Kurang Energi Protein TINJAUAN PUSTAKA

dalam proses pemulihan. Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif. 16 Menurut Depkes 2002, status gizi merupakan tanda-tanda penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan. 17 Dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut reference. Baku antropometri yang sering digunakan di Indonesia adalah World Health Organization – National Centre for Health Statistic WHO-NCHS. Berdasarkan baku WHO - NCHS status gizi dibagi menjadi empat : Pertama, gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas. Kedua, Gizi baik untuk well nourished. Ketiga, Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderat, PCM Protein Calori Malnutrition. Keempat, Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan kwasiorkor. 18 Status gizi ditentukan oleh ketersediaan semua zat gizi dalam jumlah dan kombinasi yang cukup serta waktu yang tepat. Dua hal yang penting adalah terpenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh dan faktor-faktor yang menentukan kebutuhan, penyerapan dan penggunaan zat gizi tersebut. 18

2.3 Kurang Energi Protein

Kurang Energi Protein KEP diberi nama internasional Calori Protein Malnutrition CPM dan kemudian diganti dengan Protein Energy Malnutrition PEM. 19 Kurang Energi Protein adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau Universitas Sumatera Utara gangguan penyakit tertentu. 18 Manifestasi KEP dari diri penderitanya ditentukan dengan mengukur status gizi anak atau orang yang menderita KEP. 13 KEP pada balita sangat berbeda sifatnya dengan KEP orang dewasa. Pada balita, KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi, kematian anak dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Pada orang dewasa, KEP menurunkan produktivitas kerja dan derajad kesehatan sehingga menyebabkan rentan terhadap penyakit. 16 Diperkirakan bahwa Indonesia kehilangan 220 juta IQ poin akibat kekurangan gizi dan penurunan produktivitas diperkirakan antara 20 - 30. 20 Salah satu gejala dari penderita KEP ialah hepatomegali, yaitu pembesaran hepar yang terlihat sebagai pembuncitan perut. Anak yang menderita tersebut sering pula terkena infeksi cacing. Kedua gejala pembuncitan perut dan infeksi cacing ini diasosiasikan dalam pendapat oleh para ibu-ibu di Indonesia bahwa anak yang perutnya buncit menderita penyakit cacingan dan bukan karena kurang energi protein. 19 Dalam pandangan ahli gizi KEP dibedakan gambaran penyakit kwashiorkor, marasmus dan marasmus kwashiorkor. Kwashiorkor adalah penyakit KEP dengan kekurangan protein sebagai penyebab dominan, marasmus adalah gambaran KEP dengan defisiensi energi yang kronis dan marasmus kwashiorkor adalah kombinasi defisiensi kalori dan protein pada berbagai variasi. 19 Upaya terhadap penanggulangan KEP merupakan tindakan-tindakan preventif. Pencegahan dan penanggulangan KEP tidak cukup ditinjau dari aspek pangan atau makananya. Di masyarakat sering terdapat anggapan bahwa masalah Universitas Sumatera Utara kurang gizi adalah sama dengan kekurangan pangan. Upaya yang langsung ke sasaran berupa pelayanan dasar gizi, kesehatan dan pendidikan. Sedangkan upaya tidak langsung meliputi : a jaminan ketahan pangan, b memperluas kesempatan kerja untuk meningkatkan daya beli, dan c membangun dan meningkatkan industri kecil dan menengah untuk memberikan kesemapatan pada penduduk miskin meningkatkan pendapatan. 13 2.4 Epidemiologi Masalah Gizi 2.4.1 Distribusi dan Frekuensi Masalah Gizi