15 besar,  muatannya  kecil  dan  elektronegativitas  yang  rendah.  Ion  logam  keras
berikatan kuat dengan anion keras dan ion logam lunak berikatan kuat dengan anion lunak [17].
Selain itu adalah porositas adsorban. Porositas adsorban juga mempengaruhi daya adsorpsi suatu  adsorpsi. Adsorban dengan porositas yang besar mempunyai
kemampuan menyerap yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan adsorban yang memiliki porositas kecil. Untuk meningkatkan porositas adsorban bisa dengan cara
mengaktivasi  secara  fisika  seperti  mengalirkan  uap  air  panas  ke  dalam  pori-pori adsorban  atau  dengan  mengaktivasi  secara  kimia  yaitu  dengan  aktivasi  selulosa
melalui penggantian gugus –OH pada selulosa dengan gugus HSO
3 -
melalui proses sulfonasi [16].
2.6  ADSORBEN ALAMI
Kebanyakan  penelitian  tentang  adsorpsi  telah  difokuskan  pada  limbah tanaman  yang  terbuang  seperti  batang  pepaya,  daun  maizena,  bubuk  daun  jati,
bubuk daun lalang Imperata  cylindrica, bubuk daun karet  Hevea brasiliensis, batang pakis, sekam padi, limbah batang anggur [22], kulit kayu, tongkol jagung
batok  kelapa  dan  lain-lain  [23].  Beberapa  keuntungan  menggunakan  limbah tanaman untuk pengolahan limbah cair yaitu teknik yang sederhana, membutuhkan
proses yang sederhana, kemampuan adsorpsi yang baik, adsorpsi selektif terhadap ion logam berat, biaya rendah, mudah didapat dan regenerasi yang mudah [22].
Penelitian  tentang  teknik  pengolahan  alternatif  dan  inovatif  telah  terfokus pada penggunaan bahan-bahan biologis  dalam hal  penghilangan logam  berat  dan
teknologi-teknologi  pemulihan  biosorpsi  dan  telah  menunjukkan  peran  yang penting selama beberapa tahun belakangan karena performa bagus dan biaya rendah
pada  bahan-bahan  yang  kompleks.  Berbagai  jenis  biosorbent  diteliti  untuk menghilangkan logam dari limbah industri. Begitu banyak biosorbent, secara alami
mudah untuk dapat digunakan sebagai metode sederhana untuk menghilangkan ion logam dari larutan sintetis dan buangan industri [24].
Universitas Sumatera Utara
16
2.7  ANALISA EKONOMI
Sumber bahan baku batang jagung tersedia cukup banyak. Hal ini terlihat dari hasil statistik dari Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pertanian tahun 2013
yang  menunjukkan  bahwa  tanaman  jagung  cukup  banyak  tersedia  sehingga ketersediaan limbah batang jagung koheren dengan tanaman batang jagung. Data
tahun  2013  menunjukkan  ada  19.387.022  ton  produksi  tanaman  jagung  di
Indonesia.
Besarnya kebutuhan dalam negeri akan konsumsi masyarakat Indonesia dan juga  sebagai  rangsum  pakan  ternak  akan  diperkirakan  terus  naik  tiap  tahunnya.
Melihat  pada  Rencana  Strategis  Ditjen  Pangan  Tahun  2014,  untuk  tahun  2013 rencana  produktivitas  jagung  dalam  negeri  mencapai  53,92  KuHa  dan  target
produksi mencapai 26.000.000 Ton jagung.
Dengan  terus  bertambahnya  perluasan  area  tanaman  jagung  juga  diikuti bertambahnya  jumlah  batang  jagung  yang  dihasilkan  maka  ini  menjadi  peluang
untuk meningkatkan nilai ekonominya bila diolah menjadi bahan yang bermanfaat,
pemanfaatan ini juga dapat mengurangi potensi pencemaran lingkungan.
Untuk  itu  perlu  dilakukan  kajian  potensi  ekonomi  adsorben  dari  limbah batang jagung. Namun, dalam tulisan ini hanya akan dikaji potensi ekonomi secara
sederhana. Sebelum melakukan kajian tersebut, perlu diketahui harga bahan baku yang digunakan, biaya produksi, biaya kebutuhan listrik dan harga jual adsorben.
Perhitungan analisis ekonomi dapat dilihat pada tabel 2.2 dan 2.3 di bawah ini:
Tabel 2.2 Perhitungan Biaya Bahan Baku No
Bahan Baku Harga Rp
Satuan Biaya
1 Batang Jagung
- 200 gram
-
Tabel 2.3 Perhitungan Biaya Kebutuhan Listrik
No Alat
HargakWh Kebutuhan
kW Waktu
Jam Biaya Rp
1 Blender
Rp. 1.112 0,18
6 1.200,48
Total Rp. 1.200,48
Universitas Sumatera Utara
17 -
Total biaya produksi = biaya penyediaan bahan baku +
kebutuhan listrik = Rp. 0 + Rp. 1.200,48
= Rp. 1200,48200 gr -  Harga jual adsorben dari batang jagung
= Rp. 1200,48200 gr Sehingga  dapat  diestimasi  harga  jual    adsorben  batang  jagung  seharga  Rp.
1200,48200 gr atau  Rp. 6.000,4kg. Sedangkan harga jual adsorben dipasaran sebagai berikut.
Berikut merupakan harga masing-masing jenis adsorben di pasaran [30] : 1.  Karbon Aktif Lokal
= Rp 15.000kg
2.  Karbon Aktif Haycarb = Rp 40.000kg
3.  Manganese = Rp 11.000kg
4.  Silika Pasir Kuarsa = Rp 3.000kg
5.  Zeolit = Rp 7.000kg
6.  Pasir Aktif = Rp 11.000kg
Sebagai perbandingan, maka diambil contoh perhitungan estimasi biaya bahan baku adsorben zeolit sebagai berikut :
Zeolit = 1 kg x Rp 7.000,00 = Rp 7.000,00 Jika  dibandingkan  harga  jual  zeolit  di  pasaran  ,  harga  jual  adsorben  dari
proses  ini  lebih  murah  dengan  selisih  Rp  1.000,00kg.  Maka  adsorben  batang jagung juga memiliki nilai jual dan layak dipertimbangkan, mengingat bahan baku
adsorben batang jagung terbuang percuma.
Universitas Sumatera Utara
18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1  LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian  dilakukan  di  Laboratorium  Proses  Industri  Kimia,  Departemen Teknik  Kimia,  Fakultas  Teknik  Universitas  Sumatera  Utara,  Medan  serta
Laboratorium  Penelitian,  Fakultas  Farmasi,  Universitas  Sumatera  Utara,  Medan.
Penelitian ini dilakukan selama lebih kurang 4 bulan.
3.2  BAHAN DAN PERALATAN
Adapun  bahan  yang  digunakan  pada  penelitian  ini  yaitu:  batang  jagung diambil dari sisa panen kebun masyarakat daerah Padang Bulan, Medan, FeCl
2
.4 H
2
O, larutan HCl  0,1 M, larutan NaOH 0,1 M, aquadest, kertas saring Whatman 41, botol sampel dan kertas label.
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : magnetic stirrer atau  Shaker,  Ayakan  50  mesh  dan  70  mesh,  pH  meter  atau  Indikator  Universal,
gelas ukur, beaker glass iwaki pyrex, corong, neraca analitik, botol plastik, cawan, termometer, pipet tetes, cutter dan Atomic Adsorption Spectroscopy AAS.
3.3  RANCANGAN PERCOBAAN
Penelitian ini dilakukan dengan memvariasikan bentuk batang jagung dengan konsentrasi larutan logam yang tetap. Perlakuan bentuk batang jagung terdiri dari 5
macam,  yaitu  dipotong  lingkaran  penuh,  setengah  lingkaran,  ¼  lingkaran  dan dihaluskan  50  dan70  mesh.  Konsentrasi  larutan  ditentukan  sebesar  50  ppm
berdasarkan penelitian Vafakhah,dkk., 2014 [3].
3.4  PROSEDUR PENELITIAN 3.4.1 Prosedur Pembuatan Larutan
Sebelum  melakukan  penelitian,  larutan  yang  harus  disiapkan  yaitu  larutan logam Fe
2+
dengan konsentrasi 50 ppm dari senyawa FeCl
2
. 4H
2
O, larutan asam- basa yaitu larutan 0,1 M HCl dan 0,1 M NaOH dan pelarut logam yang pH-nya 4,5
sebanyak 5 L.
Universitas Sumatera Utara