan dalam populasi umum. (Dahlin, 2005).Penelitian ini juga menemukan bahwa mahasiswa kedokteran perempuan melaporkantingkat stres yang lebih tinggi dari laki-laki dan bahwa jenis stresor yang memiliki dampak terbesar pada kesejahteraan mahasiswa berubahseiring dengan kenaikan tingkatan mahasiswa dari tahap praklinis sampai ke pelatihan klinis. Radcliffedan Lester (2003) melaporkan bahwa mengembangkan sikap profesionaldirasakan oleh mahasiswa kedokteran sebagai salah satu aspek yang paling menuntutdari pelatihan mereka. Peneliti ini melaporkan bahwaperiode transisi, seperti lulus dari tahap praklinis ke pelatihan klinis, dianggap sebagai saat yang paling menegangkan dan paling stres dalam merekapendidikan profesi mereka.

Rosenfield dan Jones (2004) menyatakan bahwa terlalu banyak penekanan yang ditempatkanpada objek ilmiah dalam pelatihan medis.Mengetahui kapan saatnya berbicara, bertindak, mendengarkan, atau mentolerir penderitaan pasien adalah bagian dari bentuk seni pengobatan. Efek samping yang patut disayangkan dari pelatihan medis yang dikemukakan oleh para peneliti ini adalah bahwa

pelatihan ini menghasilkan dokter yang percaya bahwa penyangkalan diri adalah berhargadan diperlukan serta hidup dengan stres adalah normal.

Penelitian juga menemukan bahwa fakultas mempengaruhirasa efektivitas diri mahasiswa melalui pengaruh sosial danperilaku kelompok. Wilkes dan Raven (2002) mengartikan pengaruh sosial sebagai “sebuah perubahan dalam sikap,


(30)

keyakinan, atau perilaku dari seseorang yang dihasilkandari tindakan dari orang lain atau sekelompok orang ". Mahasiswa sering dianggap sebagai anggota terendahdari kekuasaan, yang membuat mereka lebih rentan terhadappengaruh sosial. Karena mahasiswa tidak yakin dengan kompetensi mereka,takut mendapat nilai jelek, atau ingin menyenangkan atasan dan senior, perasaan-perasaan ini mungkin memiliki efek yang mendalam terhadap kemampuan mereka untuk belajardan mengadopsi sikap profesional. Wilkes dan Ravenjuga berpendapat bahwa stresor identitas profesi dari mahasiswa kedokterandisebabkan oleh hubungan yang buruk dengan anggota fakultas, yang mungkintidak selalu

menjadi contoh yang baik bagi perilaku profesional. Kurangnya sikap profesional yang tepat meliputi perilaku-perilaku seperti sinisme,tidak hormat, dan kebencian terhadap pasien dan staf pendukung. Sebagian mahasiswa kedokteran yang ingin membangun hubungan yang menguntungkandengan pembimbing atau instruktur fakultas mereka dapat meniru perilaku ini. Gaya profesional dari seorang anggota fakultas mungkin menunjukkan perasaan aman terhadap dirinya dan kepercayaan dirinya terhadap kompetensi yang dimilikinya. Gaya mengajar baik yang bersifat memelihara dan mengasuh atau yang bersifat melecehkan dan keras terhadap mahasiswa juga mungkin mencerminkan kebutuhan psikososial dari anggota fakultas itu sendiri. Selain pengaruh fakultas,Wilkes dan Raven juga menemukan bahwa faktor-faktor seperti jadwal panggilan,kurang tidur, perubahan mood, kurangnya nutrisi yang baik, kurangnya waktu yang berkualitas bersama keluarga dan teman-teman, dan kekhawatiran atas pengelolaan keuangan juga dapat


(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Pada Penelitian ini, kerangka konsep mengenai stres pada mahasiswa fakultas kedokteran USU yang sedang menjalani program pendidikan profesi dokter di RSUP H . Adam Malik Medan akan diuraikan berdasarkan variabel stresor.

Variabel dependen Variabel independen

Variabel dependen

3.2. Variabel dan defenisi operasional

3.2.1. Stresor menurut Lazarus & Folkman (dalam Morgan, 1986) adalah kondisi fisik, lingkungan dan sosial yang merupakan penyebab dari kondisi stres. Dalam penelitian ini, data mengenai stresor pada mahasiswa kedokteran USU yang sedang menjalani program pendidikan profesi dokter di RSUP H. Adam Malik Medan diambil dari kuesioner yang dibagikan kepada responden dan stresor dibagi dalam lima kategori, yaitu :

Stresor :

1. Kemampuan akademik 2. Hubungan mahasiswa dengan fakultas

3. Pasien dan tanggung jawab klinis

4. Permasalahan pribadi 5. Identitas profesional

Stres pada mahasiswa kedokteran USU yang sedang menjalani program pendidikan profesi dokter


(32)

1. Kemampuan akademik

Stresor yang berhubungan dengan kemampuan akademik dari mahasiswa, yaitu :

a. Jumlah tugas yang diberikan

b. Tingkat kesulitan dari tugas tersebut c. Persaingan dengan teman/mahasiswa lain d. Ujian dan hasilnya/nilai

e. Jumlah kecurangan yang terjadi disekitar anda f. Persyaratan kelulusan

g. Takut tidak lulus dari suatu departemen, terlambat tamat atau gagal dalam ujian lisensi/kompetensi

h. Kurangnya waktu untuk menyelesaikan tugas i. Takut tidak mampu menghadapi beban kerja

2. Hubungan mahasiswa dengan fakultas

Stresor yang berhubungan dengan instruktur atau staf-staf fakultas dan rumah sakit, yaitu :

a. Lingkungan belajar yang anda hadapi

b. Menerima kritik terhadap pekerjaan yang anda lakukan c. Peraturan-peraturan fakultas dan rumah sakit

d. Sikap dari instruktur dan staf rumah sakit terhadap anda e. Metode mengajar yang berbeda-beda dari setiap instruktur


(33)

3. Pasien dan tanggung jawab klinis

Yaitu stresor yang berhubungan dengan pasien dan tanggung jawab klinis, yaitu :

a. Pasien yang tidak menyelesaikan pengobatan

b. Tanggung jawab untuk merawat pasien dengan baik dan benar

c. Pasien tidak hadir pada waktu yang telah ditentukan untuk pemeriksaan atau pengobatan

d. Kesulitan dalam mempelajari prosedur klinis e. Kesulitan melakukan pekerjaan laboratorium f. Menghadapi pasien yang bersikap buruk

4. Permasalahan pribadi

Yaitu stresor yang berhubungan dengan permasalahan pribadi yang dihadapi masing-masing mahasiswa, yaitu :

a. Hubungan dengan teman/mahasiswa lain

b. Kurangnya waktu untuk beristirahat dan bersenang-senang c. Rasa tidak nyaman pada kamar mahasiswa

d. Tanggung jawab/masalah keuangan

e. Penundaan untuk bertunangan, menikah atau mempunyai anak f. Masalah kesehatan pribadi

g. Diskriminasi karena suku bangsa, ras dan status sosial

5. Identitas profesional

Yaitu stresor yang berhubungan dengan identitas profesi dan profesionalitas dari mahasiswa, yaitu :

a. Kurangnya rasa percaya diri untuk menjadi dokter yang baik b. Harapan dan ekspektasi anda menjadi mahasiswa kedokteran

dibandingkan dengan kenyataan yang anda hadapi

c. Rasa takut menghadapi masa depan anda sebagai seorang dokter d. Rasa tidak yakin/menyesal dengan pilihan karir anda


(34)

3.2.2. Mahasiswa kedokteran USU adalah mahasiswa yang sedang menjalani program pendidikan profesi dokter di fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pada penelitian ini sampel yang akan diambil adalah mahasiswa kedokteran USU yang sedang menjalani program pendidikan profesi dokter di rumah sakit pendidikan yaitu di RSUP H. Adam Malik Medan pada dua siklus, yaitu : a. Mahasiswa siklus bawah : Mahasiswa semester VIII-IX b. Mahasiswa siklus atas : Mahasiswa semester X-XI


(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Dengan menggunakan kuesioner yang akan dibagikan pada responden akan dilihat gambaran faktor-faktor pencetus stres pada

mahasiswa fakultas kedokteran USU yang sedang menjalani program pendidikan profesi dokter di RSUP H. Adam Malik Medan serta melihat gambaran faktor-faktor pencetus stres pada mahasiswa siklus bawah dan siklus atas.

4.2.Waktu dan Tempat Penelitian

Pengumpulan data penelitian dilakukan selama bulan Juni sampai Agustus bertempat di RSUP H. Adam Malik Medan. Adapun alasan peneliti memilih RSUP H. Adam Malik Medan sebagai tempat penelitian adalah karena RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit umum pusat pendidikan yang jumlah mahasiswa seniornya banyak, sehingga mencukupi sebagai sampel dalam

penelitian.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang sedang menjalani program pendidikan profesi dokter siklus bawah dan siklus atas di RSUP H. Adam Malik Medan. Alasan peneliti memilih populasi mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang sedang menjalani program

pendidikan profesi dokter siklus bawah dan siklus atas di RSUP H. Adam Malik Medan adalah untuk melihat gambaran faktor-faktor pencetus stres pada

mahasiswa siklus bawah dan siklus atas. Sampel diambil sesuai dengan kriteria inklusi dengan menggunakan metode total sampling sebanyak 266 orang. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah :


(36)

a. Kriteria inklusi : Seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang sedang menjalani program pendidikan profesi dokter di RSUP H. Adam Malik Medan yang telah menjalani siklus bawah selama minimal 40 minggu dan Seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang sedang menjalani program pendidikan profesi dokter di RSUP H. Adam Malik Medan yang telah menjalani siklus atas selama minimal 40 minggu.

b. Kriteria eksklusi : Pengisian kuesioner yang tidak lengkap.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui wawancara secara langsung pada responden dengan menggunakan instrumen kuesioner. Kuesioner yang digunakan merupakan modifikasi dari Murphy dkk (2008).

4.4.1. Uji Validitas dan reliabilitas

Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan uji Pearson Correlation dan uji Cronbach

(Cronbach Alpha) dengan program SPSS. Jumlah sampel yang digunakan dalam

uji validitas ini adalah 30 orang. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.1.


(37)

Tabel 4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Variabel Nomor

pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Faktor-Faktor 1 0,600 Valid 0,932 Reliabel

Pencetus Stres 2 0,676 Valid Reliabel

3 0,578 Valid Reliabel

4 0,629 Valid Reliabel

5 0,642 Valid Reliabel

6 0,589 Valid Reliabel

7 0,569 Valid Reliabel

8 0,654 Valid Reliabel

9 0,622 Valid Reliabel

10 0,572 Valid Reliabel

11 0,590 Valid Reliabel

12 0,459 Valid Reliabel

13 0,502 Valid Reliabel

14 0,621 Valid Reliabel

15 0,589 Valid Reliabel

16 0,576 Valid Reliabel

17 0,612 Valid Reliabel

18 0,620 Valid Reliabel

19 0,583 Valid Reliabel

20 0,605 Valid Reliabel

21 0,576 Valid Reliabel

22 0,481 Valid Reliabel

23 0,543 Valid Reliabel

24 0,556 Valid Reliabel

25 0,372 Valid Reliabel

26 0,698 Valid Reliabel

27 0,442 Valid Reliabel

28 0,582 Valid Reliabel

29 0,564 Valid Reliabel

30 0,480 Valid Reliabel

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Data-data yang telah dikumpulkan akan diolah dengan menggunakan program SPSS for Windows 17 dan akan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan persentase.


(38)

(39)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan. RSUP H. Adam Malik adalah rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai rumah sakit pendidikan sesuai dengan SK No. 502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki misi sebagai pusat unggulan pelayan kesehataan dan pendidikan dan merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Lokasinya dibangun di atas tanah seluas ±10 Ha dan terletak di jalan Bunga Lau no. 17 Km. 12 kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara.

Dalam rangka pelayanan kesehatan masyarakat umum, RSUP H. Adam Malik Medan didukung oleh 1.955 orang tenaga yang terdiri dari 790 orang tenaga medis dari berbagai spesialis dari sub spesialisasi, 604 orang paramedis perawatan, 298 orang paramedis non perawatan dan 263 orang tenaga non medis serta ditambah dengan dokter brigade siaga bencana (BSB) sebanyak 8 orang.

RSUP H. Adam Malik Medan memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari pelayanan medis (instalasi rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, gawat darurat, nedah pusat dan hemodialisa), pelayana penunjang medis (instalasi diagnostik terpadu, patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi klinik, kardiovaskular, mikrobiologi), pelayanan penunjang non medis (instalasi gizi, farmasi, Control Sterilization Supply Depart (CSSD), bioelektro medik, pemyuluh kesehatan masyarakat rumah sakit (PKMRS) dan pelayanan non medis (instalasi tata usaha pasien, teknik sipil, pemulasaraan jenazah).

Bagian Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan salah satu bagian dalam RSUP H. Adam Malik. Ruangan ini memiliki jumlah tenaga perawat sebanyak 36 orang namun tidak termasuk tenaga honorer.


(40)

Dalam penelitian ini responden yang diambil adalah seluruh mahasiswa

Fakultas Kedokteran USU yang sedang menjalani program pendidikan profesi dokter di RSUP H. Adam Malik Medan yang telah menjalani siklus bawah selama minimal 40 minggu dan Seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang sedang menjalani program pendidikan profesi dokter di RSUP H. Adam Malik Medan yang telah menjalani siklus atas selama minimal 40 minggu. Total responden yang terpilih adalah 266 orang.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Karakteristik Frekuensi (n) Persen (%)

Jenis Kelamin

laki-laki 122 45,9

perempuan 144 54,1

Siklus

Bawah 125 47,0

Atas 141 53,0

Total 266 100,0

Berdasarkan jenis kelamin, jumlah mahasiswa perempuan sebanyak 144 orang (54,1%) dan mahasiswa laki-laki sebanyak 122 orang (45,9%) dan berdasarkan siklus, jumlah responden yang sedang menjalani siklus bawah sebanyak 125 orang (47%) dan yang sedang menjalani siklus atas sebanyak 141 orang (53%).


(41)

5.1.3. Distribusi Gambaran Faktor-Faktor Pencetus Stress

Setelah dilakukan penelitian dengan metode cross-sectional menggunakan instrumen kuesioner, didapatkan distribusi gambaran faktor-faktor pencetus stress pada mahasiswa fakultas kedokteran USU yang sedang menjalani program pendidikan profesi dokter di RSUP H. Adam Malik Medan yang disajikan dalam tabel-tabel dibawah ini.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Jumlah Tugas yang diberikan.

Skor

Siklus Atas Siklus Bawah

Laki – laki Perempuan Laki-laki Perempuan

n % n % n % n %

0 - - - -

1 - - - -

2 10 16,7 6 7,4 4 6,5 6 9,5

3 26 43,3 38 46,9 24 38,7 21 33,3

4 24 40,0 37 45,7 34 54,8 36 57,1

Total 60 100,0 81 100,0 62 100,0 63 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat untuk faktor pencetus stress berupa jumlah tugas yang diberikan, untuk mahasiswa siklus atas, laki-laki paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres sebanyak (skor 3) sebanyak 26 orang (43,3%) dan perempuan paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 38 orang (46,9%). Sedangkan untuk mahasiswa siklus bawah, laki-laki paling banyak menjawab sangat menyebabkan stres (skor 4) sebanyak 34 orang (54,8%) dan perempuan paling banyak menjawab sangat menyebabkan stres (skor 4) sebanyak 36 orang (57,1%).


(42)

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Tingkat Kesulitan dari Tugas yang diberikan.

Skor

Siklus Atas Siklus Bawah

Laki – laki Perempuan Laki-laki Perempuan

n % n % n % n %

0 - - - -

1 - - - -

2 10 16,7 5 6,2 3 4,8 5 7,9

3 22 36,7 43 53,1 43 69,4 26 41,3

4 28 46,7 33 40,7 16 25,8 32 50,8

Total 60 100,0 81 100,0 62 100,0 63 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat untuk faktor pencetus stress berupa tingkat kesulitan dari tugas yang diberikan, untuk mahasiswa siklus atas, laki-laki paling banyak menjawab sangat menyebabkan stres (skor 4) sebanyak 28 orang (46,7%) dan perempuan paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 43 orang (53,1%). Sedangkan untuk mahasiswa siklus bawah, laki-laki paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 43 orang (69,4%) dan perempuan paling banyak menjawab sangat menyebabkan stres (skor 4) sebanyak 32 orang (50,8%).

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Pasien yang Tidak Menyelesaikan Pengobatan.

Skor

Siklus Atas Siklus Bawah

Laki – laki Perempuan Laki-laki Perempuan

n % n % n % n %

0 - - - -

1 10 16,7 1 1,2 1 1,6 10 15,9

2 25 41,7 27 33,3 19 30,6 22 34,9

3 21 35,0 43 53,1 34 54,8 23 36,5

4 4 6,7 10 12,3 8 12,9 8 12,7


(43)

Dari tabel diatas dapat dilihat untuk faktor pencetus stress berupa pasien yang tidak menyelesaikan pengobatan, untuk mahasiswa siklus atas, laki-laki paling banyak menjawab sedikit menyebabkan stres (skor 2) sebanyak 25 orang (41,7%) dan perempuan paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 43 orang (53,1%). Sedangkan untuk mahasiswa siklus bawah, laki-laki paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 34 orang (54,8%) dan perempuan paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 23 orang (36,5%).

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Tanggung Jawab Untuk Merawat Pasien dengan Baik dan Benar.

Skor

Siklus Atas Siklus Bawah

Laki – laki Perempuan Laki-laki Perempuan

n % n % n % n %

0 - - - -

1 2 3,3 - - - - 1 1,6

2 12 20,0 14 17,3 8 12,9 12 19,0

3 33 55,0 52 64,2 38 61,3 29 46,0

4 13 21,7 15 18,5 16 25,8 21 33,3

Total 60 100,0 81 100,0 62 100,0 63 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat untuk faktor pencetus stress berupa tanggung jawab untuk merawat pasien dengan baik dan benar , untuk mahasiswa siklus atas, laki-laki paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 33 orang (55,0%) dan perempuan paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 52 orang (64,2%). Sedangkan untuk mahasiswa siklus bawah, laki-laki paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 38 orang (61,3%) dan perempuan paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 29 orang (46,0%).

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Persaingan dengan Teman/Mahasiswa Lain

Skor

Siklus Atas Siklus Bawah

Laki – laki Perempuan Laki-laki Perempuan

n % n % n % n %

0 - - - - 2 3,2 1 1,6

1 18 30,0 5 6,2 11 17,7 12 19,0

2 23 38,3 28 34,6 28 45,2 23 36,5

3 14 23,3 36 44,4 16 25,8 20 31,7

4 5 8,3 12 14,8 5 8,1 7 11,1


(44)

Dari tabel diatas dapat dilihat untuk faktor pencetus stress berupa persaingan dengan teman/mahasiswa lain, untuk mahasiswa siklus atas, laki-laki paling banyak menjawab sedikit menyebabkan stres (skor 2) sebanyak 23 orang (38,3%) dan perempuan paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 36 orang (44,4%). Sedangkan untuk mahasiswa siklus bawah, laki-laki paling banyak menjawab sedikit menyebabkan stres (skor 2) sebanyak 28 orang (45,2%) dan perempuan paling banyak menjawab sedikit menyebabkan stres (skor 2) sebanyak 23 orang (36,5%).

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Pasien Tidak Hadir Pada Waktu yang Telah ditentukan Untuk Pemeriksaan/Pengobatan

Skor

Siklus Atas Siklus Bawah

Laki – laki Perempuan Laki-laki Perempuan

n % n % n % n %

0 - - - 1 1,6

1 8 13,3 3 3,7 - - 2 3,2

2 27 45,0 36 44,4 29 46,8 33 52,4

3 19 31,7 34 42,0 20 32,3 19 30,2

4 6 10,0 8 9,9 13 21,0 8 12,7

Total 60 100,0 81 100,0 62 100,0 63 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat untuk faktor pencetus stress berupa pasien tidak hadir pada waktu yang telah ditentukan untuk pemeriksaan atau pengobatan, untuk mahasiswa siklus atas, laki-laki paling banyak sedikit menyebabkan stres (skor 2) sebanyak 27 orang (45,0%) dan perempuan paling banyak menjawab sedikit menyebabkan stres (skor 2) sebanyak 36 orang (44,4%). Sedangkan untuk mahasiswa siklus bawah, laki-laki paling banyak menjawab sedikit menyebabkan stres (skor 2) sebanyak 29 orang (46,8%) dan perempuan paling banyak menjawab sedikit menyebabkan stres (skor 2) sebanyak 33 orang (52,4%).


(45)

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Ujian dan Hasilnya/Nilai

Skor

Siklus Atas Siklus Bawah

Laki – laki Perempuan Laki-laki Perempuan

n % n % n % n %

0 - - - -

1 2 3,3 - - - -

2 4 6,7 5 6,2 - - 1 1,6

3 11 18,3 28 34,6 15 24,2 15 23,8

4 43 71,7 48 59,3 47 75,8 47 74,6

Total 60 100,0 81 100,0 62 100,0 63 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat untuk faktor pencetus stress berupa ujian dan hasilnya/nilai, untuk mahasiswa siklus atas, laki-laki paling banyak menjawab sangat menyebabkan stres (skor 4) sebanyak 43 orang (71,7%) dan perempuan paling banyak menjawab sangat menyebabkan stres (skor 4) sebanyak 48 orang (59,3%). Sedangkan untuk mahasiswa siklus bawah, laki-laki paling banyak menjawab sangat menyebabkan stres (skor 4) sebanyak 47 orang (75,8%) dan perempuan paling banyak menjawab sangat menyebabkan stres (skor 4) sebanyak 47 orang (74,6%).

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Kesulitan Dalam Mempelajari Prosedur Klinis

Skor

Siklus Atas Siklus Bawah

Laki – laki Perempuan Laki-laki Perempuan

n % n % n % n %

0 - - - -

1 3 5,0 - - 1 1,6 - -

2 18 30,0 7 8,6 13 21,0 15 23,8

3 22 36,7 44 54,3 29 46,8 26 41,3

4 17 28,3 30 37,0 19 30,6 22 34,9


(46)

Dari tabel diatas dapat dilihat untuk faktor pencetus stress berupa kesulitan dalam mempelajari prosedur klinis, untuk mahasiswa siklus atas, laki-laki paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 22 orang (36,7%) dan perempuan paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 44 orang (54,3%). Sedangkan untuk mahasiswa siklus bawah, laki-laki paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 29 orang (46,8%) dan perempuan paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 26 orang (41,3%).

Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Lingkungan Belajar yang Anda Hadapi

Skor

Siklus Atas Siklus Bawah

Laki – laki Perempuan Laki-laki Perempuan

n % n % n % n %

0 - - - 1 1,6

1 9 15,0 2 2,5 2 3,2 5 7,9

2 27 45,0 27 33,3 17 27,4 20 31,7

3 16 26,7 32 39,5 23 37,1 26 41,3

4 8 13,3 20 24,7 20 32,3 11 17,5

Total 60 100,0 81 100,0 62 100,0 63 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat untuk faktor pencetus stress berupa lingkungan belajar yang anda hadapi, untuk mahasiswa siklus atas, laki-laki paling banyak menjawab sedikit menyebabkan stres (skor 2) sebanyak 27 orang (45,0%) dan perempuan paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 32 orang (39,5%). Sedangkan untuk mahasiswa siklus bawah, laki-laki paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 23 orang (37,1%) dan perempuan paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 26 orang (41,3%).


(47)

Tabel 511. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Hubungan dengan Teman/Mahasiswa Lain

Skor

Siklus Atas Siklus Bawah

Laki – laki Perempuan Laki-laki Perempuan

n % n % n % n %

0 - - - 2 3,2

1 22 36,7 8 9,9 11 17,7 19 30,2

2 24 40,0 34 42,0 29 46,8 26 41,3

3 11 18,3 32 39,5 20 32,3 12 19,0

4 3 5,0 7 8,6 2 3,2 4 6,3

Total 60 100,0 81 100,0 62 100,0 63 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat untuk faktor pencetus stress berupa hubungan dengan teman/mahasiswa lain, untuk mahasiswa siklus atas, laki-laki paling banyak menjawab sedikit menyebabkan stres (skor 2) sebanyak 24 orang (40,0%) dan perempuan paling banyak menjawab sedikit menyebabkan stres (skor 2) sebanyak 34 orang (42,0%). Sedangkan untuk mahasiswa siklus bawah, laki-laki paling banyak menjawab sedikit menyebabkan stres (skor 2) sebanyak 29 orang (46,8%) dan perempuan paling banyak menjawab sedikit menyebabkan stres (skor 2) sebanyak 26 orang (41,3%).

Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Menerima Kritik Terhadap Pekerjaan yang Anda Lakukan

Skor

Siklus Atas Siklus Bawah

Laki – laki Perempuan Laki-laki Perempuan

n % n % n % n %

0 - - - -

1 5 8,3 5 6,2 6 9,7 5 7,9

2 11 18,3 26 32,1 23 37,1 25 39,7

3 39 65,0 41 50,6 25 40,3 25 39,7

4 5 8,3 9 11,1 8 12,9 8 12,7


(48)

Dari tabel diatas dapat dilihat untuk faktor pencetus stress berupa menerima kritik terhadap pekerjaan yang anda lakukan, untuk mahasiswa siklus atas, laki-laki paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 39 orang (65,0%) dan perempuan paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 41 orang (50,6%). Sedangkan untuk mahasiswa siklus bawah, laki-laki paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 25 orang (40,3%) dan perempuan paling banyak menjawab sedikit menyebabkan stres (skor 2) dan lumayan menyebabkan stres (skor 3) dengan jumlah yang sama sebanyak 25 orang (39,7%).

Tabel 5.13. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Kesulitan Melakukan Pekerjaan Laboratorium

Skor

Siklus Atas Siklus Bawah

Laki – laki Perempuan Laki-laki Perempuan

n % n % n % n %

0 - - - -

1 5 8,3 2 2,5 3 4,8 3 4,8

2 21 35,0 37 45,7 29 46,8 25 39,7

3 25 41,7 36 44,4 19 30,6 22 34,9

4 9 15,0 6 7,4 11 17,7 13 20,6

Total 60 100,0 81 100,0 62 100,0 63 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat untuk faktor pencetus stress berupa kesulitan melakukan pekerjaan laboratorium, untuk mahasiswa siklus atas, laki-laki paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 25 orang (41,7%) dan perempuan paling banyak menjawab sedikit menyebabkan stres (skor 2) sebanyak 37 orang (45,7%). Sedangkan untuk mahasiswa siklus bawah, laki-laki paling banyak menjawab sedikit menyebabkan stres (skor 2) sebanyak 29 orang (46,8%) dan perempuan paling banyak menjawab sedikit menyebabkan stres (skor 2) sebanyak 25 orang (39,7%).


(49)

Tabel 5.14. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Kurangnya Rasa Percaya Diri Untuk Menjadi Dokter yang Baik

Skor

Siklus Atas Siklus Bawah

Laki – laki Perempuan Laki-laki Perempuan

n % n % n % n %

0 - - - -

1 9 15,0 8 9,9 6 9,7 12 19,0

2 27 45,0 22 27,2 20 32,3 26 41,3

3 18 30,0 39 48,1 23 37,1 16 25,4

4 6 10,0 12 14,8 13 21,0 9 14,3

Total 60 100,0 81 100,0 62 100,0 63 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat untuk faktor pencetus stress berupa kurangnya rasa percaya diri untuk menjadi dokter yang baik, untuk mahasiswa siklus atas, laki-laki paling banyak menjawab sedikit menyebabkan stres (skor 2) sebanyak 27 orang (45,0%) dan perempuan paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 39 orang (48,1%). Sedangkan untuk mahasiswa siklus bawah, laki-laki paling banyak menjawab dlumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 23 orang (37,1%) dan perempuan paling banyak menjawab sedikit menyebabkan stres (skor 2) sebanyak 26 orang (41,3%).

Tabel 5.15. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Kurangnya Waktu Untuk Beristirahat dan Bersenang-Senang

Skor

Siklus Atas Siklus Bawah

Laki – laki Perempuan Laki-laki Perempuan

n % n % n % n %

0 - - - -

1 1 1,7 - - - - 2 3,2

2 5 8,3 9 11,1 1 1,6 1 1,6

3 21 35,0 29 35,8 26 41,9 14 22,2

4 33 55,0 43 53,1 35 56,5 46 73,0


(50)

Dari tabel diatas dapat dilihat untuk faktor pencetus stress berupa kurangnya waktu untuk beristirahat dan bersenang-senang, untuk mahasiswa siklus atas, laki-laki paling banyak sangat menyebabkan stres (skor 4) sebanyak 33 orang (55,0%) dan perempuan paling banyak menjawab sangat menyebabkan stres (skor 4) sebanyak 43 orang (53,1%). Sedangkan untuk mahasiswa siklus bawah, laki-laki paling banyak menjawab sangat menyebabkan stres (skor 4) sebanyak 35 orang (56,5%) dan perempuan paling banyak menjawab sangat menyebabkan stres (skor 4) sebanyak 46 orang (73,0%).

Tabel 5.16. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Jumlah Kecurangan yang Terjadi disekitar Anda

Skor

Siklus Atas Siklus Bawah

Laki – laki Perempuan Laki-laki Perempuan

n % n % n % n %

0 - - - - 1 1,6 1 1,6

1 30 50,0 16 19,8 10 16,1 24 38,1

2 20 33,3 39 48,1 22 35,5 17 27,0

3 8 13,3 20 24,7 18 29,0 16 25,4

4 2 3,3 6 7,4 11 17,7 5 7,9

Total 60 100,0 81 100,0 62 100,0 63 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat untuk faktor pencetus stress berupa jumlah kecurangan yang terjadi disekitar anda, untuk mahasiswa siklus atas, laki-laki paling banyak menjawab tidak menyebabkan stres (skor 1) sebanyak 30 orang (50,0%) dan perempuan paling banyak menjawab sedikit menyebabkan stres (skor 2) sebanyak 39 orang (48,1%). Sedangkan untuk mahasiswa siklus bawah, laki-laki paling banyak menjawab sedikit menyebabkan stres (skor 2) sebanyak 22 orang (35,5%) dan perempuan paling banyak menjawab dtidak menyebabkan stres (skor 1) sebanyak 24 orang (38,1%).


(51)

Tabel 5.17. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Peraturan-Peraturan Fakultas dan Rumah Sakit

Skor

Siklus Atas Siklus Bawah

Laki – laki Perempuan Laki-laki Perempuan

n % n % n % n %

0 - - - -

1 8 13,3 3 3,7 - - 14 22,2

2 24 40,0 22 27,2 27 43,5 16 25,4

3 24 40,0 37 45,7 26 41,9 20 31,7

4 4 6,7 19 23,5 9 14,5 13 20,6

Total 60 100,0 81 100,0 62 100,0 63 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat untuk faktor pencetus stress berupa peraturan-peraturan fakultas dan rumah sakit, untuk mahasiswa siklus atas, laki-laki paling banyak menjawab sedikit menyebabkan stres (skor 2) dan lumayan menyebabkan stres (skor 3) dengan jumlah yang sama sebanyak 24 orang (40,0%) dan perempuan paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 37 orang (45,7%). Sedangkan untuk mahasiswa siklus bawah, laki-laki paling banyak menjawab sedikit menyebabkan stres (skor 2) sebanyak 27 orang (43,5%) dan perempuan paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 20 orang (31,7%).

Tabel 5.18. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Menghadapi Pasien yang Bersikap Buruk

Skor

Siklus Atas Siklus Bawah

Laki – laki Perempuan Laki-laki Perempuan

n % n % n % n %

0 - - - -

1 - - 2 2,5 1 1,6 - -

2 20 33,3 37 45,7 22 35,5 26 41,3

3 28 46,7 31 38,3 25 40,3 26 41,3

4 12 20,0 11 13,6 14 22,6 11 17,5


(52)

Dari tabel diatas dapat dilihat untuk faktor pencetus stress berupa menghadapi pasien yang bersikap buruk, untuk mahasiswa siklus atas, laki-laki paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 28 orang (46,7%) dan perempuan paling banyak menjawab sedikit menyebabkan stres (skor 2) sebanyak 37 orang (45,7%). Sedangkan untuk mahasiswa siklus bawah, laki-laki paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 25 orang (40,3%) dan perempuan paling banyak menjawab sedikit menyebabkan stres (skor 2) dan lumayan menyebabkan stres (skor 3) dengan jumlah yang sama sebanyak 26 orang (41,3%).

Tabel 5.19. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Rasa Tidak Nyaman Pada Kamar Mahasiswa/Kamar Jaga

Skor

Siklus Atas Siklus Bawah

Laki – laki Perempuan Laki-laki Perempuan

n % n % n % n %

0 - - - -

1 10 16,7 6 7,4 6 9,7 8 12,7

2 23 38,3 38 46,9 37 59,7 33 52,4

3 23 38,3 31 38,3 16 25,8 17 27,0

4 4 6,7 6 7,4 3 4,8 5 7,9

Total 60 100,0 81 100,0 62 100,0 63 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat untuk faktor pencetus stress berupa rasa tidak nyaman pada kamar mahasiswa/kamar jaga, untuk mahasiswa siklus atas, laki-laki paling banyak menjawab dengan sedikit menyebabkan stres (skor 2) dan lumayan menyebabkan stres (skor 3) dengan jumlah yang sama sebanyak 23 orang (38,3%) dan perempuan paling banyak menjawab sedikit menyebabkan stres (skor 2) sebanyak 38 orang (46,9%). Sedangkan untuk mahasiswa siklus bawah, laki-laki paling banyak menjawab sedikit menyebabkan stres (skor 2) sebanyak 37 orang (59,7%) dan perempuan paling banyak menjawab sedikit menyebabkan stres (skor 2) sebanyak 33 orang (52,4%).


(53)

Tabel 5.20. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Persyaratan Kelulusan

Skor

Siklus Atas Siklus Bawah

Laki – laki Perempuan Laki-laki Perempuan

n % n % n % n %

0 - - - -

1 5 8,3 - - - - 4 6,3

2 9 15,0 13 16,0 8 12,9 14 22,2

3 30 50,0 40 49,4 21 33,9 22 34,9

4 16 26,7 28 34,6 33 53,2 23 36,5

Total 60 100,0 81 100,0 62 100,0 63 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat untuk faktor pencetus stress berupa persyaratan kelulusan, untuk mahasiswa siklus atas, laki-laki paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 30 orang (50,0%) dan perempuan paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 40 orang (49,4%). Sedangkan untuk mahasiswa siklus bawah, laki-laki paling banyak menjawab sangat menyebabkan stres (skor 4) sebanyak 33 orang (53,2%) dan perempuan paling banyak menjawab sangat menyebabkan stres (skor 4) sebanyak 23 orang (36,5%).

Tabel 5.21. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Harapan dan Ekspetasi Anda Menjadi Mahasiswa Kedokteran Dengan Kenyataan yang Anda Hadapi

Skor

Siklus Atas Siklus Bawah

Laki – laki Perempuan Laki-laki Perempuan

n % n % n % n %

0 - - - -

1 14 23,3 2 2,5 1 1,6 8 12,7

2 15 25,0 12 14,8 8 12,9 19 30,2

3 22 36,7 31 38,3 21 33,9 14 22,2

4 9 15,0 36 44,4 32 51,6 22 34,9


(54)

Dari tabel diatas dapat dilihat untuk faktor pencetus stress berupa harapan dan ekspektasi anda menjadi mahasiswa kedokteran dibandingkan dengan kenyataan yang anda hadapi, untuk mahasiswa siklus atas, laki-laki paling banyak menjawab lumayan menyebabkan stres (skor 3) sebanyak 22 orang (36,7%) dan perempuan paling banyak menjawab sangat menyebabkan stres (skor 4) sebanyak 36 orang (44,4%). Sedangkan untuk mahasiswa siklus bawah, laki-laki paling banyak menjawab sangat menyebabkan stres (skor 4) sebanyak 32 orang (51,6%) dan perempuan paling banyak menjawab sangat menyebabkan stres (skor 4) sebanyak 22 orang (34,9%).

Tabel 5.22. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pencetus Stress : Takut Tidak Lulus Dari Suatu Departemen, Terlambat Tamat Atau Gagal Dalam Ujian Lisensi/Kompetensi

Skor

Siklus Atas Siklus Bawah

Laki – laki Perempuan Laki-laki Perempuan

n % n % n % n %

0 - - - -

1 - - - - - -

2 6 10,0 3 3,7 3 4,8 7 11,1

3 18 30,0 25 30,9 26 41,9 16 25,4

4 36 60,0 53 65,4 33 53,2 40 63,5

Total 60 100,0 81 100,0 62 100,0 63 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat untuk faktor pencetus takut tidak lulus dari suatu departemen, terlambat tamat atau gagal dalam ujian lisensi/kompetensi, laki-laki paling banyak menjawab sangat menyebabkan stres (skor 4) sebanyak 36 orang (60,0%) dan perempuan paling banyak menjawab sangat menyebabkan stres (skor 4) sebanyak 53 orang (65,4%). Sedangkan untuk mahasiswa siklus bawah, laki-laki paling banyak menjawab sangat menyebabkan stres (skor 4) sebanyal 33 orang (53,2%) dan perempuan paling banyak menjawab sangat menyebabkan stres (skor 4) sebanyak 40 orang (63,5%).


(1)

perempuan 0 9 29 43 81

Total 1 14 50 76 141

Jenis Kelamin * P15 Crosstabulation

Count

P15

Total

1.00 2.00 3.00 4.00

Jenis Kelamin laki-laki 30 20 8 2 60

perempuan 16 39 20 6 81

Total 46 59 28 8 141

Jenis Kelamin * P16 Crosstabulation

Count

P16

Total

1.00 2.00 3.00 4.00

Jenis Kelamin laki-laki 8 24 24 4 60

perempuan 3 22 37 19 81

Total 11 46 61 23 141

Jenis Kelamin * P17 Crosstabulation

Count

P17

Total

1.00 2.00 3.00 4.00


(2)

Total 2 57 59 23 141

Jenis Kelamin * P18 Crosstabulation

Count

P18

Total

1.00 2.00 3.00 4.00

Jenis Kelamin laki-laki 10 23 23 4 60

perempuan 6 38 31 6 81

Total 16 61 54 10 141

Jenis Kelamin * P19 Crosstabulation

Count

P19

Total

1.00 2.00 3.00 4.00

Jenis Kelamin laki-laki 5 9 30 16 60

perempuan 0 13 40 28 81

Total 5 22 70 44 141

Jenis Kelamin * P20 Crosstabulation

Count

P20

Total

1.00 2.00 3.00 4.00


(3)

perempuan 2 12 31 36 81

Total 16 27 53 45 141

Jenis Kelamin * P21 Crosstabulation

Count

P21

Total

2.00 3.00 4.00

Jenis Kelamin laki-laki 6 18 36 60

perempuan 3 25 53 81

Total 9 43 89 141

Jenis Kelamin * P22 Crosstabulation

Count

P22

Total

1.00 2.00 3.00 4.00

Jenis Kelamin laki-laki 6 24 24 6 60

perempuan 8 24 34 15 81

Total 14 48 58 21 141

Jenis Kelamin * P23 Crosstabulation

Count

P23

Total

1.00 2.00 3.00 4.00


(4)

Total 34 48 42 17 141

Jenis Kelamin * P24 Crosstabulation

Count

P24

Total

1.00 2.00 3.00 4.00

Jenis Kelamin laki-laki 2 4 19 35 60

perempuan 2 15 38 26 81

Total 4 19 57 61 141

Jenis Kelamin * P25 Crosstabulation

Count

P25

Total

1.00 2.00 3.00 4.00

Jenis Kelamin laki-laki 27 18 13 2 60

perempuan 18 22 33 8 81

Total 45 40 46 10 141

Jenis Kelamin * P26 Crosstabulation

Count

P26

Total


(5)

perempuan 6 29 30 16 81

Total 22 54 45 20 141

Jenis Kelamin * P27 Crosstabulation

Count

P27

Total

1.00 2.00 3.00 4.00

Jenis Kelamin laki-laki 4 24 21 11 60

perempuan 0 17 39 25 81

Total 4 41 60 36 141

Jenis Kelamin * P28 Crosstabulation

Count

P28

Total

1.00 2.00 3.00 4.00

Jenis Kelamin laki-laki 30 16 12 2 60

perempuan 9 31 27 14 81

Total 39 47 39 16 141

Jenis Kelamin * P29 Crosstabulation

Count

P29

Total


(6)

Total 19 70 43 9 141

Jenis Kelamin * P30 Crosstabulation

Count

P30

Total

1.00 2.00 3.00 4.00

Jenis Kelamin laki-laki 6 20 18 16 60

perempuan 2 29 34 16 81