2. Konsepsi
Bagian landasan konsepsional ini, akan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan konsep yang digunakan oleh penulis. Konsep dasar yang digunakan oleh
penulis dalam tesis ini antara lain : a.
Polri merupakan salah satu pejabat yang mempunyai tugas dan wewenang sebagai Penyidik
33
untuk mencari, menemukan dan mengumpulkan bukti suatu tindak kejahatan untuk menemukan tersangka pelaku tindak pidana.
b. Tindak Pidana Korupsi adalah setiap orang yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara.
34
c. Wewenang merupakan hak dan atau kekuasaan dan mempunyai
tanggungjawab, yang terletak dibidang publik Polri. Untuk bertindak dan menentukan keabsahan dari tindakan yang diberikan oleh hukum dalam
bentuk undang-undang No.2 tahun 2002 mengenai UUPolri . d.
Keuangan Negara adalah Seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun baik yang dipisahkan maupun yang tidak dipisahkan, termasuk didalamnya
33
Lihat Pasal 1 ayat 1 UUTipikor jouncto Pasal 1 ayat 1 dan ayat 2 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Penyidik adalah Pejabat Polri atau Pejabat Pegawai Sipil tertentu yang diberi
wewenang khusus oleh Undang-undang untuk melakukan penyidikan, sedangkan penyidikan merupakan serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan cara menurut cara yang diatur dalam
Undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat tentang Tindak Pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
34
Lihat Pasal 2 UUTipikor
Rumida Sianturi : Kewenangan Polri Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, 2009
segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karenanya :
35
1. Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban
pejabat lembaga Negara, baik ditingkat pusat maupun ditingkat Daerah.
2. Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban
Badan Usaha Milik NegaraBadan Usaha Milik Daerah, Yayasan, Badan Hukum, dan Perusahaan yang menyertakan Modal Negara, atau
perusahaan yang menyertakan pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan Negara.
e. Perekonomian Negara adalah : kehidupan perekonomian yang disusun
sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan atau usaha masyarakat secara mandiri yang didasarkan pada kebijakan Pemerintah,
baik ditingkat pusat maupun ditingkat Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bertujuan memberikan
manfaat, kemakmuran dan kesejahteraan kepada seluruh kehidupan rakyat.
36
f. Jaksa merupakan pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-
undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan
35
Penjelasan atas UU No.31 Tahun 1991 tentang Tipikor.
36
Ibid.
Rumida Sianturi : Kewenangan Polri Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, 2009
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan undang-undang.
37
g. KPK adalah lembaga negara yang dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan mana pun.
38
G. Metode Penelitian
Untuk keberhasilan suatu penelitian yang baik dalam memberikan gambaran dan jawaban terhadap permasalahan yang diangkat, tujuan serta manfaat penelitian
sangat ditentukan oleh metode yang digunakan dalam penelitian. Dapat dikutip pendapat Soerjono Soekanto mengenai Penelitian hukum, sebagai berikut: Penelitian
hukum padanya dasar merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu
atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya, kecuali itu maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk
kemudian yang ditimbulkan dalam gejala yang bersangkutan.
39
37
Lihat Pasal Pasal 1 ayat 1 tentang UUKejaksaan.
38
Lihat Pasal 3 jouncto Pasal 9. Pengambil alihan penyidikan dan penuntutan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, dilakukan oleh KPK dengan alasan :
a. Laporan masyarakat mengenai Tindak Pidana Korupsi tidak ditindak lanjuti;
b. Proses penanganan Tindak Pidana Korupsi secara berlarut-larut atau tertunda-tunda tanpa
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan; c.
Penanganan Tindak Pidana Korupsi mengandung unsur Korupsi; d.
Hambatan penangan Tindak Pidana Korupsi karena campur tangan dari eksekutif, yudikatif dan legeslatif;
e. Keadaan lain yang menurut pertimbangan kepolisian atau Kejaksaan penanganan Tindak
Pidana Korupsi sulit dilaksanakan secara baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
39
Soerjono Soekanto selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI Press, 1981, hal. 43.
Rumida Sianturi : Kewenangan Polri Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, 2009
1. Spesifikasi Penelitian