2.2.4 Kekasaran Serat Diameter Serat
Sifat kekasaran serat pada bahan baku maupun pulpnya banyak dipengaruhi oleh faktor dimensi penampang melintang serat diameter dan dinding serat. Bentuk
penampang melintang serat berupa elips dan tidak beraturan. Untuk mendekati diameter serat yang sebenarnya diadakan koreksi dan hasilnya disebut perimeter.
Klasifikasi diameter perimeter serat, menurut Klemm adalah sebagai berikut: a Serat lebar
: 0,025 – 0,040 mm a. Serat sedang
: 0,010 – 0,025 mm c Serat sempitkurus
: 0,002 – 0,010 mm
2.3 ECENG GONDOK
2.3.1 Klasifikasi eceng gondok
Eceng gondok adalah salah satu jenis tumbuhan air yang pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh ilmuwan bernama Karl Von Mortius pada tahun
1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di sungai Amazon Brazilia Agus Suyono, 2008. Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam
tanah. Eceng gondok ini sering tumbuh di danau, waduk, ataupun rawa. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya
licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya
kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.
Kasdim Lumbanbatu: Pembuatan Dan Karakteristik Kertas Eceng Gondok, 2008. USU e-Repository © 2008
Klasifikasi eceng gondok: Divisi
: Spermatophyta Sub Divisi
: Angiospermae Kelas
: Monocotyledoneae Marga
: Eichhornia Jenis
: Eichornia Crassipes Solms Di kawasan perairan danau, eceng gondok tumbuh pada bibir pantai sampai
sejauh 5-20 meter. Perkembangbiakan ini juga dipicu oleh peningkatan kesuburan di wilayah perairan danau eutrofikasi, sebagai akibat dari erosi dan sedimentasi lahan,
berbagai aktivitas masyarakat mandi,cuci, kakus MCK, budidaya perikanan keramba jaring apung, limbah transportasi air, dan limbah pertanian.
Eceng gondok berkembang biak sangat cepat, baik secara vegetatif maupun generatif. Perkembangbiakan dengan cara vegetatif dapat melipat ganda dua kali
dalam waktu 7-10 hari. Hasil penelitian Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Sumatera Utara di Danau Toba 2003 melaporkan bahwa satu batang eceng gondok
dalam waktu 52 hari mampu berkembang seluas 1 m
2
, atau dalam waktu 1 tahun mampu menutup area seluas 7 m
2
Gunawan, 2007. Eceng gondok pada pertumbuhan 6 bulan dapat mencapai bobot basah 125 tonha dan dalam 1 ha
diperkirakan dapat tumbuh sebanyak 500 kghari Heyne, 1987. Penelitian yang dilakukan di daerah Bogor dan Rawa Pening menunjukkan
bahwa penambahan jumlah daun, pertambahan berat basah dan berat kering tanaman perhari masing-masing berkisar sekitar 7,5 – 12,5; 13,8 dan 17,4 Santiago, 1973.
Kasdim Lumbanbatu: Pembuatan Dan Karakteristik Kertas Eceng Gondok, 2008. USU e-Repository © 2008
Dilaporkan juga bahwa satu tumbuhan eceng gondok dengan berat basah lebih kecil dari 20 gram yang ditumbuhkan di kolam Kebun Raya Bogor akan menghasilkan
massa antara 0,8 – 2,5 kg sesudah 52 hari, pada tempat seluas 1 meter persegi Widyanto, 1975. Selanjutnya Risdiono dan Sidoro 1975 dalam penelitiannya di
Rawa Pening menyimpulkan bahwa eceng gondok mengalami pertumbuhan antara 10,56 – 33,33 persen setiap minggu atau bertambah sebanyak 110 dalam jangka
waktu empat minggu Taufikurahman, 2008. Joedodibroto 1983 menyatakan, bahwa dari hasil analisa dimensi serat
batang Eceng Gondok diketahui memiliki bentuk yang langsing dan memiliki diameter serat antara 11,15-11,63 m. Winarno 1993, menyebutkan bahwa hasil
analisa kimia dari Eceng gondok dalam keadaan segar diperoleh bahan organik 36,59, C organik 21,23, N total 0,28, P total 0,0011 dan K total 0,016.
Lebih lanjut Joejodriboto 1983 mengemukaakan hasil analisa komponen kimia eceng gondok yang tidak digiling ternyata mengandung kadar abu 12 dan setelah
digiling menjadi 0,65. Selanjutnya zat ekstraktif juga mengalami penurunan setelah digiling. Menurut data hasil penelitian bahan baku industri pulp dan kertas, eceng
gondok atau dalam bahasa latin Eichhornia Crassipes.
2.3.2 Manfaat dan Kerugian yang ditimbulkan eceng gondok