Christina Y. Y. Bangun : Prevalensi Kebutaan Akibat Kelainan Kornea Di Kabupaten Langkat, 2010.
7. Toksik dan Trauma Kornea
Tidak seperti pada konjungtiva, penyembuhan kornea umumnya avaskuler kecuali jika dijumpai peradangan atau penyakit-penyakit permukaanepitel. Mekanisme
reepitelisasi kornea sama dengan yang terlihat pada membran mukosa yang lain serta mengandung migrasi dan proliferasi epitel. Sel epitel kornea tidak mempunyai turn over
yang tinggi jika tidak terluka.
14
Seperti epitel tatah lainnya, epitel kornea bertukar sendiri dengan turn over normal 5-7 hari. Setelah luka, diyakini bahwa stem sel limbal bermigrasi secara sentral
dan berdiferensiasi ke dalam sel yang mampu berganti dengan sangat cepat; sel-sel ini dapat tumbuh kembali dan mengisi defek pertama secara sentripetal, dan akhirnya
mengisi area defek dengan bergerak dari lapisan basal ke lapisan yang lebih superfisial dari epitel .
23
Trauma kornea bisa disebabkan oleh trauma tumpul, luka penetrasi atau perforasi benda asing. Kemungkinan kontaminasi jamur atau bakteri harus diingat dengan kultur
untuk bakteri dan jamur diambil pada saat pemeriksaan pertama jika memungkinkan.
23
Trauma kornea lain disebabkan oleh bahan kimiawi. Kebanyakan kasus luka kimia pada mata relatif sedikit dan mudah diobati. Kadang-kadang bahan basa dan asam
bisa mengakibatkan kerusakan okular yang parah dan kehilangan penglihatan yang permanen, tapi biasanya terjadi hanya pada kerusakan jaringan yang minor dan jarang
mengakibatkan kehilangan penglihatan permanen.
23
Trauma tumpul kornea dapat menimbulkan aberasi, edema, robeknya membran descemet dan laserasi korneoskleral biasanya di limbus.
14
Christina Y. Y. Bangun : Prevalensi Kebutaan Akibat Kelainan Kornea Di Kabupaten Langkat, 2010.
8. Tumor Kornea
Tumor primer kornea sangat jarang, kebanyakan jinak atau massa kornea potensial ganas terjadi sebagai akibat tumor konjungtiva atau tumor limbal yang secara
sekunder mempengaruhi epitel atau stroma kornea. Massa yang paling sering didapat di limbus adalah Pterygium, pseudopterygium, Papilloma, Karsinoma sel skuamosa
konjungtiva, Melanoma konjungtiva dan Karsinoma sebasea.
23
Mengingat bahwa angka kebutaan nasional yang tinggi, 1,5 sudah menjadi masalah sosial WHO , pemerintah Indonesia telah menyambut baik program Vision
2020 Right to Sight dan telah dicanangkan oleh Preseden Megawati Soekarnoputri pada tanggal 15 Februari 2000. Inti dari program tersebut mewujudkan hak setiap warga
Negara untuk memperoleh penglihatan pada tahun 2020, sebagai bagian dari penegakan hak azasi manusia. Untuk bisa mewujudkan Vision 2020, ada 3 hal yang perlu disimak
dari situasi dan kondisi pelayanan kesehatan mata saat ini, yaitu : tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan dan masyarakat pasien . Upaya untuk mewujudkan program Vision
2020, harus ditangani secara serius dan melibatkan semua unsur pemerintah dan segenap lapisan masyarakat.
Dalam hal pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan mata, ada 2 aspek yang harus diperhatikan yaitu :
1. Aspek Komunitas kesadaran masyarakat, perilaku dan adat istiadat
setempat, kondisi sosial ekonomi dan pendidikan, kondisi geografis dan transportasi, upaya promotif dan preventif .
Christina Y. Y. Bangun : Prevalensi Kebutaan Akibat Kelainan Kornea Di Kabupaten Langkat, 2010.
2. Aspek Klinik sarana dan prasarana tindakan medik spesialistik mata
serta kemampuan dan keterbatasan SDM .
Untuk itu peneliti merasa perlu dilakukan pemetaan penyebab kebutaan disetiap daerah. Oleh karena keterbatasan, peneliti hanya meneliti kebutaan oleh karena kelainan
kornea.
2.2 STRUKTURGEOGRAFI DAN DEMOGRAFI KABUPATEN LANGKAT.