18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, Medan serta
Laboratorium Penelitian, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penelitian ini dilakukan selama lebih kurang 4 bulan.
3.2 BAHAN DAN PERALATAN
Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu: batang jagung diambil dari sisa panen kebun masyarakat daerah Padang Bulan, Medan, FeCl
2
.4 H
2
O, larutan HCl 0,1 M, larutan NaOH 0,1 M, aquadest, kertas saring Whatman 41, botol sampel dan kertas label.
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : magnetic stirrer atau Shaker, Ayakan 50 mesh dan 70 mesh, pH meter atau Indikator Universal,
gelas ukur, beaker glass iwaki pyrex, corong, neraca analitik, botol plastik, cawan, termometer, pipet tetes, cutter dan Atomic Adsorption Spectroscopy AAS.
3.3 RANCANGAN PERCOBAAN
Penelitian ini dilakukan dengan memvariasikan bentuk batang jagung dengan konsentrasi larutan logam yang tetap. Perlakuan bentuk batang jagung terdiri dari 5
macam, yaitu dipotong lingkaran penuh, setengah lingkaran, ¼ lingkaran dan dihaluskan 50 dan70 mesh. Konsentrasi larutan ditentukan sebesar 50 ppm
berdasarkan penelitian Vafakhah,dkk., 2014 [3].
3.4 PROSEDUR PENELITIAN 3.4.1 Prosedur Pembuatan Larutan
Sebelum melakukan penelitian, larutan yang harus disiapkan yaitu larutan logam Fe
2+
dengan konsentrasi 50 ppm dari senyawa FeCl
2
. 4H
2
O, larutan asam- basa yaitu larutan 0,1 M HCl dan 0,1 M NaOH dan pelarut logam yang pH-nya 4,5
sebanyak 5 L.
Universitas Sumatera Utara
19 a. Pembuatan Larutan HCl 0,1 M 1 L
1. Dipipet 8,36 mL dari larutan HCl 37 2. Dimasukkan ke dalam beaker glass 1000 mL
3. Diencerkan dengan aquadest sampai batas tanda b. Pembuatan Larutan NaOH 0,1 M 1 L
1. Ditimbang 4 g padatan NaOH 2. Dimasukkan ke dalam beaker glass 1000 mL
3. Dilarutkan dengan aquadest sampai batas tanda
c. Pembuatan Larutan Induk 1000 ppm 1. Ditimbang padatan FeCl
2
.4H
2
O sebanyak 3.559,9047 mg didalam beaker glass
2. Diambil pelarut yang pH-nya sudah dikontrol 4,5 dan dimasukkan kedalam beaker glass sampai batas tanda 1 L.
3. Diaduk rata hingga padatan melarut d. Pembuatan Larutan Fe
2+
50 ppm 1. Diambil larutan induk sebanyak 125 mL dan dimasukkan kedalam
beaker glass 5 L 2. Kemudian diencerkan dengan pelarut yang dikontrol pH-nya 4,5
sampai batas tanda 2,5 L pada beaker glass 3. Diaduk rata
3.4.2 Prosedur Persiapan Adsorben Batang Jagung Prosedur persiapan adsorben sebagai berikut:
1. Batang jagung diperoleh dari sisa hasil panen kebun masyarakat 2. Batang jagung dibersihkan dari daun dan kulit luarnya
3. Kemudian batang jagung dipotong-potong dengan bentuk lingkaran penuh, setengah lingkaran dan seperempat lingkaran dan dihaluskan 50
dan 70 mesh dengan ketebalan ±5 mm 4. Lalu batang jagung yang telah dipotong-potong, di cuci dengan air distilat
sebanyak 3 kali hingga pH air pencuci sama dengan pH air distilat 5. Batang jagung dikeringkan di dalam oven pada suhu ±55° C sampai berat
batang jagung tersebut konstan
Universitas Sumatera Utara
20
3.4.3 Prosedur Batch Adsorption
1. Penentuan Kinetika Adsorpsi Waktu Kontak Optimum 1. Diambil larutan Fe
2+
50 ppm sebanyak 100 mL dari botol reagen 2,5 L yang diterangkan pada prosedur 3.4.1c lalu dimasukkan kedalam
beaker glass 2. Kemudian diaduk dengan magnetic stirrer dengan kecepatan
pengadukan 220 rpm pada suhu kamar 3. Kemudian ditambahkan 1 gram adsorben batang jagung pada berbagai
variasi bentuk lingkaran, setengah lingkaran, seperempat lingkaran, 50 dan 70 mesh
4. Lalu diambil 2 mL sampel pada selang waktu 10 menit selama 2 jam 5. Lalu disaring dengan kertas saring Whatman 42
6. Konsentrasi ion Fe
2+
pada larutan setelah adsorpsi ditentukan dengan Atomic Adsorption Spectroscopy AAS
7. Lalu dihitung nilai q
a
�
�
=
� −�
�
� �
........................................... [25]
2. Penentuan Kapasitas Adsorpsi 1. Diambil larutan Fe
2+
50 ppm sebanyak 100 mL dari botol reagen 2,5 L yang diterangkan pada prosedur 3.4.1c lalu dimasukkan kedalam
beaker glass 2. Kemudian diaduk dengan magnetic stirrer dengan kecepatan
pengadukan 220 rpm pada suhu kamar 3. Kemudian ditambahkan 1 gram adsorben batang jagung pada berbagai
variasi bentuk lingkaran, setengah lingkaran, seperempat lingkaran, 50 dan 70 mesh
4. Lalu disaring dengan kertas saring Whatman 42 5. Konsentrasi ion Fe
2+
C
e
pada larutan setelah adsorpsi ditentukan dengan Atomic Adsorption Spectroscopy AAS
6. Lalu dihitung nilai q
e
�
�
=
� −�
�
� �
........................................... [21]
Universitas Sumatera Utara
21 Di mana q
e
= jumlah ion logam yang teradsorpsi mgg C
= konsentrasi ion logam sebelum teradsorpsi C
e
= konsentrasi ion logam setelah adsorpsi V
= volume larutan ion logam L W
= jumlah adsorben, batang jagung g
Universitas Sumatera Utara
22
3.5 FLOWCHART PENELITIAN 3.5.1 Persiapan Adsorben Batang Jagung
Gambar 3.1 Flowchart Persiapan Adsorben Batang Jagung
3.5.2 Pengeringan Adsorben Batang Jagung
Gambar 3.2 Pengeringan Adsorben Batang Jagung Mulai
Batang jagung dibersihkan dari daun dan kulit luarnya Kemudian batang jagung dipotong-potong dengan bentuk lingkaran penuh,
setengah lingkaran dan ¼ lingkaran dan dihaluskan 50 dan 70 mesh Lalu batang jagung di cuci dengan air distilat sebanyak 3 kali atau sampai
hingga pH larutan pencuci sama dengan pH air distilat sebesar 4,5. Batang jagung diperoleh dari hasil panen kebun masyarakat pasar 1 Padang
Bulan Kota Medan
Selesai
Mulai Oven dihidupkan dan ditunggu hingga mencapai suhu 55 °C
Batang jagung yang telah dicuci kemudian di ratakan diatas tray oven
Ditimbang sejumlah batang jagung yang dialasi aluminium foil, dicatat massanya lalu diletakkan diatas tray oven
Setiap 1 jam pengeringan, batang jagung yang dialasi aluminium foil ditimbang sampai massa batang jagung tepat konstan
Selesai
Universitas Sumatera Utara
23
3.5.3 Pembuatan Larutan Induk 1000 ppm
Gambar 3.3 Pembuatan Larutan Induk 1000 ppm
3.5.4 Pembuatan Larutan Fe
2+
50 ppm
Gambar 3.4 Flowchart Pembuatan Larutan Standar Fe
2+
50 ppm Mulai
Selesai Diaduk rata
Kemudian diencerkan dengan pelarut yang dikontrol pH-nya 4,5 sampai batas tanda 2,5 L pada beaker glass
Diambil larutan induk sebanyak 125 mL dan dimasukkan kedalam beaker glass 5 L
Mulai
Diambil pelarut yang pH-nya sudah dikontrol 4,5 dan dimasukkan kedalam beaker glass sampai batas tanda 1 L
Diaduk rata hingga padatan melarut Ditimbang padatan FeCl
2
.4H
2
O sebanyak 3.559,9047 mg didalam beaker glass
Selesai
Universitas Sumatera Utara
24
3.5.5 Pembuatan Larutan HCl 0,1 M
Gambar 3.5 Flowchart Pembuatan Larutan HCl 0,1 M
3.5.6 Pembuatan Larutan NaOH 0,1 M
Gambar 3.6 Flowchart Pembuatan Larutan NaOH 0,1 M
Mulai
Dipipet 8,36 mL dari larutan HCl 37
Selesai Dimasukkan ke dalam beaker glass 1000 mL
Diencerkan dengan aquadest sampai batas tanda
Mulai
Ditimbang 4 g padatan NaOH
Selesai Dimasukkan ke dalam beaker glass 1000 mL
Diencerkan dengan aquadest sampai batas tanda
Universitas Sumatera Utara
25
3.5.7 Flowchart Prosedur Batch Adsorption
1. Penentuan Kinetika Adsorpsi Waktu Kontak Optimum
Gambar 3.7 Flowchart Penentuan Kinetika Adsorpsi Waktu Kontak Optimum
Mulai Diambil larutan Fe
2+
50 ppm sebanyak 100 mL dari botol reagen 2,5 L yang diterangkan pada prosedur 3.4.1c lalu dimasukkan kedalam beaker glass
Kemudian diaduk dengan magnetic stirrer dengan kecepatan pengadukan 220 rpm pada suhu kamar
Kemudian ditambahkan 1 gram adsorben batang jagung pada berbagai variasi bentuk lingkaran, setengah lingkaran, seperempat lingkaran, 50 dan 70 mesh.
Lalu disaring dengan kertas saring Whatman 41 Konsentrasi ion Fe setelah adsorpsi ditentukan dengan Atomic
Adsorption Spectroscopy AAS Lalu dihitung nilai Q
a
�
�
= �
− �
�
� �
Selesai
Universitas Sumatera Utara
26 2. Penentuan Kapasitas Adsorpsi
Gambar 3.8 Flowchart Penentuan Kapasitas Adsorpsi Mulai
Diambil larutan Fe
2+
50 ppm sebanyak 100 mL dari botol reagen 2,5 L yang diterangkan pada prosedur 3.4.1c lalu dimasukkan kedalam beaker glass
Kemudian diaduk dengan magnetic stirrer dengan kecepatan pengadukan 220 rpm pada suhu kamar
Lalu disaring dengan kertas saring Whatman 41
Selesai Konsentrasi ion Fe setelah adsorpsi ditentukan dengan Atomic
Adsorption Spectroscopy AAS
Lalu dihitung nilai Q
e
�
�
= �
− �
�
� �
Kemudian ditambahkan 1 gram adsorben batang jagung pada berbagai variasi bentuk lingkaran, setengah lingkaran, seperempat
lingkaran, 50 dan 70 mesh
Universitas Sumatera Utara
27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 PENENTUAN pH NETRAL PADA ADSORBEN BATANG JAGUNG
Penentuan pH netral dilakukan dengan cara mencuci batang jagung dengan aquadest sampai pH aquadest setelah pencucian sama dengan pH aquadest
sebelum pencucian. Data pencucian dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Penentuan pH Netral Adsorben Batang Jagung Gambar 4.1 menunjukkan bahwa adsorben bentuk serbuk 50 mesh dan 70
mesh membutuhkan empat kali pencucian sampai pH konstan yaitu pH 6,5. Adsorben bentuk lingkaran, ½ lingkaran dan ¼ lingkaran membutuhkan 3 kali
pencucian sampai pH konstan yaitu pH 6,5. Volume air pencuci tiap pencucian sebanyak 200 mL. Paramter Penentuan pH adsorben batang jagung menggunakan
indikator pH universal dan pH-meter. Proses pencucian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi pH yang sama yaitu pH 6,5 pada tiap bentuk adsorben batang
jagung.
4.2 PENGERINGAN ADSORBEN BATANG JAGUNG