Tasawuf dalam Perspektif Buya Hamka

berkeluh kesah dalam mengarungi hidup ini, karena ia tidak kenal dan lupa dengan Tuhannya maka jika mendapatkan masalah ia lebih percaya pada narkoba, pergaulan bebas dan melakukan kesenangan semata dalam hidupnya. 3. Pemahaman rasionalitas terlalu menguasai dirinya, sehingga ia tidak lagi menggunakan mata hati dalam bertindak Sebagai contoh ia percaya bahwa ilmu- ilmu sains dan teknologi mampu membantu manusia dalam kehidupan ini, maka ia merasa sudah tidak perlu campur tanganTuhan dalam hidupnya. Jadi solusi yang bisa mengatasi krisis tersebut memang harus di timbulkannya kembali nilai-nilai agama dan moralitas dan selalu menanamkan dalam diri kita sifat-sifat yang di anjurkan dalam ilmu tawasuf seperti iman, tawakal. Sabar, wara’, ikhlas, qana’ah.dll Maka setiap muslim harus kembali kepada ajaran murni islam dan aqidah yang benar, tauhid yang murni, supaya dapat memahaminya arti hidupnya dengan benar agar tidak terperosok ke dalam kehinaan karena kemaksiatan. Hawa nafsu yang telah membawa dirinya menjauh dari Allah.

B. Tasawuf dalam Perspektif Buya Hamka

“Buya hamka’s Revitalisation of Sufism and its Relevance in Modern Indonesia” demikian pengakuan seorang pengagum Hamka, Yulia Day Howell 81 , Disampaikan di forum Seminar Internasional tentang Hamka, bertempat di Hotel Atlet Century Park, Jakarta Pusat, 8 April 2008. seorang sarjana Barat. Ia menyatakan bahwa pemahaman tasawuf Hamka relevan dengan perkembangan kehidupan modern saat ini. Pendapat diatas bukan tidak beralasan, dapat dikatakan bahwa Hamka memiliki pemikiran sendiri tentang tasawuf, diantaranya ada beberapa maqamat yang menurut Hamka harus dimiliki oleh seorang sufi, tapi dalam hal maqamat ini tidak harus dilalui secara berurutan. Ide-ide atau ajaran tasawuf Hamka antara lain pemikirannya tentang hal- hal dibawah ini:

1. Iman

Iman bisa berada pada tingkat keabstrakan yang sangat tinggi, menurut Hamka keimanan mempunyai pengaruh yang besar dalam diri seseorang yang bisa meningkatkan kemampuan diri untuk sabar dan kuat menahan cobaan dalam kehidupan, membangkitkan rasa tenang dan tentram dalam jiwa, menimbulkan kedamaian hati dan memberi parasaan bahagia. Hendaklah Keimanan kepada Allah diikuti oleh ketaqwaan kepada-Nya. Karena iman dan taqwa mempunyai hubungan erat dengan kejiwaan dan kesehatan mental manusia karena hal itu merupakan hak azazi manusia. Menurut Hamka dari segi kejiwaan iman dan taqwa bisa dijadikan landasan bagi pembinaan mental spiritual khususnya manusia modern yang sedang mengalami krisis, karena Iman merupakan penggerak utama bagi seorang muslim untuk melakukan amal. Seperti contohnya jika manusia mempunyai iman yang kuat ia tidak mungkin melakukan perbuatan yang dilarang Agama 82 Hamka, Tasawuf Modern, Jakarta: Penerbit Yayasan Nurul Islam, 1977 h. 67

2. Qana’ah

Dalam tasawuf Hamka, qana’ah merupakan suatu maqam yang harus di tempuh oleh seorang sufi, menurut Hamka qana’ah adalah menerima dengan hati cukup, untuk dikatakan qanaah seseorang harus memiliki 5 perkara: a. Menerima dengan rela akan apa yang ada b. Memohon kepada Tuhan tambahan yang pantas c. Berusaha menerima dengan sabar ketentuan Tuhan d. Bertawakal kepada Tuhan e. Tidak tertarik oleh tipu daya dunia 83 Hamka membedakan antara qana’ah dengan malas. Qana’ah adalah berikhtiar semaksimal mungkin untuk mendapatkan rizki yang disediakan Allah dan merasa puas dengan rizki yang telah dimilikinya, sedangkan malas adalah merasa puas dengan rizki yang dimiliki tanpa mau melakukan ikhtiar.

3. Tawakal

Menurut Hamka arti tawakal disini bukan semata-mata menyerahkan seluruhnya kepada Allah tanpa berusaha sama-sekali, tapi tawakal adalah menyerahkan ketetapan Allah setelah melakukan ikhtiar semaksimal mungkin. Orang mukmin dikatakan benar-benar beriman bila ia menyerahkan seluruh ikhtiar kepada kehendak Allah. Hamka sendiri mendefinisikan tawakal yaitu menyerahkan keputusan segala perkara, ikhtiar dan usaha kepada semesta Tuhan Ridjaluddin F.N, Mengungkap Rahasia; Tasawuf Versi HAMKA Jakarta: Pusat Kajian Islam FAI UHAMKA 2008 h. 196 alam 84 Hamka mencontohkan bukan tawakal namanya jika seorang yang hendak bepergian pintu rumah tidak di kunci dan apabila sakit tidak minum obat. 4.Ikhlas Adalah melaksanakan suatu amal semata-mata karena Allah, semata-mata niat karena Allah dan semata-mata takut karena Allah, ikhlas menurut Hamka adalah pekerjaan yang bersih terhadap sesuatu selain dari Allah, ikhlas dalam hal ini tidak hanya berlaku untuk Allah, tapi untuk siapa saja Hamka mengambil contoh bila seorang melakukan sesuatu untuk dipuji majikannya maka ia ikhlas untuk majikannya. 85 Ikhlas menurut Hamka merupakan pekerjaan yang bersih terhadap sesuatu, Ikhlas adalah hal penting dari pekerjaan hati, ia berperan sebagai kunci ibadah. Makna ikhlas yang sesungguhnya adalah melakukan ketaatan kepada Allah untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan mengharap ridha-Nya semata, dan bukan untuk dipuji orang lain. Itulah beberapa ide pemikiran Hamka tentang sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang sufi. Karena Hamka berpendapat seorang sufi sejati adalah bersih hatinya, murni perangainya dan selalu di hiasi sifat terpuji. Hamka juga merasa terpanggil untuk membersihkan tasawuf dari berbagai penyimpangan. Bagi Hamka bertasawuf dengan tujuan mendekatkan diri kepada Tuhan tidaklah salah akan tetapi jalan yang ditempuh untuk mendekatkan diri tersebut tidak lain adalah ibadah sebagaimana yang diajarkan oleh agama kita, Ibid , h. 232 Hamka, Tasawuf Modern, Jakarta: Penerbit Yayasan Nurul Islam, 1977 h. 126-127 jalan inilah yang ditempuh oleh Nabi dan para sahabat beliau 86 . Dan inilah latihan atau riyadah yang dimaksud oleh beliau. Di samping ibadah, orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah perlu juga melakukan mujahadah 87 . Para sufi menurut Hamka dalam bermujahadah mempunyai kode-kode, istilah-istilah sendiri yang hampir mustahil dapat dimengerti oleh orang lain Analisa Hamka terhadap huruf adalah bermakna : Takhalli= Takhalli minal akhlak al madzmumah.” Lepaskan dirimu dari perangai yang tercela. Tahalli = Tahalli nafsaka bil akhlak al mahmudah.” Isilah akhlakmu dengan jiwa terpuji. Tajalli = “Jelaslah, Tuhan di hadapanmu.” 88 Adapun mujahadah para sufi dalam Takhalli, Tahalli dan Tajalli menurut Hamka adalah sebagai berikut:

1. Takhalli diartikan secara umum sebagai upaya untuk membuang

segala sifat tercela dalam diri manusia, dari maksiat lahir ataupun maksiat bathin. Bisa juga takhalli diartikan sebagai mengosongkan diri dari sifat ketergantungan terhadap kelezatan hidup duniawi. Yang bisa di capai dengan cara menjauhkan diri dari kemaksiatan dan melenyapkan dorongan hawa nafsu kotor dan sifat tercela. Sifat-sifat tercela itu antara lain sebagai berikut: Sobahussurur e.d Mengenang 100 Tahun Hamka, Jakarta: YPI al-Azhar, 2008 cet-1 h. 116 Bermujahadah adalah mempergunakan seluruh tenaga kesanggupan untuk menolak musuh-musuh dan menangkis serangan musuh untuk menundukkan orang-orang yang membuat perlawanan dan pertentangan., lihat firman Allah dalam surat Al-Hajj : 78 yang artinya “ Dan bermujahadahlah kamu karena Allah dengan sempurna-sempurnanya. Hamka, Tasawuf Modern, Jakarta: Penerbit Yayasan Nurul Islam, 1977 h. 137 a. iri dengki Hasad; adalah iri hati terhadap nikmat dan karunia yang dimiliki oleh orang lain. 89 b.Hiqd adalah keadaan hati yang terus-menerus berat,marah, dan iri terhadap orang lain yang menimbulkan dendam. c. Takabbur; adalah memandang rendah orang lain dan menganggap tinggi atau mulia diri sendiri atau membesar-besarkan diri dihadapan orang lain. d. Nifaq; artinya bermuka dua atau berpura-pura ia menjadi karakteristik orang munafik. e. Kikir; adalah sifat yang melekat pada diri seseorang yang terlalu mencintai harta benda yang ia miliki dan tidak mau memberikannya pada orang lain sehingga ia terlalu mencintai dunia. f. Suul-Dzann ; adalah buruk sangka pada siapapun dan sangat dicela oleh agama baik buruk sangka kepada Allah ataupun buruk sangka kepada manusia. g. Riya’; adalah memperlihatkan amal kebajikan supaya dilihat dan dipuji oleh orang lantaran amal tersebut h.Ghadab; diartikan khusus sebagai marah atau kemarahan dengan konotatif dan berlebihan. i. Ghibah; dapat diartikan dengan menggunjing atau menceritakan segala sesuatu mengenai diri orang lain yang orang lain tidak menyukainya apabila ia mengetahuinya. 90 Ibid , h. 138-139 Hamka, Tasawuf Modern, Jakarta: Penerbit Yayasan Nurul Islam, 1977 h. 139-147

2. Tahalli adalah mengisi jiwa dengan sifat-sifat yang terpuji, dengan

metode ini jiwa seseorang telah bersih dari sifat-sifat tercela dan maksiat, kemudian ia berusaha secara sungguh-sungguh untuk mengisi diri dengan tingkah laku yang baik dan terpuji. Setelah mengisinya dengan sifat terpuji maka ia akan merasakan ketenangan dan ketentraman. 91 Diantara sifat-siafat yang baik dan terpuji itu adalah: a. Taubat adalah menyesal atas kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa yang telah lalu b. Zuhud diartikan sebagai keadaan meninggalkan dunia dan meninggalkan hidup kematerian. c. Khauf adalah takut akan Allah, ialah mempunyai perasaan takut akan Allah lantaran sesuatu kesalahan atau dosa yang telah dilakukan. d. Sadar dalah menahan kesukaran dengan jiwa yang kuat dan hati yang kokoh serta berani menentang kesukaran. e. Syukur akan Allah adalah mempergunakan segala kenikmatan sesuai dengan porsinya. f. Ikhlas adalah kita melaksanakan suatu amal semata-mata karena Allah g. tawakkal adalah menyerahkan diri kepada Allah dan berpegang teguh pada-Nya 92 3. Tajalli setelah melalui fase Takhalli dan Tahalli, maka metode pembinaan mental itu di sempurnakan dengan fase Tajalli . Tajalli adalah Ibid , h. 155 Hamka, Renungan Tasawuf, Jakarta: Penerbit Pustaka Panji mas, 1985 h. 152-169 terungkapnya nur ghaib untuk hati, Tajalli adalah merupakan lenyap atau hilangnya sifat-sifat kemanusiaan. 93 Hamka menyatakan bahwa nur Ilahi dimasukkan Allah ke dalam hati sseorang hingga ia memperoleh ketentraman batin. Untuk mendapatkan nur diatas kaum sufi mengadakan latihan jiwa yaitu berusaha mengosongkan dirinya dari sifat-sifat yang tercela, melepaskan segala sangkut paut dengan dunia, lalu mengisi diri mereka dengan sifat-sifat yang terpuji, dan segala tindakannya selalu dalam rangka ibadah dengan cara memperbanyak dzikir, menghindarkan diri dari segala yang dapat mengurangi kesucian diri baik secara lahir maupun bathin. 94 Mengenai tiga tahap takhalli, tahalli, dan tajalli ini, Hamka mengibaratkan seperti membuang sebuah titik untuk kemudian menempatkan kembali pada tempat lain, yaitu membuang titik yang ada dalam huruf kha pada kata takhalli sehingga menjadi berbunyi tahalli, dan setelah itu titik tersebut ditempatkan kembali di bawah ha pada kata tahalli, sehingga jadilah dia berbunyi tajalli. Pekerjaan memindahkan titik ini dilakukan dengan perjuangan yang hebat dan dahsyat serta meminta keteguhan hati dan ketabahan. 95 Takhalli berarti berarti berusaha membersiahkan diri dari perilaku perangai yang tercela, seakan-akan berusaha menghindarkan titik hitam di atas kepala kita. Selama titik itu masih ada, masih ada sesuatu yang menekan jiwa kita untuk berbuat yang tidak sidukai Allah. Dengan sadar kita senantiasa berdaya upaya dan berlatih sehingga titik tercela itu hilang. Kalau titik itu sudah hilang Ibid , h. 169 Hamka, Tasawuf Modern, Jakarta: Penerbit Yayasan Nurul Islam, 1977h.180 95 Hamka, Pandangan Hidup Muslim, Jakarta;Bulan Bintang 1992, cetakan ke IV h. 53 maka niscaya menjadi tahalli, artinya berhias, yaitu berhias diri dengan sifat-sifat yang terpuji, sehingga bertambah naiklah roh dan jiwa kita mencapai martabat yang lebih tinggi. Batin bersih dari pengaruh yang lain, sehingga lancarlah jalan menuju Tuhan. Kalau sudah demikian, masih menurut pendapat Hamka maka titik yang terletak di atas tadi dengan sendirinya turun ke bawah sehingga huruf kha sesudah menjadi huruf ha lama-lama menjadi huruf jim sehingga jadilah tajalli artinya jelas nyata Tuhan dalam pandangan bathin kita. Tajalli Tuhan tidak akan terjadi jika jiwa belum kuat dan kekuatan jiwa hanya bisa di capai setelah jiwa tersebut dibersihkan. 96 Pemikiran tasawuf Hamka yang selanjutnya adalah tentang Agama menurut Hamka Agama mempunyai beberapa unsur dalam mendefinisikan: karena agama berasal dari bahasa sangsakerta, dan religi dari bahasa eropa, berbeda dengan ad-din yang berasal dari bahasa arab, Din dalam bahasa semit artinya Undang-undang atau hukum. Bahasa arab kata din artinya menguasai. Menundukan, patuh. Agama menurut Hamka adalah menguasai diri sesseorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada TUhan dengan menjalankan ajaran- ajaran-Nya. Agama ialah membawa kewajiban-kewajiban yang kalau tidak dijalankan oleh seseorang menjadi hutang baginya. Paham kewajiban dan kepatuhan membawa pula kepada balasan baik dari Tuhan, yang tidak menjalankan kewajiban dan kepatuhan akan disiksa. 97 Ibid , h. 53-54 Hamka, Pandangan Hidup Muslim, Jakarta: Bulan Bintang 1992 cetakan ke Iv h. 78 Hamka berpendapat tantang ad-din diartikan dalam bahasa Indonesia agama, atau igama. Ad-Din itu sendiri menurut arti yang asli adalah menyembah , menundukan diri, memuja. Sebab dari itulah agama adalah hasil, buah, atau ujung, dari I’tikad, tasdiq dan iman. Bertambah tinggi keyakinan, ibadahnya semakin bersih, I’tikad seseorang semakin kuat, kalau di rumuskan maka islam itu ad-din yang dibawa Nabi Muhammad yang diturunkan oleh Allah di dalam al-Quran dan sunnah yang sahih. Jadi tujuan Islam ialah kesejahteraan dan kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat berintikan kepada: 1. Ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya meliputi tentang kepercayaan dan penyembuhan. Sebab itu Islam mengajarkan tentang system Iman dan ibadah. Yang pertama disebut rukun Iman dan yang kedua disebut rukun Islam. 2. Ajaran yang mengatur manusia dengan sesamanya dan hubungan dengan alam. Sebab itu Islam mempunyai ajaran-ajaran tentang social, ekonomi, politik, seni, budaya, social, perkawinan, harta pusaka, perang, jihad, kesehatan dll. 98 Hubungan agama dan Iman juga menurut Hamka sangat erat kaitannya, Hamka menjelaskan bahwa ajaran Islam itu memahamai arti Islam dengan menelaah tentang keimanan dan mengamalkan dengan rukun-rukunnya. Kemudian Hamka juga mempunyai pandangan bahwa Iman itu ada kaitannya dengan adanya Tuhan. Menurut Hamka: bahwa kehidupan ini membuktikan bahwa Tuhan ada. Dengan perantaraan alat yang bernama mikroskop, teleskop, dan alat pembesar lainnya. Hal ini Hamka berpendapat bahwa mereka dapat 98 Ibid, h. 78-90 meyakinkan bahwa pada tubuh yang kasar dan hidup ini ada benda yang sangat halus yaitu sel namanya. 99 Demikianlah pemikiran Hamka tentang bagaimana seorang sufi mendekatkan diri pada Allah melalui mujahadah, yang pasti untuk mendekatkan diri kepada Allah ini harus melalui perilaku yang baik dan benar, atau akhlak al- karimah. Inilah yang merupakan titik tekan dari ajaran tasawufnya, atau dengan kata lain bahwa corak pemikiran tasawuf Hamka adalah tasawuf akhlaki. Karena menurut Hamka tasawuf adalah keluar dari budi pekerti yang tercela dan masuk kepada budi pekerti yang terpuji, 100 seperti dalam ungkapannya; “Untuk menjadi seorang yang ber akhlak mulia tidak perlu seseorang memakai pakaian tertentu, atau berkhalwat sekian hari di dalam kamar, atau mengadu kening dengan kening guru. Baginya, Nabi dan sahabat-sahabatnya adalah sufi tanpa mereka menyandang gelar sufi. Karena baik Nabi ataupun sahabat- sahabatnya semuanya berakhlak tinggi. Berbudi mulia, sanggup menderita lapar dan haus, dan jika memperoleh kekayaan, tidaklah kekayaan itu lekat ke dalam hatinya, sehingga melukai hati jika terpisah.” 101 Menurut Hamka, tasawuf juga bukan berarti menghindari dunia, karena bagaimanapun juga dunia merupakan lahan untuk persiapan akhirat, dan jangan sampai kesederhanaan membawa kita kepada kemiskinan sehingga seseorang tidak dapat berzakat, atau uzlahnya tidak memberikan arti yang baik bagi masyarakat sekitar. Dalam bukunya Hamka mengungkapkan: “Sekian lamanya kaum muslimin membenci dunia dan tidak menggunakan kesempatan sebagaimana orang lain. Lantaran itu mereka menjadi lemah akan berkorban, tidak ada yang akan dikorbankan, karena harta benda dunia telah dibenci, akan berzakat, tidak ada yang akan dizakatkan, karena mencari harta dikutuki. Orang lain maju di dalam lapangan kehidupan, sedangkan mereka Hamka, Tasawuf Modern, Jakarta: Penerbit Yayasan Nurul Islam, 1977 h. 76 Hamka, Tasawuf Modern, Jakarta: Pustaka panji Mas, 1994, cetakan IV h. 21 Ibid , h. mundur . dan bila ada yang berusaha mencari harta benda mereka dikatakan telah jadi orang dunia.” 102 Hamka melihat bahwa uzlah adalah sikap yang tidak berani, atau hendak melepas seseorang ke tempat yang selamat. 103 Dengan demikian, Hamka tidak mengharuskan kepada seseorang yang ingin menjalani kehidupan sufi untuk beruzlah atau memakai pakaian tertentu serta berdiam diri dalam kamar. Tapi beliau menyatakan bahwa seorang sufi adalah yang mengalihkan perilaku buruknya menuju hakikat seorang sufi yang berperilaku benar . Pandangan seperti inilah yang pada zaman sekarang dikenal dengan istilah Tasawuf Positif, Tasawuf Positif mementingkan amal saleh sebagai bagian akhlak sosial dan bukan hanya akhlak individual ini berbeda dengan tasawuf selama ini yang kadang-kadang dianggap sebagai anti sosial, karena mengajarkan untuk melakukan uzlah, yaitu yaitu pengasingan diri dari pergaulan masyarakat dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tasawuf positif juga melakukan pendekatan kepada Allah, tetapi tidak menjauhi kepentingan hidup duniawi. Dengan demikian, tasawuf positif sama dengan apa yang disebut Hamka sebagai tasawuf modern. 104

C. Tasawuf sebagai metode terapi krisis manusia modern