Biologi C. chinensis Hama Kumbang Kacang Hijau Callosobruchus chinensis L.

Menurut Kertasapoetra 1991, hama pasca panen merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan produksi. Hasil panen yang disimpan khususnya bentuk biji setiap saat dapat diserang oleh berbagai hama gudang yang dapat merugikan. Hama gudang hidup dalam ruang lingkup yang terbatas, yakni hidup dalam bahan-bahan simpanan di gudang. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari ordo Coleoptera bangsa kumbang, seperti Tribolium sp., Sitophilus oryzae, Callocobruchus chinensis, Sitophilus zaemays, Necrobia rufipes, Callosobruchus maculates dan lain-lain. Hama yang menyerang komoditas simpanan hama gudang mempunyai sifat khusus yang berlainan dengan hama yang menyerang tanaman ketika di lapang. Produk tanaman yang disimpan dalam gudang yang sering terserang hama tidak hanya terbatas. Mayoritas hama yang terdapat dalam gudang menyerang produk berbentuk biji komoditas sehingga menurunkan hasil dan mutu komoditas yang disimpan digudang. Salah satu hama gudang yang menyerang suatu komoditas hingga menurunkan kualitas dan kuantitas adalah hama kumbang kacang hijau C. chinensis pada komoditas kacang hijau. Hama ini sangat berpengaruh terhadap turunnya kualitas dan kuantitas biji kacang hijau hingga mencapai 70 persen Suyono, 1988. Kehilangan hasil simpan pada kacang hijau selama penyimpanan enam bulan oleh C. chinensis sebesar 25,5 persen dan dapat mencapai kehilangan hasil simpan mencapai 87 persen setelah sembilan bulan penyimpanan Southgate, 1978.

2.3 Hama Kumbang Kacang Hijau Callosobruchus chinensis L.

2.3.1 Biologi C. chinensis

C. chinensis atau biasa dikenal kumbang kacang hijau merupakan salah satu hama primair yang banyak ditemukan di gudang penyimpanan komoditas kacang hijau. Beradasarkan taksonominya kumbang kacang hijau atau C.chinensis, diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Coleoptera Family : Bruchidae Genus : Callosobruchus Spesies : Callosobruchus chinensis Hama ini bersifat polifag, namun imagonya lebih menyukai komoditas kacang hijau Swibawa et al., 1997. Gambar 2.3.1. Hama C. chinensis Anonim, 2001 Ukuran tubuh kumbang kacang hijau C. chinensis memiliki ukuran tubuh yang relative kecil dibandingkan dengan hama gudang lainnya. Pada thoraknya terdapat warna coklat. Pada kumbang jantan mempunyai ukuran tubuh 2,4 mm - 3 mm sedangkan kumbang betina mempunyai ukuran tubuh 2,76 mm – 3,49 mm. Antena kumbang jantan bertipe sisir pectinate dan betina bertipe gergaji serrate. Stadia imago antara 25-34 hari. Kepala C. chinensis relatif kecil dan bagian belakang posteror abdomen lebih lebar. Satu ruas abdomen terakahir nampak terlihat seluruhnya atau sebagian. Imago dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian kepala Caput agak meruncing, pada elytra terdapat gambaran agak gelap. Pada sayap depannya terdapat gambaran gelap yang menyerupai huruf U. Pronotum halus, elytra berwarna cokelat agak kekuningan. Warna sayap depannya coklat kekuning-kuningan. Imago betina dapat menghasilkan telur sampai 150 butir. Telur ditempatkan pada permukaan biji yang disimpan dan umumnya menetas setelah 3-4 hari pada suhu 24,4-70 C dengan kelembaban nisbi 67,5- 82,6. Telur berbentuk lonjong agak transparan atau kekuning-kuningan atau berwarna kelabu keputih-putihan. Panjang telur 0,57 mm, berbentuk cembung pada bagian dorsal, dan rata pada bagian yang melekat pada biji. Telur diletakkan pada permukaan biji dan direkatkan dengan semacam perekat Endha, 2010. Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit telur yang melekat pada material. Larva akan menggerek di sekitar tempat telur diletakkan. Larva selanjutnya berkembang dalam biji. Sebelum manjadi pupa larva membuat lubang pada biji untuk keluarnya imago. Masa larva berlangsung sekitar 14 hari dan masa kepompong pupa 4-6 hari. Kemudian pupa berubah menjadi Imago. Beberapa hari tetap berada dalam biji kacang hijau, 2-3 hari keluar dari biji dengan cara mendorong kulit biji yang digores dengan mandibelnya sehingga terlepas dan terbentuklah lubang Ayyaz et al., 2006. Imago C. chinensis mempunyai daur hidup yang pendek, pada kondisi optimum hanya bertahan paling lama 12 hari. C. chinensis mulai menyerang biji sejak di lapangan sampai tempat penyimpanan. Kehilangan hasil akibat serangan C. chinensis mencapai 70 persen. Salah satu upaya untuk mengendalikan secara budidaya adalah melalui pemilihan bibit benih yang benar-benar bebas dari penyakit, biji gulma serta tahan terhadap hama Sinaga 2010.

2.3.2 Gejala Serangan