Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1 Isna Istiana, 2013 Penerapan Metode Hynoteaching Sugesti Bangun Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 20122013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagai upaya peningkatan mutu pengajaran bahasa Indonesia, segala aspek keterampilan berbahasa perlu dikuasai oleh peserta didik. Keterampilan berbahasa yang dimaksud adalah menyimak, berbicara, menulis dan membaca. Namun, dengan karakteristik dan kemampuan siswa yang berbeda-beda, siswa cenderung hanya menyenangi salah satu aspek keterampilan bahasa saja. Setiap orang mempunyai kemampuan menerima informasi yang berbeda Hajar, 2011: 41. Ada beberapa orang yang unggul pada visual sehingga lebih tertarik pada keterampilan membaca, sedangkan orang yang unggul pada auditori biasanya lebih menyenangi menyimak atau dengaran. Idealnya seorang siswa harus menguasai keempat aspek keterampilan berbahasa yang disebutkan di atas. Di era yang segalanya kini berkiblat pada perkembangan teknologi dan media sosial, siswa cenderung menjadi pasif serta kurang produktif dalam kesehariannya. Tidaklah heran jika hal yang paling tidak disukai siswa adalah berbicara dan menulis. Kompetensi berbahasa yang bersifat paling aktif produktif merupakan kemampuan yang menuntut kegiatan encoding, kegiatan untuk menghasilkanmenyampaikan bahasa kepada pihak lain , baik secara lisan maupun tertulis Nurgiantoro, 2010: 397. Di antara keempat keterampilan berbahasa yang lain, berbicara dan menulis merupakan dua keterampilan bahasa yang produktif. Menulis merupakan produk yang tertuang dalam bentuk tulisan, sedangkan berbicara merupakan produk yang dihasilkan dalam bentuk lisan. Meskipun berbicara dan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang sama-sama bersifat aktif produktif, keduanya tetap memiliki perbedaan. 2 Isna Istiana, 2013 Penerapan Metode Hynoteaching Sugesti Bangun Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 20122013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Pada kegiatan menulis, penulis secara sepihak menyampaikan gagasan dan pesannya yang tidak dapat secara langsung diterima dan direaksi oleh pihak pembaca yang dituju. Sebaliknya, pada kegiatan berbicara terjadi aktivitas memberi dan menerima bahasa, menyampaikan gagasan dan pesan kepada lawan bicara , dan pada waktu yang bersamaan pembicara akan menerima gagasanpesan yang disampaikan lawan bicaranya tersebut Nurgiantoro, 2010 : 397. Idealnya, pembelajaran berbicara di sekolah mampu menjadi sarana latihan siswa untuk melatih kecakapannya dalam berbicara di ranah manapun. Selain itu pula, tugas berbicara dalam pembelajaran di sekolah harus benar-benar memenuhi tuntutan asesmen otentik, yaitu kinerja dan bermakna. Oleh sebab itu, tes keterampilan berbicara harus dimodifikasi. Modifikasi tersebut dapat dimulai dari segi bahan berbicaranya, yang harus memiliki fungsi nyata dan kebermaknaan yang jelas dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, secara tidak langsung siswa akan dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman saat ini, yang menginginkan peserta didik yang tidak hanya aktif tetapi juga kreatif. Beberapa aspek dalam berbicara meliputi aspek kebahasaan dan nonkebahasaan. Namun, banyak permasalahan yang muncul bukanlah dari segi kebahasaan karena sebetulnya siswa sudah paham mengenai teori-teori tentang berbicara. Jika diminta secara tertulis, siswa mampu menuliskan banyak hal mengenai sebuah topik dengan penggunaan bahasa yang baik dan sesuai dengan kaidah. Sementara itu, pada aspek nonkebahasaan siswa masih dirasa sangat kurang. Salah satunya adalah kepercayaan diri, penguasaan masalah, dan sikap saat berbicara di depan publik sangatlah memprihatinkan. Banyak siswa yang sebelumnya mampu menulis dengan sangat baik, tetapi pada saat berbicara mengalami kendala-kendala yang muncul bukan karena ketidakpahaman mengenai teori berbicara. Untuk mendukung validasi penelitian, diperlukan data mengenai permasalahan berbicara. Hojanto 2012:10 menyebutkan, hasil survey yang 3 Isna Istiana, 2013 Penerapan Metode Hynoteaching Sugesti Bangun Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 20122013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dilakukan oleh The People Almanac’s Book terhadap 3000 warga Amerika mengenai hal yang paling ditakuti, menempatkan berbicara di depan kelompok, merupakan ketakutan terbesar yang dialami oleh sekitar 630 jiwa dengan presentase 21. Hasil observasi singkat yang dilakukan peneliti menunjukkan siswa kelas VII G di SMP Negeri 26 Bandung, 46 siswa pada saat diminta berbicara di depan kelas selalu menolak kemudian menunjuk seorang teman yang lain untuk menggantikannya. Gejala ini mengindikasikan bahwa siswa tidak senang berbicara di depan kelas.Dengan alasan ketidaksenangan berbicara itulah, siswa tidak pernah secara sukarela ketika diminta berbicara di depan publik. Kegagapan dan kehilangan konsentrasi adalah hal yang mungkin terjadi ketika siswa mulai gugup saat berbicara. Masalah ini diindikasi muncul akibat kepercayaan diri dan penguasaan masalah yang kurang dari siswa. Masalah yang sama pun dikeluhkan oleh guru bahasa Indonesia kelas VII di SMP 26 Bandung. Siswa masih belum terampil dalam berbicara di depan umum. Sebagian besar siswa, masih kesulitan pada penyusunan kosa kata dan struktur kata dalam berbicara. Hasil wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran bahasa Indonesia Ibu Nani Widiastuti, S.Pd., mengemukakan bahwa kendala yang paling utama dalam berbicara siswa adalah kurangnya kepercayaan diri siswa. Pada kesempatan hari itu beliau menyebutkan bahwa keterampilan berbicara masih dipengaruhi beberapa kendala atau faktor yang muncul dari internal siswa, yaitu 1 pembelajaran berbicara masih dianggap sulit dan menakutkan siswa tidak pernah secara sukarela berbicara di depan publik, 2 siswa masih kesulitan dalam menyusun kosa kata saat berbicara, 3 siswa masih merasa takut salah saat berbicara atau takut saat banyak orang yang menyaksikannya berbicara. Ibu Nani menilai, intensitas berbicara siswa yang kurang pun berperan besar dalam keterampilan berbicara siswa. Siswa yang aktif dalam berorganisasi yang notabene dituntut untuk pandai berbicara, memiliki kepercayaan diri yang 4 Isna Istiana, 2013 Penerapan Metode Hynoteaching Sugesti Bangun Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 20122013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu lebih besar dibandingkan anak-anak yang kurang aktif dalam organisasi sekolah. Kepercayaan diri yang lebih besar berpengaruh pada peningkatan nilai berbicara. Apalagi jika guru memberikan motivasi, dan menjadikan dirinya sebagai panutan untuk dicontoh dalam hal berbicara. Jika kita menelaah lebih jauh lagi berdasarkan permasalahan di atas, kepercayaan diri adalah hal yang sangat penting dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari berbicara. Bagaimana mungkin seorang instruktur berbicara menghasilkan pembicara yang handal jika dalam pelatihannya hanya memberikan prinsip berbicara saja? Mungkin saja pembicara yang akan dihasilkan melalui metode tersebut hanya akan menghasilkan pembicara yang paham secara teoretis namun secara praktik, pembicara kurang bisa mengontrol rasa cemas dan ketakutan yang lumrah ada di setiap manusia pada saat berbicara. Bicara di depan publik terkait dengan keahlian mental dan fisik untuk tampil berbeda dengan keahlian yang dibutuhkan saat berbicara dalam keseharian. Dalam konteks berbicara, rasa takut bicara di depan publik sering diabaikan dan dianggap sebagai elemen yang terpisah, sekadar rasa cemas yang bisa dihilangkan dengan sedikit saran, petunjuk dan manipulasi Rogers, 2008:15. Jika dianalogikan, kita tidak mungkin berani mengendarai mobil ke jalan raya jika sebelumnya kita tidak pernah berlatih mengendarai mobil sebelumnya. Kita juga harus memastikan pada saat mengendarai mobil kita memiliki kepercayadirian yang penuh bahwa kita mampu mengendarai mobil selamat sampai dengan tujuan. Hal tersebut juga berlaku pada konteks berbicara, peserta didik tidak akan mampu berbicara di depan publik jika tidak pernah diberikan kesempatan atau ajang untuk menunjukkan kemampuannya dalam hal berbicara. Siswa tidak mungkin secara tiba-tiba, tanpa pernah diberikan latihan .atau pengarahan tertentu kemudian langsung memiliki kemampuan berbicara yang sangat baik. Begitupun halnya dengan kepercayaan diri siswa, betapapun siswa yang telah latihan secara intensif namun masih memiliki ketidakpercayaan diri, kemungkinan 5 Isna Istiana, 2013 Penerapan Metode Hynoteaching Sugesti Bangun Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 20122013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu hal-hal yang telah dipelajari selama latihan akan terbuang dan menguap karena dikuasai oleh rasa takut yang belebihan seperti jantung bedebar keras, tenggorokan terasa kering serta lutut bergetar. Pembicara yang belum terlatih, jika menerima rangsangan untuk berbicara di depan publik akan merasakan takut yang luar biasa dan merasa dirinya akan dipermalukan. Akibatnya, pembicara tersebut akan melakukan strategi menghindar bukan mempersiapkan diri untuk berbicara di depan publik. Lain halnya dengan pembicara yang telah terlatih. Jika menerima rangsangan demikian, pembicara akan langsung berpikir positif bahwa ini merupakan momen untuk menunjukkan kemampuan dirinya, maka yang ia lakukan akan mempersiapkan dirinya sebaik mungkin untuk berbicara di depan publik tersebut. Hakikatnya, manusia diberikan sejumlah emosi termasuk rasa cemas dan rasa takut. Jika emosi tersebut muncul berlebihan dan di luar kuasa dari orang tersebut, segala yang telah dipersiapkan akan menjadi hilang karena efek „tertekan‟ yang dihasilkan dari kombinasi emosi-emosi tersebut. Hal ini tidak akan terjadi jika seseorang memiliki rasa kepercayaan diri dengan kemampuan dirinya sendiri. Kekuatan terbesar yang terkadang tidak pernah disadari adalah kekuatan diri sendiri. Cara pertama dimulai dari memercayai diri Anda sendiri bahwa Anda bisa menjadi apa yang Anda pikirkan “You are what you think”. Pemanfaatan alam bawah sadar menjadi cara yang paling ampuh dalam pembentukan kekuatan diri ini. Mengacu pada kondisi objektif di atas, peneliti tertarik dengan sebuah metode yang sedang dikembangkan dengan konsep pemanfaatan alam bawah sadar, yakni metode hypnoteaching. Hypnoteaching merupakan penggabungan antara ilmu hipnosis yang diaplikasikan pada pembelajaran. Hipnosis pada hakikatnya adalah sebuah ilmu rasional yang imiah, dan bisa dipelajari oleh siapapun tanpa perlu melakukan ritual-ritual yang bersinggungan dengan ilmu 6 Isna Istiana, 2013 Penerapan Metode Hynoteaching Sugesti Bangun Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 20122013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu gaib atau ilmu di luar nalar. Hipnosis tidak hanya dikenal diterapkan dalam dunia pendidikan sebagai hypnoteaching, tetapi ilmu hipnosis ini juga dikembangkan sesuai dengan terapan ilmu yang dipakai. Salah satu terapan ilmu hipnosis sebagai berikut; 1 hypnoparenting ilmu hipnosis yang digunakan untuk mengasuhmendidik anak, 2 hypnobeauty untuk kecantikan, 3 hypnoslim menggunakan ilmu hipnosis untuk membantu seseorang melakukan diet. Kesemua terapan metode hipnosis tersebut menekankan pemanfaatan kerja „otak bodoh‟. Cara kerja otak kiri dikenal dengan kerja „otak sadar‟ conscious dan berfungsi sebagai penentu IQ. Sementara itu, otak kanan disebut otak bawah sadar subconcious dan berfungsi sebagai „otak bodoh‟. Otak kanan bekerja menerima informasi tanpa saringan sehingga, sugesti positif yang diberikan mudah masuk dan tersimpan di long memory. Pemanfaatan „otak bodoh‟ inilah yang digunakan metode hypnoteaching dalam pemberian sugesti. Dampak dari pemberian sugesti tersebut, akan menjadikan sikap siswa sesuai dari isi sugesti tersebut. Di sinilah letak keunggulan dan keefektifan metode hypnoteaching. Pemberian sugesti yang positif secara bertahap membuat siswa akan menyerap serta menyimpan sugesti baik tersebut ke dalam alam bawah sadarnya. Pada saat otak memasuki penurunan gelombang, secara tidak sadar apa yang disugestikan diaplikasikan oleh siswa tersebut. Metode ini mampu menjawab permasalahan yang muncul dan diangkat dalam penelitian ini, terutama dalam menghilangkan ketakutan dan kecemasan serta menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa. Peranan guru yang paling dibutuhkan dalam menerapkan metode ini di dalam kelas yakni motivator, inspirator dan pengelola kelas. Sebagai seorang guru yang profesional, harus diingat bahwa yang Anda hadapi adalah makhluk hidup yakni, anak-anak yang juga memiliki emosi. Seorang guru haruslah memerhatikan emosi dan psikologis siswa, sehingga suasana pelajaran menjadi menyenangkan. 7 Isna Istiana, 2013 Penerapan Metode Hynoteaching Sugesti Bangun Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 20122013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Guru yang baik tidak akan menciptakan momok atau ketakutan dalam kegiatan belajar dan mengajar. Suasana yang menyenangkan akan mempermudah siswa berada dalam kondisi subconcious dan santai. Kondisi tersebut mempermudah siswa menerima dan menyerap sugesti positif yang diberikan oleh hipnotis. Sebelumnya, penelitian mengenai hipnosis ini pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian pertama dilakukan oleh Handoko 2011 dengan judul “Hypnoteaching dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Fungsi Menu dan Ikon pada Program Pengolah Angka”. Penelitian ini diarahkan pada mata pelajaran TIK yang menuntut siswa mampu mengoperasikan komputer dan teknologi lainnya. Karakteristik TIK dan bahasa Indonesia yang berbeda mengakibatkan hasil penelitian ini tidak bisa diaplikasikan di mata pelajaran bahasa Indonesia. Penelitian kedua mengenai hipnosis selanjutnya yang juga diaplikasikan pada pembelajaran pernah dilakukan oleh Haryadi 2011 dalam skripsinya yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Menulis Naskah Drama dengan Menggunakan Metode Hipnosis”. Penelitian tersebut menekankan pada kompentensi menulis yang memang menuntut siswa untuk menghasilkan produk. Kompetensi dasar yang dibidik dalam penelitian tersebut adalah kompetensi menulis naskah drama. Sementara itu, metode hipnosis belum pernah diaplikasikan pada kompetensi dasar keterampilan berbicara. Beberapa penelitian mengenai pembelajaran berbicara juga pernah dilakukan dengan berbagai macam metode. Salah satunya penelitian yang dilakukan Fatimah 2012 dengan judul “Penerapan Metode Team Product dalam Pembelajaran Berbicara”. Penelitian ini menggunakan metode team product yang menekankan pada pengerjaan tugas secara bersama-sama atau kelompok. Penelitian ini tidak memanfaatkan potensi individu yang ada dalam diri siswa untuk dipergunakan dalam keterampilan berbicara. Sementara itu, metode 8 Isna Istiana, 2013 Penerapan Metode Hynoteaching Sugesti Bangun Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 20122013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu hypnoteaching yang akan diaplikasikan ini, lebih menekankan pada eksplorasi kemampuan masing-masing siswa individu dalam kemampuan berbicara. Karakteristik dan keunggulan metode hypnoteaching sugesti bangun dirasa sesuai dan tepat untuk memecahkan masalah yang telah dikemukakan di atas. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Metode Hypnoteaching Sugesti Bangun dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 20122013”.

1.2 Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MODIFIED JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 4 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 10 61

EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MODIFIED JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Berkemampuan Awal Tinggi Kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 9 62

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 23 Bandarlampung Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012)

0 7 53

PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013-2014)

0 5 56

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Tamansiswa Telukbetung Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 17 87

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Tamansiswa Telukbetung Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 32 89

PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013-2014)

0 14 49

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Tamansiswa Telukbetung Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 10 45

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 01 Pagelaran Tahun Ajaran 2014/1015)

3 19 59

PENDEKATAN I-TESA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN SIKAP POSITIF TERHADAP MATEMATIKA DAN HASIL BELAJAR TEOREMA PYTHAGORAS Suatu Peneltian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 25 Tahun Pelajaran 20092010

0 0 13