Kondisi Hidro – Oseanografi KONDISI FISIK LOKASI KAJIAN

3.3 Kondisi Hidro – Oseanografi

Data pasang surut yang diperlukan untuk pemodelan ini merupakan hasil pengamatan yang dilaksanakan pada tanggal 1 April 2010 s.d 31 Mei 2010 oleh pelindo I cabang belawan. Dengan pembacaan ketinggian air setiap 1 jam pengamatan di lakukan di Muara Sungai Belawan. Lokasi pengamatan pasut dapat dilihat pada gambar 3.5 Gambar 3.5 Sket Lokasi Pengamatan Pasut sumber: Pelindo I Lokasi Pengamatan Pasut. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.6 Hasil Pengamatan pasut muara sungai Belawan PT. Pelindo I Belawan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Hasil pengamatan pasang surut yang telah dilakukan tanggal 21 april 2010 dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut ini: Tabel 3.4 Hasil Pengamatan Pasang Surut selama 15 hari Sumber : Pelabuhan Indonesia Cabang Belawan Hasil pengamatan pasut selama 15 hari dari tabel 3.4 diperlihatkan pada Gambar 3.7 Tanggal 21 April sd 5 Mei 2010 TJ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 JT 21 90 110 140 160 180 180 180 170 160 140 130 130 140 150 170 180 200 200 190 180 160 130 110 100 21 22 90 90 110 130 150 170 180 180 180 170 160 150 140 140 140 150 160 160 180 190 180 160 140 120 22 23 110 90 90 100 110 140 160 180 190 200 190 180 160 140 130 130 130 130 160 180 190 190 180 160 23 24 130 110 90 80 90 110 130 170 190 210 220 210 190 160 130 110 100 100 130 150 180 200 200 190 24 25 170 140 100 80 70 80 100 140 180 210 230 240 220 190 150 110 90 90 90 120 160 190 210 220 25 26 200 170 130 90 70 60 70 110 150 200 240 250 250 220 170 130 90 90 70 90 130 170 200 220 26 27 220 200 160 120 80 60 60 80 130 180 220 250 260 240 200 150 100 100 50 60 90 140 180 220 27 28 230 220 190 150 100 70 50 70 100 150 200 240 270 260 230 180 130 130 50 40 60 110 150 200 28 29 230 230 210 180 130 90 60 60 80 120 180 220 260 270 250 210 150 150 60 40 50 80 120 170 29 30 210 230 220 200 160 120 80 70 80 110 150 200 240 260 260 230 180 150 120 100 100 130 170 200 30 1 180 210 220 210 180 140 110 80 80 100 130 180 220 240 250 230 200 150 110 70 50 60 80 120 1 2 160 190 210 210 190 160 130 110 100 100 130 160 200 220 240 230 210 170 130 90 70 60 70 100 2 3 130 160 190 200 190 170 150 130 110 110 130 150 180 200 220 220 210 180 150 120 90 80 80 90 3 4 110 140 160 160 180 180 160 150 130 130 130 150 170 180 200 210 200 190 160 140 110 100 90 90 4 5 110 120 140 160 170 170 170 160 150 150 140 150 160 170 180 190 190 180 170 150 130 120 110 100 5 Universitas Sumatera Utara Gambar 3.7 Grafik pengamatan pasut selama 15 hari di Muara Sungai Belawan Universitas Sumatera Utara Dari hasil pengmatan pasut oleh Pelindo Belawan, kemudian dapat dilakukan untuk menguraikan suatu komponen pasut menggunakan metode admiralty, bertujuan untuk mengetahui amplitudo komponen utama Matahari AS 2 dan amplitudo komponen utama Bulan AM 2 untuk keperluan pemodelan fisik Muara Sungai Belawan. Adapun tahapan perhitungan tersebut menggunakan delapan kelompok hitungan skema dengan bantuan tabel-tabel dari perhitungan metode Admiralty. Secara garis besar hitungan dengan menggunakan metode Admiralty adalah sebagai berikut: 1. Kelompok hitungan 1 Pada hitungan kelompok ini ditentukan pertengahan pengamatan, bacaan tertinggi dan terendah. Bacaan tertinggi menunjukkan kedudukan alat tertinggi dan bacaan terendah menunjukkan alat terendah 2. Kelompok hitungan 2 Ditentukan bacaan positif + dan negatif - untuk kolom X 1 , Y 1 , X 2 , Y 2 , X 4 dan Y 4 dalam setiap hari pengamatan. 3. Kelompok hitungan 3 Pengisian kolom X , X 1 , Y 1 , X 2 , Y 2 , X 4 dan Y 4 dalam setiap hari pengamatan. Kolom X berisi perhitungan mendatar dari hitungan X 1 pada kelompok hitungan 2 tanpa memperhatikan tanda + dan -. Kolom X 1 , Y 1 , X 2 , Y 2 , X 4 dan Y 4 merupakan penjumlahan mendatar dari X 1 , Y 1 , X 2 , Y 2 , X 4 dan Y 4 pada kelompok hitungan 2 dengan memperhatikan tanda + dan - harus ditambah dengan besaran BB kelipatan 100 4. Kelompok hitungan 4 Untuk pengamatan 15 piantan, besaran yang telah ditambah B dapat ditentukan dan selanjutnya menghitung X 00 , Y 00 sampai dengan X 4d , Y 4d dimana: - Indeks 00 untuk X berarti X 00 - Indeks 00 untuk Y berarti Y 00 - Indeks 4d untuk X berarti X 4d - Indeks 4d untuk Y berarti Y 4d Universitas Sumatera Utara 5. Kelompok hitungan 5 Perhitungan pada kelompok ini sudah memperhatikan sembilan unsur utama pembangkit pasang surut M 2 , S 2 , K 2 , N 2 , K 1 , O 1 , P 1 , M 4 dan MS 4 . Untuk perhitungan kelompok hitungan 5 mencari nilai X 00 , X 10 , selisih X 12 dan Y 1b , selisih X 13 dan Y 1c , X 20 , selisih X 22 dan Y 2b , selisih X 23 dan Y 2c , selisih X 42 dan Y 4b dan selisih X 44 dan Y 4d . Untuk perhitungan kelompok hitungan 6 mencari nilai Y 10 , jumlah Y 12 dan X 1b , jumlah Y 13 dan X 1c Y 20 , jumlah Y 22 dan X 2b , jumlah Y 23 dan X 2c , jumlah Y 42 dan X 4d dan jumlah Y 44 dan X 4d . 6. Kelompok hitungan 7 dan 8 Menentukan besarnya P.R cos r, P.R sin r, menentukan besaran p, besaran f, menentukan harga V’, V’’, V’’’ dan V untuk tiap unsur utama pembangkit pasang surut M 2 , S 2 , K 2 , N 2 , K 1 , O 1 , P 1 , M 4 dan MS 4 , menentukan harga u dan harga p serta harga r. Akhirnya dari perhitungan ini akan menentukan harga w dan 1+W, besaran g, kelipatan dari 360 serta amplitudo A dan beda fase g . Tabel 3.5 Amplitudo komponen Pasang Surut Hasil Pengamatan Karakteristik Pasang Surut Amplitudo Pasang Surut cm AM 2 89.84 AS 2 43.06 AN 2 11.77 AK 1 39.16 AO 1 10.10 AM 4 15.00 AP 1 11.63 Bilangan Formzall F F = 0.371 Dari tabel 3.5 diperoleh nilai F 0.25, maka tipe pasang surut pada Muara Sungai Belawan merupakan tipe campuran harian ganda Mixed,semidiurnal, Universitas Sumatera Utara

3.4 Kondisi Lapangan