Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup dan Metodologi Sistematika Penulisan

maka proses pendangkalan akibat proses sedimentasi akan berdampak terhadap berbagai aspek dalam perairan baik dari segi aspek biologis maupun ekologis. Dalam muara, air sungai bercampur dengan air laut melalui aktivitas pasang surut dan gelombang Nelson et al dalam Purba, 2006. Salah satu peranan penting muara sungai adalah sebagai tempat pengeluaran pembuangan debit sungai yang membawa material yang disuplai dari darat. Material ini sebagian akan mengendap di muara sungai dan sisanya akan diteruskan ke laut. Gross 1972 menekankan bahwa pasang mendominasi sirkulasi air di sebagian besar muara sungai, sehingga suplai air di muara sungai bergantung pada peristiwa pasang surut. Arus pasang akan mampu mengaduk sedimen yang ada di muara sungai dimana hal ini akan terkait dengan konsentrasi padatan tersuspensi yang ada di muara sungai. Padatan tersuspensi secara langsung akan menyebabkan naiknya tingkat kekeruhan di perairan muara. Material padatan tersuspensi yang berada di kolom air akan menghambat penetrasi cahaya matahari yang masuk ke perairan, akibatnya proses fotosintesis oleh fitoplankton akan terhambat yang menyebabkan kandungan oksigen terlarut diperairan menurun.

1.3 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari karakteristik fisik muara sungai merupakan kecepatan arus yang disebabkan dari pasut laut dan debit aliran sungai belawan, penyebaran parameter suhu dan kadar garam pada badan air muara sungai belawan akibat adanya perpindahan yang disebabkan arus pasut dari laut dan aliran sungai belawan. Kemudian dilakukan perbandingan antara kondisi fisik lapangan dengan kondisi fisik muara sungai yang menggunakan persamaan wright dkk. Universitas Sumatera Utara Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk kepentingan pihak – pihak terkait dalam pengembangan pembangunan dan pelestarian di kawasan muara sungai belawan.

1.4 Pembatasan Masalah

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, permasalahan yang akan dibahas dibatasi ruang lingkupnya agar tidak terlalu luas, permasalahan yang akan dibahas hanya sebatas karakteristik fisik Muara Sungai Belawan yang akan dimodelkan dengan bantuan program Microsoft Office Excel, sehingga dapat diketahui perubahan fisik muara yang terjadi tiap titik lokasi sepanjang muara sungai, cakupan yang akan dibahas dari karakteristik fisik estari adalah :

1.4.1 Batimetri Modeling Bathymetri

Bathimetri adalah pengukuran lebar W, kedalaman D dan jarak L. Peralatan yang digunakan untuk mengukur jarak dan lebar menggunakan Global Positioning System GPS. Sedangkan peralatan yang digunakan untuk mengukur kedalaman adalah Fishfinder 240 blue.

1.4.2 Pasang Surut Tide

Pasang surut adalah perubahan elevasi muka air laut akibat adanya gaya tarik benda-benda dilangit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi. Perubahan elevasi muka air laut tersebut berlangsung secara periodik Teknik Pantai, 1999. Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama. Secara umum pasang surut di berbagai daerah dapat dibedakan menjadi empat tipe yaitu pasang surut harian ganda semidiurnal tide, pasang surut harian tunggal diurnal tide, pasang surut campuran condong ke harian ganda mixed semidiurnal tide, dan pasang surut campuran condong ke harian tunggal mixed diurnal tide. Universitas Sumatera Utara

1.4.3 Arus Pasut Tide Current

Arus adalah pergerakan air secara horizontal yang disebabkan adanya perubahan ketinggian permukaan laut. Arus lautan global merupakan pergerakan masa air yang sangat besar dan arus ini yang mempengaruhi arah aliran air lautan dan terkait antara satu lautan dengan lautan lain di seluruh dunia. Adanya arus lautan ini disebabkan oleh perputaran bumi. Pada umumnya arus terjadi sepanjang pantai disebabkan oleh perbedaan muka air pasang dan surut tiap jam di sepanjang estuari yang dipengaruhi volume dari arah hulu sungai upstream menuju hilir sungai downstream, sehingga perilaku arus dipengaruhi pola pasang surut. Kecepatan arus yang aman untuk kapal berlabuh disyaratkan berkecepatan maksimal 2 knot atau 1 mdt.

1.4.4 Suhu dan kadar garam Temperature and Salinity

Suhu air di daerah estuaria biasanya memperlihatkan fluktuasi annual dan diurnal yang lebih besar daripada laut, terutama apabila estuaria tersebut dangkal dan air yang datang pada saat pasang-naik ke perairan estuaria tersebut kontak dengan daerah yang substratnya terekspos Kinne, 1964. Suhu dan salinitas merupakan parameter-parameter fisika yang penting untuk kehidupan organisme di perairan laut dan payau. Parameter ini sangat spesifik di perairan estuaria. Kenaikan suhu di atas kisaran toleransi organism dapat meningkatkan laju metabolisme, seperti pertumbuhan, reproduksi dan aktifitas organisme. Kenaikan laju metabolisme dan aktifitas ini berbeda untuk spesies, proses dan level atau kisaran suhu. Kadar garam dalam sistem estuari berbeda-beda sepanjang siklus pasang surut, umumnya bertambah pada air tinggi dan berkurang pada air rendah. Pendekatan ini Universitas Sumatera Utara sudah digunakan oleh West dan Williams 1975. dalam Tay Estuary di Skotlandia. Kadar garam air laut biasanya diasumsikan dengan 35 ‰ yang masuk menuju sungai yang berbatasan dengan laut akibat pasang yang terjadi dilaut dan dipengaruhi dari debit sungai, sehingga terjadinya campuran antara air tawar sungai dan air asin laut. Intrusi air asin yang masuk ke sungai tergantung pada tingginya pasang yang masuk ke sungai.

1.4.5 Zat Padat Tersuspensi Total Suspended Solid

Zat padat tersuspensi Total Suspended Solid adalah semua zat padat pasir, lumpur, dan tanah liat atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup biotik seperti fitoplankton, Zat padat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan. Penetrasi cahaya matahari ke permukaan dan bagian yang lebih dalam tidak berlangsung efektif akibat terhalang oleh zat padat tersuspensi, sehingga fotosintesis tidak berlangsung sempurna. Sebaran zat padat tersuspensi di laut antara lain dipengaruhi oleh masukan yang berasal dari darat melalui aliran sungai, ataupun dari udara dan perpindahan karena resuspensi endapan akibat pengikisan. Kandungan zat padat tersuspensi masih sesuai dengan Nilai Ambang Batas NAB yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup KLH untuk kepentingan perikanan dan taman laut konservasi yaitu 80 mgl, namun tidak sesuai untuk kepentingan pariwisata mandi selam dan renang yaitu 23 mgl. Menurut US-EPA pengaruh padatan tersuspensi sangat beragam, tergantung pada sifat kimia alamiah bahan tersuspensi tersebut. Universitas Sumatera Utara

1.5 Ruang Lingkup dan Metodologi

Adapun metode penulisan yang dilakukan dalam penyelesaian tugas akhir ini adalah : 1. Studi pustaka literatur Studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan data – data dan informasi dari buku, serta jurnal – jurnal yang mempunyai relevansi dengan bahasan dalam tugas akhir ini serta masukan-masukan dari dosen pembimbing. 2. Studi lapangan a. Pengambilan data sekunder Dilakukan pengumpulan data – data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait di daerah penelitian. b. Pengambilan data primer c. Data ini diperoleh dengan mengadakan survei dilapangan. 3. Pengolahan Data Data yang diperoleh dari lapangan dan kepustakaan yang bersesuaian dengan pokok bahasan, disusun secara sitematis dan logis dan dilakukan korelasi sehingga diperoleh suatu gambaran umum yang akan dibahas dalam tugas akhir ini. 4. Analisa Data Dari hasil pengolahan data akan didapat model fisik muara di kawasan muara sungai Belawan, Sumatera Utara. 5. Penulisan laporan tugas akhir Universitas Sumatera Utara Seluruh data dan hasil pengolahannya akan disajikan dalam satu laporan yang telah disusun sedemikian rupa hingga berbentuk sebuah laporan tugas akhir.

1.6 Sistematika Penulisan

Bab I berisikan pendahuluan yang memberikan penjelasan tentang muara sungai deli Sumatera Utara dan memberikan gambaran umum tentang muara serta tujuan, ruang lingkup dan metodologi dalam penulisan tugas akhir ini. Bab II berisikan studi literatur yang menguraikan karakteristik model fisik muara kemudian diuraikan juga bagaimana proses transpor sedimen yang terjadi di Muara Sungai Belawan . Bab III memberikan gambaran lokasi studi tugas akhir yang menjelaskan kondisi daerah Muara Sungai Belawan. Bab IV berisikan hasil dan pembahasan dari data-data yang diperoleh di lapangan untuk melakukan pemodelan dengan bantuan program microscoft office excel menggunakan rumus-rumus teoritis tentang fisik di Muara Sungai Belawan dan kemudian dilakukan perbandingan dengan data lapangan. Bab V berisi kesimpulan yang dirangkum dari hasil simulasi yang dilakukan dan saran-saran untuk penelitian yang lebih lanjut. Universitas Sumatera Utara

BAB II STUDI LITERATUR

2.1 Batimetri

Bathimetri merupakan kegiatan pengumpulan data kedalaman dasar muara dengan metode penginderaan atau rekaman dari permukaan dasar perairan, yang akan diolah untuk menghasilkan relief dasar perairan, sehingga dapat digambarkan susunan dari garis-garis kedalaman kontur. Pemetaan kondisi dasar perairan tersebut dikonversikan dalam keadaan surut terendah Low Water Surface. Unsur utama pembuatan bathymetri adalah pengukuran jarak dan kedalaman. Peralatan yang digunakan untuk mengukur jarak antara lain Theodolith, Electronic Data Measurement EDM, atau Global Positioning System GPS. Sedangkan peralatan yang digunakan untuk mengukur kedalaman adalah fishfinder 240 blue dan perahu boat. Faktor lain yang sangat mempengaruhi pengukuran batimetri adalah dinamika media air muara berupa pasang surut muara sungai, sehingga sangat sulit untuk menentukan objek yang sama pada waktu yang berbeda. Dengan demikian pada pengukuran kedalaman dasar muara perlu dilakukan 3 pengukuran sekaligus pada waktu yang bersamaan yaitu pengukuran kedalaman, pengukuran posisi alat ukur kedalaman, dan pengukuran pasang surut. Dari ketiga data tersebut akan menjadi informasi kedalaman muara pada posisi tersebut terhadap suatu bidang refrensi chart datum.

2.1.1 Pengukuran kedalaman muara sungai

Kedalaman muara sungai adalah jarak antara dasar muara pada suatu tempat terhadap permukaan muaranya. Kedalaman muara ini dapat dibagi menjadi beberapa jenis, seperti kedalaman ukuran yaitu kedalaman yang didapat dari bacaan alat ukur; Universitas Sumatera Utara