Perilaku seksual pada remaja

commit to user 46 5 Arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat Indonesia. Seorang yang sudah menikah pada usia berapa pun dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa penuh, baik secara hukum maupun dalam kehidupan masyarakat dan keluarga Sarwono, 2006:14.

c. Perilaku seksual pada remaja

1 Definisi Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Objek seksual orang lain meliputi : a Perasaan tertarik dan berpegangan tangan b Berpelukan c Berciuman d Hickey, yaitu menghisap atau menggigit dengan gemas pasangan pada leher, payudara atau paha sampai meninggalkan tanda merah atau memar. e Necking, yaitu berciuman atau berpelukan yang lebih mendalam di area wajah dan leher. commit to user 47 f Petting, merasakan atau mengusap-usap tubuh pasangan pada daerah lengan, dada, payudara, daerah kemaluan baik di dalam maupun di luar pakaian. g Hubungan kelamin h Oral sex, yaitu merangsang daerah genetal dengan mulut. i Anal sex, yaitu menyelipkan penis yang tegang ke dalam dubur pasangannya Sarwono 2006:142 Objek seksual diri sendiri, seperti contoh berfantasi atau berhayal tentang seksual, menyalurkannya melalui mimpi basah, onani pada laki-laki atau maturbasi. Onani atau masturbasi merupakan suatu kegiatan menyentuh, merangsang bagian tubuh sendiri baik tanpa menggunakan alat maupun dengan menggunakan alat khusus bagian tubuh yang sensitif untuk mendapatkan kepuasan seksual. Sebagian dari tingkah laku itu memang tidak berdampak apa-apa, terutama jika tidak ada akibat fisik atau sosial yang dapat ditimbulkannya. Dampak dari sebagian perilaku seksual yang lain cukup serius, seperti perasaan bersalah, depresi, marah, keteganggan mental, kebingungan akan peran sosial tiba-tiba hamil, cemooh dan penolakan dari masyarakat sekitar, terganggunya kesehatan dan resiko kehamilan, kematian bayi yang tinggi, putus sekolah, beban ekonomi perawatan, penyakit kelamin Sarwono, 2006:142-143. commit to user 48 2 Faktor penyebab Berikut dijabarkan faktor-faktor penyebab perilaku seksual pada remaja menurut Sarwono 2006:154-165: a Meningkatnya libido seksualitas Robert Havighurts dalam Sarwono 2006:154 menyatakan bahwa seorang remaja menghadapi tugas-tugas perkembangan sehubungan dengan perubahan-perubahan fisik dan peran sosial yang sedang terjadi pada dirinya. Tugas-tugas perkembangan itu antar lain adalam menerima kondisi fisikinya yang berubah dan memanfaatkan dengan teman sebaya dari jenis kelamin berbeda, menerima perasanan seksual masing-masing laki-laki atau perempuan dan mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga. Beberapa hasil penelitian di Indonesia menunjukkan adanya penurunan batas usia hubungan seks pertama kali. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Iskandar dalam Sarwono 2006:155 menyatakan sebanyak 18 responden di Jakarta berhubungan seks pertama di bawah 18 tahun dan usia termuda 13 tahun. b Penundaan usia perkawinan Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual libido sekseualitas remaja membutuhkan commit to user 49 penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu. Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang semakin tinggi untuk perkawinan pendidikan, pekerjaan, persiapan mental. Usia perkawinana ditunda, norma-norma agama tetap berlaku. Seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah. Larangan berkembang lebih jauh kepada tingkah laku yang lain seperti berciuman dan masturbasi. Remaja yang tidak dapat menahan diri akan terdapat kecenderungan untuk melanggar larangan tersebut. c Tabu atau larangan Masyarakat menganggap bahwa ada kaitan langsung antara perkawinan dengan seks, seakan-akan perkawinan berarti hubungan seks dan hubungan seks sama dengan perkawinan. Hubungan seks di luar perkawinan tidak hanya dianggap tidak baik, tetapi juga tidak boleh ada. Anggapan ini sangat dipengaruhi oleh ajaran agama,yang pada akhirnya menyebabkan sikap negatif masyarakat terhadap seks. Orang tua dan pendidik jadi tidak dapat terbuka atau commit to user 50 berterus terang kepada anak-anak atau anak didiknya mengenai seks, takut apabila anak-anak jadi ikut atau terpengaruh melakukan seks sebelum waktunya sebelum menikah. Seks kemudian menjadi tabu untuk dibicarakan walaupun antara anak dengan orang tuanya sendiri. d Kurangnya informasi tentang seksual Remaja memasuki usia remaja pada umumnya tanpa pengetahuan yang memadai tentang seks dan selama hubungan pacaran berlangsung pengetahuan itu bukan saja tidak bertambah tetapi sebaliknya, bertambah informasi-informasi yang salah. Orang tua tabu membicarakan seks dengan anaknya dan hubungan orang tua dengan anak terlanjur jauh sehingga anak berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat, khususnya teman. e Pergaulan yang semakin bebas Kebebasan pergaulan remaja dengan mudah dapat disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kota-kota besar. Survei di Jawa Tengah 10 dari 600 pelajar SMU mengaku sudah pernah melakukan hubungan intim Alatas, 2008:1. Penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Psikologi UI dalam Sarwono 2006:165 meneliti siswa-siswi di Jakarta dan Banjarmasin dan hasilnya 93 remaja pernah berpegangan tangan dengan pacarnya, 61,6 commit to user 51 pria dan 39,4 wanita pernah berciuman, 2,32 pria dan 6,7 wanita meraba payudara, 7,1 pria dan 1 wanita memegang alat kelamin, 2 pernah bersenggama dengan pacarnya. Angka-angka tersebut kiranya telah cukup mencerminkan keadaaan pergaulan bebas antara remaja pria dan wanita. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual remaja dalam penelitian ini merupakan aktivitas remaja yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri maupun dengan pasangannya tanpa ada ikatan pernikahan memiliki indikator sebagai berikut : 1 Perasaan tertarik dan berpegangan tangan 2 Berpelukan 3 Berciuman 4 Hickey 5 Necking 6 Petting 7 Bersenggama hubungan kelamin 8 Oral Sex 9 Anal Sex 10 Onani atau Masturbasi commit to user 52

B. Penelitian yang Relevan

Menurut sepengetahuan penulis, belum ada penelitian yang sama persis dengan penelitian ini namun beberapa penelitian yang serupa adalah : 1. Permata 2003, dengan penelitian yang berjudul Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap terhadap Kesehatan Reproduksi, Kehamilan dan Keluarga Berencana pada siswa kelas 3 dari 6 SMU di Kota Bengkulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang tinggi dan sikap yang positif terhadap kesehatan reproduksi, kehamilan dan keluarga berencana. 2. Irianti 2007, dengan penelitian yang berjudul Hubungan antara Pengetahuan Reproduksi dengan Perilaku Seksual Sehat pada Remaja di Bekasi. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar remaja di Bekasi memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi dan perilaku seksual yang baik dengan kesimpulan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual sehat di Bekasi. 3. Soetjiningsih 2008, dengan penelitian yang berjudul Hubungan Orangtua dengan Remaja, Self-Esteem, Tekanan Negatif Teman Sebaya, Religiusitas dan Eksposur Media Pornografi terhadap Perilaku Seksual Pranikah Remaja. Hasil dari penelitian ini adalah faktor hubungan orang tua-remaja, self-esteem, tekanan negatif teman sebaya, religiusitas dan eksposur media pornorafi mempunyai pengaruh signifikan baik langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku seksual pranikah remaja.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL DI SMA N 1 SAYEGAN

0 2 62

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seks Pranikah.

0 3 14

HUBUNGAN ANTARA PENEGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL Hubungan Antara Pengetahuan, Peran Keluarga Dan Sumber Informasi (Media) Dengan Perilaku Seksual Remaja Pranikah Di Smp 1 Parang Kabupaten Magetan.

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBERINFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI Hubungan Antara Pengetahuan, Peran Keluarga Dan Sumber Informasi (Media) Dengan Perilaku Seksual Remaja Pranikah Di Smp 1 Parang Kabupaten M

0 2 16

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP SEKSUAL PRANIKAH REMAJA Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Seksual Pranikah Remaja Di Kelurahan Danguran Kabupaten Klaten.

0 1 16

PENDAHULUAN Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Seksual Pranikah Remaja Di Kelurahan Danguran Kabupaten Klaten.

0 1 6

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP SEKSUAL PRANIKAH REMAJA Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Seksual Pranikah Remaja Di Kelurahan Danguran Kabupaten Klaten.

0 1 16

A. PENDAHULUAN - HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH PADA REMAJA ANAK JALANAN DI KOTA SURAKARTA

0 0 8

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA KELAS XI DI MAN I SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Seksual Remaja Kelas XI di MAN I Sleman Yogyakarta - DI

0 0 10

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SEKSUAL DAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA PEREMPUAN

0 0 19